jpnn.com, SURABAYA - Pelantikan gubernur Jatim terpilih akan dilakukan besok, 13 Februari 2019. Dengan demikian, terhitung sejak Rabu (13/2), pasangan Khofifah Indar Parawansa - Emil Elestianto Dardak bakal resmi menjadi gubernur dan wakil gubernur Jatim periode 2019-2024.
Khofifah - Emil sudah memiliki rencana kerja yang sering mereka sampaikan saat kampanye Pilgub Jatim 2018 lalu. Program-program tersebut akan disampaikan lagi oleh Khofifah dalam pidato kerakyatan di Tugu Pahlawan, Surabaya, setelah pelantikan.
BACA JUGA: Di Depan Jokowi, Kiai Said Sebut Khofifah Sebagai Capres 2024
KH Zahrul Azhar As’ad, juru bicara Khofifah, menjelaskan langkah-langkah yang akan dijalankan. Menurut dia, untuk tahap awal, Khofifah menetapkan 99 hari kerja untuk menerapkan programnya.
Angka 99 diambil dari jumlah Asmaul Husna. ’’Jadi, tidak 100 hari kerja seperti yang dilakukan kepala daerah lain,’’ katanya.
BACA JUGA: SUGBK Menghijau, Jokowi dan Nahdiyin Nyanyikan Ya Lal Wathan
BACA JUGA: Di Depan Jokowi, Kiai Said Sebut Khofifah Sebagai Capres 2024
Pria yang akrab disapa Gus Han itu memerinci, 99 hari kerja dibagi menjadi tiga tahap. Setiap tahap terdiri atas 33 hari kerja. Program setiap tahap merupakan bagian dari Nawa Bhakti Satya. ’’Di dalamnya termasuk program satu pesantren satu produk,’’ ungkapnya.
BACA JUGA: Soekarwo, Gus Ipul, Khofifah Kompak, Jokowi - Maruf Pasti Menang di Jatim
Nawa Bhakti Satya adalah program yang diusung Khofifah - Emil selama masa kampanye pilgub. Perinciannya, Jatim sejahtera, Jatim kerja, Jatim cerdas dan sehat, Jatim akses, Jatim diniyah, Jatim agro, Jatim berdaya, Jatim amanah, dan Jatim harmoni. ’’Program itulah yang akan diterapkan Khofifah secara bertahap,’’ ucapnya.
Selain merealisasikan program, Khofifah akan membuat suasana birokrasi di Jatim berbeda. Pemegang jabatan adalah orang-orang profesional. Tidak berdasar kedekatan atau pertemanan.
Bisa jadi, pemerintahan Khofifah akan memberlakukan open bidding (lelang terbuka) untuk jabatan tertentu.
Gus Han juga menyampaikan, Khofifah - Emil akan mengutamakan kebersamaan dan keselarasan. Karena itu, bakal terus dilakukan silaturahmi dengan banyak pihak. Misalnya, yang terjadi Minggu (10/2) sore di Rumah Makan Ria Galeria, Surabaya.
Untuk kali pertama setelah pilgub Jatim, Khofifah duduk semeja dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Pertemuan tersebut mencairkan kabar keretakan hubungan keduanya yang sempat terdengar saat masa pilgub lalu.
Maklum, kala itu Risma mendukung pasangan Saifullah Yusuf - Puti Guntur Soekarno yang menjadi pesaing Khofifah-Emil.
Khofifah bersama rombongan tiba di lokasi pukul 16.30. Dia turun dari mobil dan langsung masuk ke rumah makan tersebut. Risma yang hadir sekitar 30 menit sebelumnya langsung menyapa mantan menteri sosial itu. ’’Maaf, saya tidak bisa menyambut di depan mobil. Kaki saya belum bisa banyak gerak,’’ ujar Risma.
