Jangan Galau, Chatib Basri Sebut Indonesia Jauh dari Risiko Krisis Utang

Kamis, 13 Oktober 2022 – 06:06 WIB
Risiko krisis utang Indonesia dinilai relatif kecil. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Senior Chatib Basri menilai risiko krisis utang Indonesia relatif kecil.

Sebab, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih aman atau mencapai 38,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) per Agustus 2022.

BACA JUGA: Utang Italia Pecah Rekor, Tertinggi Sepanjang Masa

“Even in the worst case scenario dengan rasio utang 40 persen dari PDB, ini masih relatif aman dengan kondisi seperti ini. Bunga cicilan kita sekitar 15 persen dari budget, di kita seharusnya kekhawatiran rasio utang tidak signifikan,” kata Chatib Basri dalam Mandiri Sekuritas Market Outlook di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (12/10).

Menurutnya, beberapa negara berkembang, terutama di Afrika, berpotensi tinggi mengalami krisis utang.

BACA JUGA: Utang Indonesia Naik Lagi, Tembus Sebegini

Hal itu, karena di tengah penyebaran pandemi COVID-19 mereka harus menaikkan defisit anggaran sehingga mereka menarik lebih banyak utang.

Di sisi lain, peningkatan suku bunga acuan bank sentral berbagai negara, negara-negara tersebut pun harus membayar bunga utang yang relatif lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

Namun, Indonesia justru bisa diuntungkan sebagai salah satu negara dengan risiko krisis utang yang lebih kecil.

“Dengan risiko krisis utang itu, orang mesti mencari relokasi termasuk ke kita. Itu sebabnya performance pasar modal kita lumayan,” katanya.

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik menyebut bursa Indonesia menjadi bursa terbaik kelima di dunia.

Menurutnya, pada 2022 jumlah bursa di dunia yang mencatatkan kinerja positif tidak sampai 10, salah satunya Indonesia karena sepanjang tahun berjalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah tumbuh sekitar enam persen.

“Nilai rata-rata transaksi harian di bursa kita tumbuh kira-kira 14,5 persen dari sekitar Rp 13 triliun, tahun ini kita mencapai Rp 15,2 triliun,” kata Jeffrey. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler