jpnn.com, BANDUNG - Menjelang perayaan malam Tahun Baru 2025, sejumlah wisatawan mulai berdatangan ke kawasan Asia Afrika dan halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (31/12) malam.
Pantauan reporter JPNN di lokasi, wisatawan sudah mulai memenuhi halaman Gedung Sate untuk menunggu momen malam pergantian tahun bersama keluarga.
BACA JUGA: Menjelang Tahun Baru, 299 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jabotabek
Di Lapangan Gasibu, biasanya akan ada atraksi kembang api yang menghiasi langit.
Pun demikian di kawasan Jalan Asia Afrika, wisatawan terus berdatangan.
BACA JUGA: Akhir Tahun, InJourney Destinations Hadirkan Liburan Berkesan di Borobudur, Prambanan & TMII
Meski tidak ada acara khusus yang digelar di kawasan tersebut, mereka tampan antusias berjalan-jalan menikmati suasana area heritage Kota Bandung itu.
Dibeberapa sudut Asia Afrika dan Braga, terdapat sejumlah musisi jalanan yang menghibur wisatawan dengan live musik.
BACA JUGA: Malam Tahun Baru, InJourney Gelar Intimate Show Bersama Anggun C Sasmi di The Meru Sanur
Sementara kondisi lalu lintas di kawasan Gedung Sate terpantau masih ramai lancar, tidak ada jalan yang ditutup.
Sedangkan di kawasan Asia Afrika dan Braga, kondisi lalu lintas mulai padat.
Sejumlah petugas gabungan dari TNI, Polri dan Dinas Perhubungan disiagakan disejumlah titik untuk mengatur arus lalulintas.
Satlantas Polrestabes menyiapkan sejumlah rekayasa, jika terjadi kemacetan.
Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Budi Sartono mengatakan, pada malam puncak perayaan tahun baru 2025, tidak akan melakukan penutupan jalan, termasuk flyover Mochtar Kusumaatmadja, untuk mencegah terjadinya kemacetan total.
"Jadi, kesepakatan hasil rapat gelar pengamanan malam tahun baru di Polrestabes tidak ada flyover yang ditutup. Saya tegaskan kembali, tidak ada flyover yang ditutup, berjalan seperti biasa asalkan tidak ada yang berhenti di sana dan kami sudah koordinasi dengan Pemkot Bandung," kata Budi.
Budi mengatakan, seluruh anggota Polrestabes Bandung akan disebar dan melakukan pengamanan. Hal itu guna mencegah terjadinya kemacetan parah hingga kendaraan tak dapat berjalan.
"Kami langsung sebar anggota di berbagai titik keramaian di Kota Bandung. Khususnya di Kota Bandung sendiri ada beberapa titik kemacetan tempat berkumpul masyarakat, yaitu di Asia-Afrika, di Pasopati, Gasibu, dan Dago, nah di situ anggota akan menyebar untuk mengatur lalu lintas sehingga tidak terjadi kemacetan. Jadi prinsip kami boleh terjadi kemacetan, tapi roda tetap berjalan," jelasnya.
Sementara penerapan rekayasa lalu lintas, kata dia, dilakukan hanya saat apabila terjadi kepadatan kendaraan yang cukup parah.
Salah satu rencana rekayasa yang akan dilakukan adalah pengalihan arus lalu lintas.
"Nanti untuk diskresi, rekayasa lalu lintas lihat situasional di tempat. Seperti sekarang kita jelaskan tidak ada penutupan flyover, tapi kita lihat situasionalnya. Kalau terjadi penumpukan misal kami alihkan lewat bawah, tidak boleh naik dulu sampai dengan keadaan atau sudah selesai," tandasnya.(mcr27/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur : Yessy Artada
Reporter : Nur Fidhiah Sabrina