Jakarta Diprediksi Tenggelam pada 2050, Ini Kata Pemprov DKI

Jumat, 17 Januari 2020 – 23:48 WIB
Banjir Jakarta hari ini: Jalan di sebuah perumahan di Jakarta Timur tergenang air. Foto: Istimewa for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Dalam laporan berjudul "New elevation data triple estimates of global vulnerability to sea-level rise and coastal flooding", diprediksi Jakarta berpotensi tenggelam pada 2050, akibat penurunan muka tanah (landsubsidence).

Landsubsidence sendiri terjadi salah satunya karena masih masifnya penggunaan air tanah.

BACA JUGA: Dalam Sejarah, Tidak Ada Gubernur DKI Jakarta yang Dimakzulkan karena Banjir

Faktanya, penduduk Provinsi DKI Jakarta mayoritas masih mengandalkan air dari tanah, sebagai sumber air bersih untuk keperluan sehari- hari, dan belum beralih ke air yang berasal dari saluran perpipaan.

Akibat pola penggunaan air tanah besar-besaran tersebut, menjadi salah satu faktor Jakarta diprediksikan tenggelam pada tahun 2050.

BACA JUGA: Tak Disukai Warga, Ratusan Atribut PDIP Dicopot Satpol PP DKI Jakarta

Menanggapi itu, Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan (Citata) DKI Jakarta Heru Hermawanto mengemukakan, pengadaan air dari saluran perpipaan belum menjangkau seluruh kawasan di Jakarta, sehingga masyarakat masih bergantung pada air tanah.

"Sumber air itu problem milik DKI. Artinya kebutuhan air bersih Jakarta solusinya dipenuhi oleh daerah lain," kata dia.

BACA JUGA: Jelang Musprov PGI Jakarta, Anak Hatta Rajasa Galang Dukungan Dari Pemilik Suara

"Karena kalau ngandelin Jakarta ya cuma punya air bawah tanah. Kan problem ini. Selama penduduknya besar, terus bangunan banyak, ya mau ga mau ketersediaan dari air tanah karena belum tersedia air dari saluran perpipaan," kata Heru.

Air dari saluran perpipaan seharusnya dapat perlahan-lahan ditingkatkan untuk penggunaan masyarakat Jakarta, karena lambat laun penurunan muka tanah di Jakarta terus berlangsung.

Saat ini, menurut Heru, layanan air perpipaan baru dirasakan oleh 40-60 persen penduduk baik di pemukiman, maupun gedung-gedung bertingkat seperti pusat perbelanjaan dan kantor.

"Sekarang layanan air pipa yang tersedia sekitar 40 sampai 60 persen. Masyarakat ya tetap masih bergantung air tanah," katanya. (ant/mg8/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler