TURIN - Tanggal 5 Mei memiliki arti penting bagi Juventus. Pada musim 2001-2002, Juve secara dramatis merebut scudetto di giornata pemungkas dari Inter Milan yang berada di atas angin kala itu. Nyonya Tua -sebutan Juve- pun mengakhiri paceklik gelar Serie A sejak 1989.
Selang 11 tahun kemudian atau musim ini, Juve kembali berpeluang meraih scudetto pada tanggal yang sama. Bedanya, kepastian scudetto ke-29 (minus dua gelar yang dicoret karena Calciopoli) untuk Gianluigi Buffon dkk tidak harus menunggu laga lain atau dimainkan di pekan pemungkas, melainkan pada giornata ke-34.
Itu pun yang akan dihadapi Juve di Juventus Stadium malam nanti hanya klub papan bawah Palermo (siaran langsung TVRI kickoff 20.00 WIB). Praktis, inilah kesempatan terbaik Nyonya Tua memastikan juara dengan mempersembahkan kemenangan meyakinkan di depan publiknya sendiri.
Seiring memimpin 11 poin (80-69) di depan Napoli, Juve sejatinya bakal juara sekalipun hanya bermain seri. Itu mengingat Juve juga lebih baik dari Napoli secara head to head (Juve menang 2-0 di kandang sendiri dan seri 1-1 di kandang Napoli).
"Kami harus menang untuk meraih scudetto besok (malam nanti, Red). Kami ingin menyentuh garis finis tanpa embel-embel jika atau tetapi," tandas allenatore Juve Antonio Conte seperti dilansir di situs resmi klub.
Conte sekaligus kapten Juve saat scudetto 11 tahun lalu. Juve yang sebelum laga pemungkas tertinggal dua angka dari Inter berhasil menyalip seiring kemenangan 2-0 di kandang Udinese. Di sisi lain, Nerazzurri -sebutan Inter- justru kalah 2-4 dari Lazio di kandang sendiri.
"Ketika saya ditanya peluang juara sebelum menghadapi Udinese kala itu, saya hanya menjawab 0,001 persen. Kini, situasinya sangat berbeda. Kami mendominasi liga dengan terus memimpin klasemen sekalipun masih membagi konsentrasi di Liga Champions. Kami juga mengalahkan klub besar seperti AC Milan, Napoli, Inter (Milan), Roma, dan Lazio," papar pelatih 43 tahun itu.
Ketimbang saat scudetto musim lalu, capaian Juve musim ini memang kalah mulus. Musim lalu, Buffon cs finis tanpa pernah terkalahkan (23 menang dan 15 seri). Namun, Conte yang mengawali musim dengan menjalani skors empat bulan karena Scommersepoli itu justru lebih bangga dengan musim ini.
"Tahun ini lebih sulit karena kami mempertahankan gelar. Juara musim ini juga luar biasa karena kami melakukannya beruntun. Kami melebihi ekspektasi mengingat ketika saya datang, orang memprediksi saya hanya akan membawa Juve lolos ke Europa League," beber Conte.
Di sisi lain, kans Palermo membuat kejutan di Juventus Stadium sangat tipis. Tapi, Rosanero -julukan Palermo- memiliki motivasi lebih penting selain merusak skenario pesta Juve. Yakni, mencari poin untuk lepas dari bayang-bayang degradasi.
Palermo saat ini hanya menempati peringkat ke-17 atau satu tingkat di atas zona merah. Koleksi 32 poin Fabricio Miccoli dkk juga belum aman karena sama dengan Genoa di peringkat ke-18. "Kami tidak datang dari Sicilia ke Turin hanya sebagai turis," ujar Miccoli yang mantan striker Juve itu seperti dilansir Football Italia. (dns/bas)
Selang 11 tahun kemudian atau musim ini, Juve kembali berpeluang meraih scudetto pada tanggal yang sama. Bedanya, kepastian scudetto ke-29 (minus dua gelar yang dicoret karena Calciopoli) untuk Gianluigi Buffon dkk tidak harus menunggu laga lain atau dimainkan di pekan pemungkas, melainkan pada giornata ke-34.
Itu pun yang akan dihadapi Juve di Juventus Stadium malam nanti hanya klub papan bawah Palermo (siaran langsung TVRI kickoff 20.00 WIB). Praktis, inilah kesempatan terbaik Nyonya Tua memastikan juara dengan mempersembahkan kemenangan meyakinkan di depan publiknya sendiri.
Seiring memimpin 11 poin (80-69) di depan Napoli, Juve sejatinya bakal juara sekalipun hanya bermain seri. Itu mengingat Juve juga lebih baik dari Napoli secara head to head (Juve menang 2-0 di kandang sendiri dan seri 1-1 di kandang Napoli).
"Kami harus menang untuk meraih scudetto besok (malam nanti, Red). Kami ingin menyentuh garis finis tanpa embel-embel jika atau tetapi," tandas allenatore Juve Antonio Conte seperti dilansir di situs resmi klub.
Conte sekaligus kapten Juve saat scudetto 11 tahun lalu. Juve yang sebelum laga pemungkas tertinggal dua angka dari Inter berhasil menyalip seiring kemenangan 2-0 di kandang Udinese. Di sisi lain, Nerazzurri -sebutan Inter- justru kalah 2-4 dari Lazio di kandang sendiri.
"Ketika saya ditanya peluang juara sebelum menghadapi Udinese kala itu, saya hanya menjawab 0,001 persen. Kini, situasinya sangat berbeda. Kami mendominasi liga dengan terus memimpin klasemen sekalipun masih membagi konsentrasi di Liga Champions. Kami juga mengalahkan klub besar seperti AC Milan, Napoli, Inter (Milan), Roma, dan Lazio," papar pelatih 43 tahun itu.
Ketimbang saat scudetto musim lalu, capaian Juve musim ini memang kalah mulus. Musim lalu, Buffon cs finis tanpa pernah terkalahkan (23 menang dan 15 seri). Namun, Conte yang mengawali musim dengan menjalani skors empat bulan karena Scommersepoli itu justru lebih bangga dengan musim ini.
"Tahun ini lebih sulit karena kami mempertahankan gelar. Juara musim ini juga luar biasa karena kami melakukannya beruntun. Kami melebihi ekspektasi mengingat ketika saya datang, orang memprediksi saya hanya akan membawa Juve lolos ke Europa League," beber Conte.
Di sisi lain, kans Palermo membuat kejutan di Juventus Stadium sangat tipis. Tapi, Rosanero -julukan Palermo- memiliki motivasi lebih penting selain merusak skenario pesta Juve. Yakni, mencari poin untuk lepas dari bayang-bayang degradasi.
Palermo saat ini hanya menempati peringkat ke-17 atau satu tingkat di atas zona merah. Koleksi 32 poin Fabricio Miccoli dkk juga belum aman karena sama dengan Genoa di peringkat ke-18. "Kami tidak datang dari Sicilia ke Turin hanya sebagai turis," ujar Miccoli yang mantan striker Juve itu seperti dilansir Football Italia. (dns/bas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Come Back Dahsyat Grizzlies
Redaktur : Tim Redaksi