jpnn.com - Banyak orang Asia kini menganggap mi instan sebagai makanan pokok, seperti nasi. Menyiapkan mi instan hanya membutuhkan waktu kurang dari satu atau dua menit.
Namun, apa yang terjadi tanpa disadari dalam memakan mi instan ada risikonya. Meskipun ada mitos seperti menambahkan sayuran ke dalam semangkuk mi instan bisa meningkatkan nilai gizi.
BACA JUGA: Haaah...Makan Mie Instan Setiap Hari Ternyata Bagus untuk Kesehatan
Berikut ini beberapa alasan mengapa makan mi instan bisa berdampak buruk bagi kesehatan seseorang, seperti dilansir laman MSN, Kamis (10/10).
1. Kesulitan dalam mencernanya
BACA JUGA: Cara Unik Tasya Kamila Santap Mie Instan
Mie instan bisa mendorong sistem pencernaan untuk memecah mi olahan selama berjam-jam. Ini bisa mengganggu kadar gula darah seseorang dan pelepasan insulin jika dikonsumsi terlalu cepat. Mie instan mendorong pencernaan menjadi lambat, karena kandungan pengawet dan bahan kimia beracun lainnya. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan paparan berlebih dari butiran hidroksanisol dan t-butil hidrokuinon, dua bahan kimia yang biasa digunakan dalam produk untuk memperpanjang umur simpan. Keduanya bisa menyebabkan kecemasan, asma dan diare.
2. Risiko penyakit jantung
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Journal of Nutrition, terungkap bahwa orang yang mengonsumsi mi instan dalam jumlah yang tidak moderat memiliki risiko lebih tinggi mengalami sindrom metabolik, serangkaian gejala termasuk memiliki tekanan darah tinggi, kadar kolesterol HDL yang rendah, dan peluang lebih tinggi penyakit jantung, diabetes dan stroke.
3. Mengandung banyak garam
Tidak mengherankan jika mi instan mengandung banyak garam, yang bisa memengaruhi kesehatan seseorang secara keseluruhan. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Hypertension pada tahun 2014, ditemukan bahwa konsumsi makanan yang tinggi natrium diakui sebagai salah satu faktor utama dalam tingkat kematian yang tinggi dalam 23 studi kasus terakhir. Natrium tambahan ini juga bisa menyebabkan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.(fny/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fany