JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali menerangkan alasan pemerintah tentang perlunya menaikkan harga BBM, usai rapat kabinet di Istana Negara, Sabtu (31/3) malam. Nyaris tidak ada hal baru dari pernyataan Presiden SBY, karena data yang disampaikan telah berulang kali dipaparkan pada pernyataan resmi sebelumnya.
Misalnya soal kondisi harga minyak dalam negeri yang selalu bergantung pada harga minyak dunia dan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi nasional dengan melakukan penyesuaian anggaran. Dalam kesempatan kali ini, SBY lagi-lagi menyampaikan curahan hatinya, mengingat niat baik pemerintah guna menyelamatkan perekonomian nasional ternyata sering tidak diterima dengan baik oleh masyarakat.
Padahal bila anggaran tidak disesuaikan, SBY meyakini sasaran-sasaran ekonomi yang ditetapkan sebelumnya sulit tercapai. Defisit anggaran pun akan menjadi lebih besar, sehingga kondisi ekonomi tidak sehat dan merugikan rakyat.
"Saya selalu mengikuti protes dari banyak kalangan. Yang sayangnya, saya menilai sering kurang dipahami pemikiran pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM," kata SBY.
Diakuinya, penyesuaian harga BBM di dalam negeri yang diwacanakan pemerintah memang sarat dengan nuansa politik. Bahkan sering kali rencana pemerintah itu dikaitkan dengan kepentingan politik untuk 2014.
Padahal, katanya, pandangan tersebut sangat salah. "Kalau sudah terlalu politis, maka sering pembahasan jadi kurang rasional dan kurang obyektif," sesalnya.
Diingatkannya, bukan hanya kali ini saja harga BBM naik. Sejak Indonesia merdeka, sudah terjadi 38 kali harga BBM dinaikan oleh pemerintah. Termasuk pada era Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri, terjadi kenaikan BBM sebanyak hingga delapan kali.
Sementara di masa pemerintahan SBY, telah terjadi tiga kali kenaikan sekaligus tiga kali pula harga BBM diturunkan. ''Jadi tidak pernah ada Presiden dan pemerintahan yang dipimpinnya, menaikkan BBM tanpa alasan dan pertimbangan. Saya yakin setiap presiden dan pemerintahannya, yang menaikkan BBM itu pasti bukan untuk menyengsarakan rakyat," kata SBY.
Ia juga mengaku sering kali harus dihadapkan pada situasi sulit bila sudah menyangkut kebijakan anggaran. Tekanan pada anggaran negara, membuatnya harus mengambil keputusan sulit.
"Ada masanya saya berada pada posisi yang sulit dan tidak mudah. Seringkali pula saya abaikan untung rugi dari sisi politik karena keputusan yang pahit dan tidak populer. Tapi itu (harus diambil) semata-mata untuk kepentingan bangsa dan negara yang lebih besar,'' tegas SBY.(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tomcat Sudah Ada Sejak 1901
Redaktur : Tim Redaksi