Jangan Tertunduk Italia!

Selasa, 03 Juli 2012 – 15:56 WIB
Pendukung Italia. Foto: Getty Images

KIEV - Timnas Italia akhirnya harus menelan pil pahit pasca digilas Spanyol empat gol dalam laga final Euro 2012 di Olympic Stadium, Kiev, Senin dini hari (2/6). Namun, dengan melihat sejumlah kendala di awal persiapannya, tim berjuluk Gli Azzuri ini semestinya bisa pulang dengan kepala tegak.
 
Kekalahan empat gol menjadi sejarah tersendiri bagi timnas Italia sejak Euro digulirkan pertama kali 48 tahun silam Sebab, skor 0-4 tersebut merupakan kekalahan terbesar yang diderita Italia sepanjang gelaran tahunan antar negara benua Eropa itu. Selain itu, hasil tersebut juga mengakhiri rekor tak terkalahkan Italia dalam Euro 2012 ini.
 
Tapi, perjalanan berlikunya menuju laga puncak tidak bisa dianggap enteng. Menang atas Inggris di babak perempat final lewat adu penalti, kegemilangan Gianluigi Buffon dkk dilanjutkan dengan mempermalukan timnas Jerman 2-1 di semifinal. Kemenangan itu membalikkan prediksi bahwa Italia bakal tamat di Euro 2012 ini.
 
Armada Cesare Prandelli tidak harus menyesali kekalahan ini. Malahan, hasil ini harus dijadikan sebagai pelajaran berharga untuk prestasi Negeri Pizza itu berikutnya. "Aku rasa ini adalah hasil terbaik yang kami mampu. Kami tidak lagi berpikir apa yang kami lakukan di kejuaraan ini, sekarang kami ingin menatap masa depan," ujar Prandelli dikutip dari Goal.
 
Dalam pertandingan kemarin, permainan Italia sebenarnya tidak kalah bagusnya dengan Spanyol. Apalagi dalam 60 menit pertama, statistik ball possession-nya masih bisa sedikit mengimbangi Spanyol. Sayangnya, dalam 30 menit terakhir malah semakin anjlok setelah bermain 10 orang pasca cederanya Thiago Motta. Italia kehabisan jatah pergantian pemain setelah cederanya Motta.
 
Dilansir dari BBC, Prandelli mengakui dirinya sudah mendapatkan banyak pelajaran dari kekalahan tersebut. Menguasai penguasaan bola jelas bukanlah jaminan bisa sukses di akhir laga. Itu sama sekali tidak ada artinya jika tak satu pun serangan mampu mengakhiri clean sheets gawang Spanyol yang dijaga Iker Casillas.
 
Prandelli menyebut strategi tiki-taka ala La Furia Roja Spanyol mampu bermain dengan pragmatis ketimbang timnya. "Kami angkat jempol bagi kemenangan mereka. Permainan mereka akhirnya yang bisa lebih baik, dan kami menerima kekalahan ini," puji Prandelli.
 
Sementara itu, bek Italia Giorgio Chiellini menyebut Spanyol beda kelas dengan timnya. Sekalipun dari segi sejarah kedua negara ini sama-sama berstatus sebagai kiblatnya sepakbola di Eropa maupun dunia. "Ini hanya ketidak beruntungan saja. Pengalaman dari sini akan kami lanjutkan di kejuaraan berikut," klaim pemain yang ditarik lebih awal di menit ke-21 lantaran cedera hamstring itu.
 
Senada dengan pernyataan Chiellini. Riccardo Montolivo meminta publik Italia tetap berbangga dengan pencapaian skuadnya kali ini. Kekalahan di babak final bukanlah hasil yang buruk. "Kami sudah menunjukkan yang terbaik kepada bangsa Italia. Sekalipun, ini adalah hasil yang menyakitkan," cetus Montolivo.
 
Dalam sejarahnya, Italia sudah tiga kali merasakan panasnya tensi pertandingan puncak di Euro. Sebelum tampil di Kiev kemarin, Italia sudah pernah bermain di final Euro 1968 dan 2000. Hanya, dari tiga kali babak final itu mereka hanya sekali meraih trofi juara pada edisi 1968. (ren)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sharapova Tersingkir dari Wimbledon


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler