Jangan Pernah Terucap Kata ''Selamat Meninggalkan Dunia''

Background di Balik Berita dari Forum Pemred JP Group di Pekanbaru, Riau (3)

Minggu, 22 Juli 2012 – 10:22 WIB
Direktur Utama PT Askes (Persero) I Gede Subawa M Kes, AAAK bersama Pemimpin Redaksi Jawa Pos Grup. Foto: JPNN

SALAH satu nara sumber dalam regular meeting Forum Pemred Jawa Pos National Network (JPNN) itu adalah I Gede Subawa M Kes, AAAK. Direktur Utama PT Askes (Persero) yang sibuk-sibuknya mempersiapkan proses metamorfosis institusional, dari Perseroan menjadi Badan. Perusahaan yang dipimpinnya bakal berubah bentuk, menjadi BPJS – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di bidang Kesehatan. Ada background apa di balik itu?

Pria berdarah Bali, kelahiran Tabanan 21 Maret 1951 ini tergolong timpang. Antara postur yang gede, alias tinggi besar sesuai dengan namanya, I Gede, tidak seimbang dengan nada suara yang keluar dari mulutnya. Warna dan tekanan suaranya terlalu lembut, dibandingkan dengan tinggi badan yang hampir mencapai 190 cm itu. Tutur katanya juga sabar dan dingin, termasuk saat mendengar sengatan-sengatan kritik, dari  sekitar 100 pemimpin redaksi dari jaringan media terbesar dan terluas di Indonesia itu.

jpnn.com - Memang, mempersiapkan sebuah perubahan dan transformasi itu lebih rumit dibandingkan menyusun struktur bangunan baru. Karena ada frame lama, referensi lama, visi-misi lama, sistem kerja lama dan manajemen lama masih akan menempel pada pola baru di lembaga baru. ’’Karena itu kami tetap serius melaksanakan amanat UU No 24 tahun 2011, tentang BPJS, yang rancangannya harus sudah selesai di DPR RI dan eksekutif pada November 2012 ini,” ungkap I Gede Subawa yang juga dokter alumni FK Universitas Udayana 1978 itu.

:TERKAIT Menuju 2014, BPJS kesehatan bakal beroperasi, dan PT Askes akan bubar. Mengapa? Karena per 1 Januari 2014, PT Askes bubar, tanpa likuidasi. Semua aset, liabilitas, hak dan kewajiban hukum PT Askes menjadi aset, liabilitas, hak dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan. “Semua pegawai PT Askes menjadi pegawai BPJS Kesehatan. Meneg BUMN melalui RUPS akan mengesahkan laporan keuangan penutup PT Askes (Persero), setelah melalui proses auditing oleh Akuntan Publik. Lalu Menteri Keuangan mengesahkan laporan keuangan itu sebagai pembuka BPJS Kesehatan,” jelas Gede.

Badan ini langsung bertanggung jawab kepada Presiden RI SBY. Badan ini bersifat nirlaba, bukan perseroan yang profit oriented. Presiden mengangkat Dewan Pengawas dan Direksi PT Askes diangkat menjadi Dewan Pengawas, untuk paling lama 2 tahun. Tugas Badan ini, kelak menjadi penjamin kesehatan bagi seluruh warga Negara Indonesia. Pesertanya adalah rakyat, selama ini hanya melayani peserta yang terdiri atas PNS, Penerima Pensiun, Veteran, Pensiunan TNI/POLRI dan Badan Usaha lainnya.

Awal 2014, pesertanya menjadi seluruh masyarakat Indonesia. Tentu, bebannya makin berat, volumenya melonjak besar, SDM-nya jadi sangat minim, dan harus disosialisasi dengan baik kepada publik dengan berbagai saluran yang pas. “Kualitas layanannya pun harusnya lebih baik dari yang sudah dilakukan oleh PT Askes saat ini,” ungkap jebolah S-2 Magister Rumah Sakit di UGM tahun 1996 ini.

