jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan sejauh ini Indonesia telah mampu bertahan dari beragam tantangan mulai dari gejolak keuangan.
Dia mencontohkan gejolak ekonomi pada 1997-1998, dan naik turunnya harga komoditas hingga gejolak krisis global 2008-2009.
BACA JUGA: Kurun Waktu 4 Bulan Sri Mulyani Kumpulkan Rp 82,85 Miliar Pajak Kripto
Selain itu Indonesia juga telah berhasil memulihkan diri dari krisis pandemi COVID-19 yang telah menimpa selama hampir tiga tahun, sedangkan saat ini sedang diuji dengan kondisi geopolitik global yang tidak menentu.
Namun, dia mengingatkan setiap tantangan memiliki pola yang berubah dalam menghadapinya sehingga kebijakan fiskal dan keuangan negara harus adaptif, responsif, dan fleksibel.
BACA JUGA: Sri Mulyani Berbagi Kabar Membahagiakan soal APBN
"Agar mampu menyesuaikan diri," tegas Sri Mulyani dalam Upacara Peringatan Hari Oeang RI Ke-76 Tahun 2022 di Jakarta, Senin.
Menurut Bendahara Negara, bayang-bayang resesi global pada 2023 hingga krisis climate change atau perubahan iklim turut menimpa Indonesia sehingga kebijakan fiskal dan keuangan negara harus tanggap.
“Ini bukan sebuah tantangan yang mudah, polanya berubah,” ujar Menkeu Sri Mulyani.
Oleh sebab itu Sri Mulyani menuturkan Kementerian Keuangan dan keuangan (Kemenkeu) negara harus menjadi instrumen yang mampu memberikan jawaban dan solusi atas berbagai tantangan.
“Tidak boleh Kemenkeu menjadi sumber masalah. Sinergi dan kolaborasi antar-unit serta kompetensi kita harus terus diasah,” ucap Sri Mulyani.
Sri Mulyani menambahkan kebijakan fiskal dan keuangan negara harus selalu adaptif, responsif, fleksibel, akuntabel, transparan, dan memiliki tata kelola yang baik agar mampu menghadapi berbagai tantangan.
“Itu menjadi kunci untuk terus menjaga masyarakat, perekonomian Indonesia dan keuangan,” kata Sri Mulyani.
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul