Pantauan Radarmas (Grup JPNN), pergerakan ini meluas di sejumlah wilayah. Kampanye hitam tersebut beredar melalui Short Massage Service (SMS) dan juga di jejaring sosial seperti facebook. Tak terkecuali, SMS yang sempat masuk salah satu redaksi Radar Banyumas.
Menurut salah satu koordinator GAM Syarif Hidayatulloh, munculnya gerakan tersebut lahir dari rasa kekecewaan atas kepemimpinan Bupati Banyumas Drs H Mardjoko saat ini. "Ini perkumpulan orang yang merasa kecewa atas janji-janji politik yang tidak terealisasi," ujar Syarif saat ditemui Radarmas, kemarin.
Dia mencontohkan langkah Bupati Mardjoko yang berupaya mempersolek Banyumas. Menurutnya, hal itu hanya dilakukan di wilayah perkotaan saja. "Seharusnya bisa menyeluruh ke wilayah pedesaan. Karena desa juga menjadi ikon Banyumas yang perlu ditingkatkan segala lininya," ujar dia.
Syarif mengatakan, pergerakan dan sikap kekecewaan tersebut mulanya beragam. Demikian halnya soal istilah sikap antipatinya. "Mulanya ada yang menamakan ABM, Geram, ada juga GAM. Nah setelah disatukan, kita istilahkan GAM," kata pria asal Cilongok ini yang menyebut pergerakan sudah menyebar di sejumlah wilayah Banyumas.
Lantas pertanyaannya, apakah pergerakan itu merupakan upaya menunjukkan tokoh atau pergerakan parpol lain guna pemenangan Pilkada mendatang" Syarif menyangkal. Dia memastikan, pergerakan tersebut sama sekali tidak terikat kepentingan Parpol maupun urusan politik lainnya. "GAM ini hanya menginginkan kalau pemimpin ke depan harus bisa memajukan Banyumas dengan nyata," terang Syarif.
Dia memastikan, pergerakan tersebut sama sekali tidak membawa bendera partai maupun ormas apapun. Pergerakannya, murni menginginkan perubahan Banyumas menuju lebih baik. "Kalaupun ada (yang masuk di jajaran parpol atau ormas, red) kita semua melepas baju," tandasnya. (guh)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DKPP Diminta Pecat Seluruh Anggota KPU Sumut
Redaktur : Tim Redaksi