Itulah misi yang di atas kertas, termasuk impossible, bisa berjalan mendekati sempurna! Pasti akan menghadapi kurang ini-itu, complain ini-itu, dan protes sana-sini. Untuk mencapai derajat “sama” dalam menjaga mutu layanan seperti sekarang ini saja sudah pekerjaan luar biasa sulit. “Kami akan terus berusaha semaksimal mungkin. Kami akan antisipasi dengan menambah kantor layanan, dari 95 kantor menjadi 150 kantor,” papar pria yang pernah menjabat Direktur Operasional PT Askes (Persero) itu.

Seperti diketahui, saat ini benefit yang diberikan Askes Sosial bagi peserta Askes adalah paling lengkap. UU  No 24/2011 itu mengisyaratkan agar layanannya lebih baik, minimal sama. “Jangan sampai ada kasus mereka yang harus cuci darah, hanya ditanggung 6 kali. Bagaimana jika harus dicuci darah lagi? Masak, harus ada kata-kata ‘Selamat Meninggalkan Dunia’, kepada masyarakat tidak mampu?” ucap I Gede yang pukulan tee off-nya lebih dari 200 meter itu.

“Biaya cuci darah itu Rp 600 ribu sampai 800 ribu. Untuk menanggung satu pasien cuci darah itu, harus ada 150 orang yang sehat walafiat, selama sebulan tidak boleh klaim sakit. Saat ini di Askes, ada 8.000 lebih peserta yang cuci darah, atau setara dengan 1,2 juta peserta lain yang tidak boleh sakit selama sebulan penuh,” ungkap Gede.

Dia juga menyebutkan, saat ini ada peserta asuransi yang sudah 34 tahun terus menerus cuci darah, dan kondisinya masih sehat. Sangat efisien, jika dibandingkan dengan biaya Askes yang hanya Rp 40 ribu setiap bulan. “Itulah yang kami namakan prinsip gotong royong dalam asuransi kesehatan. Soal berapa nanti biaya setelah menjadi BPJS, itu masih belum diputuskan. Kita tunggu saja, masih proses pembicaraan,” jelasnya.

Di mana-mana, jaminan sosial bidang kesehatan itu memang menjadi kewajiban negara. Menkes RI tahun 1966-1978, Prof Dr GA Siwabesi dulu sudah bermimpi untuk melahirkan asuransi kesehatan bagi rakyat semesta. Tahun 1968, muncul Keppres 230/1968, dengan peserta PNS dan Penerima Pensiun. Sistemnya, reimbursement, namanya BPDPK.

Tahun 1984, keluar lagi PP 23/1984, dengan peserta asuransi PNS dan Penerima Pensiun Veteran, Pensiunan TNI/POLRI, dengan system Managed Care. Level berikutnya, tahun 1992 dengan keluarnya PP 69/1991 dan PP 6/1992, dengan peserta asuransi PNS dan Penerima Pensiun Veteran, Pensiunan TNI/POLRI dan Badan Usaha Lainnya. Menggunakan sistem Managed Care. Pada 2014, berdasarkan UU No 24 tahun 2011, menjadi BPJS dengan peserta adalah peserta Askes, Jamkesmas, TNI/POLRI, Jamsostek dan seluruh masyarakat. Tetap menggunakan sistem Managed Care. “Pada 31 Desember 2013, Askes PNS dan PJKMU total 25 juta peserta. Lalu 1 Januari 2014 diperkirakan menjadi 139 juta peserta, naik 800 persen. Dan tahun 2019 menjadi Jaminan Kesehatan Nasional dengan Universal Health Coverage untuk 240 juta peserta, naik 1.366 persen,” paparnya.

Bagaimana dengan proses pendataan peserta? “Kami sedang berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri. Siapa tahu E-KTP itu bisa ditambahkan satu feature untuk BPJS? Kami juga harus memperbesar server data, agar bisa menampung data yang signifikan,” kata orang nomor satu di PT Askes ini.

Bagaiaman dengan jumlah pegawai? “Ya pasti nambah, mungkin akan menjadi 10.000 orang. Itupun sebenarnya belum seberapa jika dibandingkan Jerman, yang dengan penduduk 80 juta jiwa, punya tenaga semacam Askes itu 60 ribu orang. Tapi saya tetap optimis!” tegas I Gede Subawa. (don/bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Label Jelek Beras Bulog Merupakan Ulah Sejumlah Pedagang

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler