Jelajah Ikon Surabaya Agar Tak Terlupakan

Rabu, 20 April 2016 – 15:46 WIB
Hamid Nabhan saat menggambar di depan Zangrandi. Foto : jpnn

jpnn.com - Sinar terik mentari tak menyurutkan semangat perupa Hamid Nabhan menggoreskan pensil ke buku sketsa. Sesekali wajahnya bergantian menatap buku dan kedai es krim Zangrandi Surabaya yang menjadi objek sketsanya. Tak sampai setengah jam, karya itu pun selesai.

Selain menggambar kedai es yang legendaris, Hamid yang juga seorang budayawan tersebut juga mengabadikan gedung Balai Pemuda yang persis berada di seberang Zangrandi. Bukan tanpa alasan jika seniman yang selalu tampil casual itu mengabadikan bangunan bersejarah di Surabaya. Itu adalah rangkaian dari peluncuran bukunya tentang salah satu kekayaan budaya Surabaya yang sudah terlupakan. Yakni Aksera (Akademi Seni Rupa Surabaya).

BACA JUGA: Pejabat Beramai-ramai Besuk Tersangka Korupsi Garapan KPK

Menurutnya, Surabaya memiliki banyak kekayaan sejarah yang mestinya tak lekang oleh waktu. Tapi sayang, gara-gara ketidakpedulian, hal tersebut akhirnya harus hilang ditelan jaman. Aksera adalah salah satunya.

”Saya nggak mau kalau kekayaan semacam ini, seperti Zangrandi yang merupakan ikon kuliner Surabaya dan Gedung Balai Pemuda yang merupakan cagar budaya suatu saat nanti hilang dan hanya tinggal cerita. Semua harus diabadikan dalam sebuah karya,” katanya.

BACA JUGA: Malaysia Dianggap Ingin Hancurkan Generasi Muda Indonesia

Pernah Berjaya dan menjadi salah satu sekolah seni yang disegani di zamannya, Aksera kini memang hanya sekadar tinggal nama saja. Padahal, banyak seniman papan atas Indonesia yang lahir dari rahim sekolah yang berdiri pertama kali di tahun 1967  dan tutup tahun 1972 itu. Sebut saja nama Nuzurlis Koto, Mahfoed, Iman Surigi, dan Nunung WS.

Proses pembuatan buku berjudul Aksera : Tonggak Seni Rupa Surabaya itu membutuhkan waktu 10 bulan lamanya. Paling lama adalah riset dan mewawacarai pelaku sejarah langsung yang terlibat aktif di Aksera. ”Alasan saya juga mau menyusun buku ini karena mumpung saksi sejarah itu masih ada. Jadi data yang kita dapatkan cukup valid,” ujar kolektor lukisan milik banyak pelukis terkenal itu.

BACA JUGA: Separuh Narkoba di Indonesia Berasal Dari Malaysia

Setelah jadi rencananya buku ini akan dibagikan secara gratis ke berbagai pihak. Seperti budayawan, seniman, dan akademisi. ”Nanti rangkaian acara setelah itu adalah dengan menggelar pameran seni alumnus Aksera,” pungkasnya. (jpnn/pda)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bupati Purwakarta Bebas dari Tuduhan Penistaan Agama


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler