Jangan Remehkan Limfoma Hodgkin, Akibatnya Fatal, Kenali Gejala & Penanganannya

Senin, 05 Februari 2024 – 09:43 WIB
Ketua POI Jaya Prof. Dr. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M. Epid, M.Pd.Ked, FINASIM, FACP (di samping MC), Ni Made Ari Anggasari (tengah), pejuang Limfoma Hodgkin dan dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA (kanan), perwakilan Tim Kerja PKKD dari Kemenkes RI. Foto dok. POI Jaya

jpnn.com, JAKARTA - Perhimpunan Onkologi Indonesia cabang Jakarta Raya (POI Jaya) ikut merayakan Hari Kanker Sedunia yang diperingati setiap 4 Februari.

Ketua POI Jaya Prof. Dr. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FINASIM, FACP memaparkan kanker adalah masalah kesehatan dengan urgensi yang tinggi.

BACA JUGA: Cara Efektif Melawan Kanker Payudara dengan Tes Mutasi Genetik BRCA

Secara global saja, kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak, dengan hampir 10 juta orang meninggal setiap tahunnya. 

Untuk itu, POI Jaya secara berkelanjutan melakukan edukasi dan peningkatan kesadaran terkait penyakit kanker kepada Masyarakat.

BACA JUGA: Peradi Jakbar Rayakan Natal dengan Berbagi Kebahagiaan ke Yayasan Kasih Anak Kanker

"Perayaan tahun ini, kami bekerja sama dengan berbagai mitra dalam mengangkat tema ‘Hope, Faith, Love’, tiga hal yang sangat krusial bagi para pasien kanker dan keluarganya," kata Prof. Ikhwan dalam sambutannya dikutip Senin (5/2).

Prof. Ikhwan menambahkan bahwa dari sekian banyak kanker, limfoma hodgkin adalah kanker dengan diagnosis yang masih rendah. Penyakitnya ada, tetapi sayangnya pada banyak kasus, baru terdiagnosis setelah berada di stadium lanjut. 

Limfoma Hodgkin (LH) adalah salah satu jenis kanker yang berasal dari sel darah putih yang disebut limfosit.

Limfosit merupakan komponen sistem limfatik yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Menurut data Globocan tahun 2020, di Indonesia terdapat 1.188 kasus baru limfoma Hodgkin dengan kematian sebanyak 363 kasus. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes., menyambut baik inisiatif yang dilakukan oleh POI Jaya untuk mengedukasi masyarakat mengenai penyakit kanker di Indonesia. Sebab, akses terhadap informasi dan edukasi seputar penyakit kanker di Indonesia harus terus dilakukan semua pihak. 

"Ini menjadi tanggung jawab kita bersama," ujarnya.

Lebih lanjut, dikatakan kanker yang ditemukan pada stadium awal melalui deteksi dini dan ditangani secara tepat akan memberikan peluang kesembuhan 90 persen. Saat ini pengobatan untuk limfoma Hodgkin telah tersedia dan tercakup di dalam BPJS Kesehatan. 

Oleh karena itu, masyarakat jangan ragu untuk segera melakukan deteksi dini, sambung dr. Eva.

Ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan seseorang terkena limfoma Hodgkin di antaranya infeksi virus Epstein-Barr, sistem imun, riwayat keluarga, jenis kelamin, dan usia. Limfoma Hodgkin umumnya terjadi pada usia 15-30 tahun dan di atas usia 55 tahun. 

Menurut Prof. Ikhwan, gejala kanker limfoma Hodgkin yang perlu diwaspadai, yaitu muncul benjolan atau pembesaran pada kelenjar getah bening di leher, bawah ketiak, atau pangkal paha. 

Terjadinya gejala umum yang disebut ‘B symptoms’ atau gejala sistemik seperti demam lebih dari 38°C tanpa penyebab yang jelas, berkeringat berlebihan pada malam hari, turun berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan berturut-turut.

Untuk itu, ujarnya, segera periksakan diri ke dokter apabila merasa memiliki gejala tersebut. Walaupun penyakit kanker limfoma Hodgkin memiliki angka kesembuhan yang tinggi, tetapi masih ada kemungkinan untuk kambuh sekitar 10-30 persen. 

"Jadi, makin dini limfoma hodgkin dapat dideteksi, kian cepat dapat ditangani, dan makin tepat sasaran pengobatan yang diberikan,” terang Prof. Ikhwan.

Pada kesempatan sama, Head of Patient Value Access PT. Takeda Indonesia, Shinta Caroline, berterima kasih atas kesempatan berkerja sama yang diberikan oleh POI Jaya dalam meningkatkan kesadaran tentang gejala, diagnosis, dan pengobatan limfoma Hodgkin.

Takeda berkomitmen memperkuat kerja sama dengan pihak-pihak terkait, termasuk POI dan Kementerian Kesehatan RI, dalam memastikan akses obat-obatan dan vaksin kami tersedia bagi para pasien di Indonesia, termasuk untuk limfoma Hodgkin yang pengobatan inovatifnya saat ini telah tersedia di JKN

"Kami mendorong deteksi dini dari masyarakat dan memberikan harapan kepada pasien untuk kehidupan yang lebih berkualitas,” terang Shinta.

Secara umum, harapan hidup pasien limfoma Hodgkin dalam 5 tahun setelah terdiagnosis adalah 89 persen. Komplikasi penyakit limfoma dapat mencakup penyebaran kanker ke organ lain, penurunan fungsi organ, kerusakan sumsum tulang, infeksi, efek samping pengobatan, dan masalah kesehatan mental atau emosional. 

Dalam beberapa kasus, limfoma dapat bersifat agresif dan sulit diobati, menyebabkan prognosis yang lebih buruk. Sayangnya, kebanyakan kasus limfoma Hodgkin baru terdiagnosis pada stadium lanjut.

Berdasarkan tatalaksana dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), beberapa jenis pengobatan Limfoma Hodgkin antara lain: Kemoterapi; Radioterapi; Imunoterapi; dan Terapi Target – yang menargetkan protein pada sel kanker yang mengendalikan pertumbuhan sel kanker, tanpa memengaruhi sel normal lain. (esy/jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler