Jelang Harga Naik, Konsumsi Melonjak

Jatah BBM Subsidi 2012 Habis pada Oktober

Senin, 12 Maret 2012 – 05:12 WIB
Puluhan masa perempuan yang tergabung dalam Barisan Perempuan Indonesia, menggelar unjuk rasa dengan membawa sayur mayur di Tugu Tani, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin (11/03). Aksi dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional menuntut pemerintah agar memberikan perlindungan dan rasa aman bagi kaum perempuan dari berbagai bentuk kekerasan serta menolak kenaikan harga BBM dan BLT. Foto: Fery Pradolo/INDOPOS

JAKARTA - Konsumsi BBM subsidi terus menunjukkan tren peningkatan dibandingkan tahun lalu. Pertamina pun mulai menjalankan langkah antisipasi dengan memperketat penyaluran. Sebab, jika dibiarkan dan kuota BBM subsidi nanti tidak ditambah, maka jatah BBM subsidi akan habis pada Oktober 2012.

VP Komunikasi PT Pertamina Mochamad Harun mengatakan, realisasi penyaluran BBM selama dua bulan pertama 2012 telah mencapai 7,02 juta kiloliter (kl) atau 18,79 persen dari kuota yang ditetapkan untuk Pertamina dalam APBN 2012. "Realisasi tersebut lebih tinggi 755 ribu kiloliter dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 6,26 juta kiloliter," ujarnya kemarin (11/3).

Menurut Harun, lonjakan konsumsi tertinggi terutama terjadi pada Premium yang mencapai 14 persen, yaitu dari 3,81 juta kl menjadi 4,35 juta kl. Adapun solar, realisasi penyaluran mencapai 2,4 juta kl atau 12 persen lebih tinggi dibandingkan dua bulan pertama 2011. "Secara total realisasi konsumsi BBM pada Januari-Februari 2012 ini naik 12 persen dibandingkan konsumsi periode sama tahun 2011," katanya.

Karena itulah, lanjut dia, Pertamina kini mulai memperketat penyaluran BBM ke stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), apalagi rencana kebijakan penaikan harga BBM bersubsidi kian dekat. "Kami bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengantisipasi praktek penimbunan BBM," ucapnya.

Pertamina juga telah memerintahkan HISWANA MIGAS (Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi) untuk mengimplementasikan aturan ketat dalam penyaluran BBM bersubsidi. Aturan tersebut seperti pelarangan penjualan melalui jeriken, kecuali kepada masyarakat yang jauh letaknya dari SPBU, itupun dengan syarat adanya surat rekomendasi dari Kepolisian dan atau Pemerintahan Daerah setempat.

Namun, Harun mengakui, implementasi aturan tersebut kerap terkendala terkait dengan risiko yang harus dihadapi oleh operator SPBU yang bersinggungan langsung dengan masyarakat konsumen. "Karena itu, koordinasi dengan Kepolisian sangat diperlukan agar ketentuan tersebut bisa berjalan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala BPH Migas Andy Noorsaman Sommeng mengatakan, jika konsumsi BBM subsidi terus dalam tren tinggi, maka kuota sebesar 37,5 juta kl yang dipatok dalam APBN 2012 dipastikan bakal jebol. "Kalau kuota BBM subsidi nanti tidak ditambah dan konsumsi masih tetap seperti ini (tinggi, Red), maka jatah BBM subsidi akan habis pada Oktober 2012," ujarnya kepada Jawa Pos.

Untuk itu, lanjut Andy, BPH Migas beserta Kementerian ESDM dan Pertamina akan menggencarkan sosialisasi bahwa BBM subsidi hanya berhak dikonsumsi oleh masyarakat yang tidak mampu. "Jadi, meski tidak ada aturan pembatasan, kami berharap pemilik mobil pribadi bisa beralih ke BBM nonsubsidi, apalagi jika nanti harga BBM subsidi sudah naik," ujarnya. (owi/kim)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Mayoritas Publik Setuju BLT


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler