jpnn.com, JAKARTA - Pendiri Genzhop Fauzan Kemal Akbar mengatakan Twitter adalah salah satu sarana komunikasi efektif untuk berinteraksi dengan publik melalui cara-cara yang unik dan tidak tertebak.
Kemal menyebut gaya komunikasi itu bisa dilakukan untuk memperkenalkan tokoh, seperti melalui trending topik tagar Twitter UrusanGue Asikin Indonesia.
BACA JUGA: Menhan Prabowo: Babinsa Akan Dibekali Alat Komunikasi Canggih
"Awalnya saya memang murni punya ide untuk berkreasi, cetak baju atau kaos dengan desain yang mencerminkan kegiatan atau kesenangan generasi milenial dan generasi Z. Kemudian ketika mencari-cari momentum dan berkreasi, tercetuslah kalimat Urusan Gue ini," kata Kemal dalam keterangan yang dikutip, di Jakarta, Rabu (8/3).
Menurutnya, upaya itu dilakukan karena ada perubahan perilaku komunikasi generasi milenial dan generasi Z di era digital dari pada masa sebelumnya.
BACA JUGA: Sebut Komunikasi Heru Budi Bagus, Menteri Bahlil Puji: Sebelumnya Kurang
Contohnya, kata Kemal, pada penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, suara dari generasi milenial dan gen Z sangatlah menentukan.
Berdasarkan data Litbang Kompas, jumlah pemilih generasi z dan milenial mencapai sekitar 53,8 persen dari total pemilih. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kepercayaan dari gen z dan milenial, politikus perlu membangun kedekatan emosional dengan kelompok pemilih tersebut.
"Kita bosen dengan deklarasi relawan atau tim sukses, narasi dan janji-janji surgawi, apalagi yang menimbulkan perpecahan. Sebab itu, tulisan di kaos ini menjadi ungkapan pribadi pemakainya, tentang profil Pak Prabowo yang sudah kita kenal memiliki banyak kelebihan dan bisa dipertanggungjawabkan, terbukti, dan dipercaya," paparnya.
Dia menilai Ketua Umum Partai Gerindra itu sangat layak jadi panutan atau didukung karena sudah terbukti kerjanya, berintegritas, kaya pengalaman, tegas, berani dan menginspirasi generasi muda.
Pengamat politik dan sosial Apep Agustiawan mengapreasi langkah Fauzan.
Menurutnya, gaya komunikasi dengan kaos dilakukan dengan cara yang cerdas dan cenderung inovatif.
Dalam penilaiannya, generasi milenial dan gen Z, memiliki kelebihan intensifikasi terhadap akses informasi berkat penguasaan teknologi (media sosial).
Oleh karena itu, mereka dapat mengakses beragam isu secara luas dan cepat.
Berbekal realitas tersebut sudah seharusnya partai politik harus berubah dengan narasi yang baru dan approach yang baru, demi merangkul gen z dan berbasis technologic driven.
Maka partai politik harus mampu beradaptasi dan inovatif dengan alam berfikir gen z terkini, supaya menjadi daya tarik.
'Media sosial, bisa menjadi opsi sarana untuk dimaksimalkan dalam menyampaikan pesan-pesan politik yang efektif. Dengan pemetaan target dan konten yang sesuai, apa yang disampikan bisa dicapai dengan baik," pungkas Apep.
"Dua manfaat sekaligus tercapai, penyebaran kaosnya dan politiknya. Pesan politik memang harus disampaikan dengan cara yang luwes, sesuai kebutuhan dan kedekatan yang pas. Bisa dikatakan betul-betul out off the box dalam menembus generasi milenial dan gen z yang dikenal tidak peduli politik," tuturnya.
"Metode kampanye tidak bisa lagi konvensional dan harus adaptif sehingga membuat narasi politik cenderung kaku dan tidak menarik bagi sebagian kalangan. Komunikasi itu kuncinya pesan dapat disampaikan dengan media yang tepat dan tersampaikan sesuai target. Perilaku gen z itukan konsumtif. Penggunaan narasi yang yang ringan, santai dan fun menjadi salah satu cara pendekatan yang lebih mudah untuk dicerna sehingga topik politik menjadi bahasan yang menarik untuk dibincangkan," pungkasnya.(mcr8/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Kenny Kurnia Putra