BATAM - Idawati, pengusaha Batam yang jadi buronan Polda Sumatera Utara karena diduga sebagai otak pembunuhan bidan di Medan yang bernama Nurmala Dewi Br Tinambunan, dalam sepekan ini banyak menghabiskan waktunya dengan keluar kota seperti ke Medan dan Jakarta. Hal tersebut dikatakan Pu, karyawan yang sudah bertahun-tahun mengabdi di PT Marsada Jaya, perusahaan jasa ekspedisi milik Ida.
Menurut Pu, Ida pamit kepada karyawannya pergi keluar kota karena ada urusan bisnis ekspedisi. "Sudah seminggu ibu itu sering keluar kota. Tiga hari lalu, beliau baru datang dari Medan. Di Batam hanya sebentar-sebentar saja sore datang, paginya pergi lagi keluar kota urusan bisnisnya," ujar Pu kepada Batam Pos, Kamis (28/2).
Bahkan pagi kemarin, Pu menyebut bosnya itu masih sempat main ke rumahnya di Kampung Agas Seiharapann untuk bercerita dan bergurau. Tak lama setelah bercerita dan bergurau dengan anak buahnya, Idawati langsung berangkat menuju Bandara Hang-Nadim Batam untuk terbang ke Jakarta pukul 09.00 WIB.
"Kalau beliau memang benar dijadikan buronan Polda Sumatera Utara, kenapa waktu keluar kota bahkan tadi pagi (kemarin) saat berangkat ke Bandara kok tak dicekal," terang Pu.
Di mata Pu, Ida merupakan sosok yang sangat dermawan dan dekat dengan anak buahnya. Ida paling tak bisa melihat keluarga anak buahnya kesusahan dalam hal ekonomi.
"Saya sudah lima tahun mengabdi ke beliau, belum ada satupun anak buahnya yang minta tolong ataupun ngutang uang tak dikasihnya. Tinggal keberanian karyawan saja menyampaikan keluhan langsung ke beliau, pasti langsung dikasih itu uang. Beliau pun tak pernah memberikan batas waktu ke anak buahnya uang itu harus dikembalikan," terang Pu.
Meskipun Ida bukan muslim, masjid yang saat ini berdiri megah di Kampung Agas Seiharapan dan digunakan warga, semua dana pembangunannya juga dari uang pribadi Ida.
"Pada saat penggusuran dulu, dan hearing dengan DPRD Batam, ibu (Idawati) langsung memberikan ganti rugi kepada penghuni rumah yang kena gusur itu satu keluarga sebesar Rp 6 juta. Bukan itu saja, ibu juga memberikan kavling orang yang rumahnya kena gusur secara gratis. Coba kalau pengusaha lainnya yang menggusur, jangankan memberikan gantirugi tanah kavling, ganti rugi uang saja mungkin tak akan dikasihnya," ujar Pu.
Ida yang bsrstatus janda itu menggeluti dunia bisnis sejak tahun 2000. Sebelumnya dari perkawinan dengan seorang pria bermarga Sigalingging, Ida mendapat tiga anak. Dua anaknya saat ini berada di Jakarta, sedangkan satu anak bungsunya masih sekolah di Batam. (gas/jpnn)
Menurut Pu, Ida pamit kepada karyawannya pergi keluar kota karena ada urusan bisnis ekspedisi. "Sudah seminggu ibu itu sering keluar kota. Tiga hari lalu, beliau baru datang dari Medan. Di Batam hanya sebentar-sebentar saja sore datang, paginya pergi lagi keluar kota urusan bisnisnya," ujar Pu kepada Batam Pos, Kamis (28/2).
Bahkan pagi kemarin, Pu menyebut bosnya itu masih sempat main ke rumahnya di Kampung Agas Seiharapann untuk bercerita dan bergurau. Tak lama setelah bercerita dan bergurau dengan anak buahnya, Idawati langsung berangkat menuju Bandara Hang-Nadim Batam untuk terbang ke Jakarta pukul 09.00 WIB.
"Kalau beliau memang benar dijadikan buronan Polda Sumatera Utara, kenapa waktu keluar kota bahkan tadi pagi (kemarin) saat berangkat ke Bandara kok tak dicekal," terang Pu.
Di mata Pu, Ida merupakan sosok yang sangat dermawan dan dekat dengan anak buahnya. Ida paling tak bisa melihat keluarga anak buahnya kesusahan dalam hal ekonomi.
"Saya sudah lima tahun mengabdi ke beliau, belum ada satupun anak buahnya yang minta tolong ataupun ngutang uang tak dikasihnya. Tinggal keberanian karyawan saja menyampaikan keluhan langsung ke beliau, pasti langsung dikasih itu uang. Beliau pun tak pernah memberikan batas waktu ke anak buahnya uang itu harus dikembalikan," terang Pu.
Meskipun Ida bukan muslim, masjid yang saat ini berdiri megah di Kampung Agas Seiharapan dan digunakan warga, semua dana pembangunannya juga dari uang pribadi Ida.
"Pada saat penggusuran dulu, dan hearing dengan DPRD Batam, ibu (Idawati) langsung memberikan ganti rugi kepada penghuni rumah yang kena gusur itu satu keluarga sebesar Rp 6 juta. Bukan itu saja, ibu juga memberikan kavling orang yang rumahnya kena gusur secara gratis. Coba kalau pengusaha lainnya yang menggusur, jangankan memberikan gantirugi tanah kavling, ganti rugi uang saja mungkin tak akan dikasihnya," ujar Pu.
Ida yang bsrstatus janda itu menggeluti dunia bisnis sejak tahun 2000. Sebelumnya dari perkawinan dengan seorang pria bermarga Sigalingging, Ida mendapat tiga anak. Dua anaknya saat ini berada di Jakarta, sedangkan satu anak bungsunya masih sekolah di Batam. (gas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diteriaki Copet, Pengamen Dihakimi Massa
Redaktur : Tim Redaksi