Turut pula menyambut, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Erna Purnawati, Kepala Bappeko Surabaya Eri Cahyadi, serta beberapa staf di lingkungan Pemkot Surabaya. Setelah semua bersalaman, kedua rombongan masuk ke ruangan berukuran sekitar 4 x 6 meter.
Di tengah ruangan itu terdapat meja panjang dengan lima kursi di kiri kanannya. Beragam menu sudah tersaji. Mulai ayam goreng, sate kambing, gurami goreng, rawon, dan menu lain.
BACA JUGA: Soekarwo, Gus Ipul, Khofifah Kompak, Jokowi - Ma'ruf Pasti Menang di Jatim
’’Monggo, langsung saja,’’ kata Risma mempersilakan Khofifah. Dia menyodorkan beberapa makanan kepada Khofifah.
Obrolan pun berlangsung. Risma mengawalinya dengan menanyakan aktivitas Khofifah beberapa hari terakhir. ’’Saya baru selesai acara di Malang,’’ ungkap Khofifah.
Obrolan terus berlanjut seputar aktivitas Khofifah sebelum pelantikan. Salah satunya kampanye di beberapa kota. Risma yang lebih banyak berbicara menceritakan kondisi kesehatannya yang belum pulih sempurna. Selain itu, waktunya lebih banyak digunakan untuk menyelesaikan permasalahan di Pemkot Surabaya.
Banyak hal yang disampaikan Risma sore itu. Dia menceritakan kondisi remaja di Surabaya yang mengalami degradasi moral. Banyak yang terjerumus pada perilaku negatif. Mulai bolos sekolah hingga mengonsumsi narkoba. ’’Saya menemui mereka sendiri,’’ ujarnya.
Sebagian besar di antara mereka kurang perhatian dari orang tua. Hal itu juga terjadi di lingkungan eks lokalisasi Dolly. Banyak generasi muda yang tumbuh dewasa tanpa pengawasan orang tua. ’’Mereka dititipkan ke neneknya. Nah, neneknya sudah berumur, jadi tidak bisa mengawasi,’’ ungkap Risma.
Kondisi seperti itu banyak ditemukan di Surabaya. Risma sudah memerintah jajarannya untuk terus mendampingi remaja yang bernasib seperti itu. Jumlah mereka terus bertambah. Selama pembicaraan, Khofifah lebih banyak mendengarkan. Hanya sesekali dia menimpali. Itu pun sekadar memastikan apa yang disampaikan Risma.
Masalah SMA dan SMK juga disampaikan Risma. Saat ini pengelolaan SMA dan SMK menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Kebijakan itu dipertanyakan Risma. Sebab, dampak kebijakan tersebut, Pemkot Surabaya tidak bisa mengambil langkah apa pun. ’’Kami tidak berani karena tidak sesuai aturan,’’ tegasnya.
Akibat kebijakan tersebut, pola penanganan sekolah di Surabaya berubah. Yang gratis berubah menjadi tidak gratis. Akibatnya, banyak siswa yang tidak bisa bersekolah.
Khofifah tidak banyak komentar saat mendengar keluhan Risma. Dia menyatakan, posisinya hanya menampung informasi tentang persoalan di Surabaya. Namun, dia menegaskan bahwa pertemuan tersebut sangat positif. ’’Ada informasi yang saya terima tentang Surabaya,’’ kata Khofifah.
Setelah bertemu Risma, Khofifah melanjutkan agenda di DPRD Jatim. Dia bertemu dengan pimpinan dewan dan pimpinan fraksi. Pertemuan itu membahas masalah transisi. Terutama program-program positif yang sudah berjalan.
Kalangan dewan menginginkan program tersebut terus dilakukan. Termasuk, harmonisasi hubungan antara legislatif dan eksekutif yang terjalin selama kepemimpinan Soekarwo-Saifullah Yusuf. (riq/c5/oni)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelantikan Gubernur Jatim dan Riau pada Hari Valentine
Redaktur & Reporter : Soetomo