Saat tengah beribadah di tanah lapang, tempat gereja mereka akan dibangun, tiba-tiba datang puluhan massa intoleran. Massa lalu melempari umat dengan telur busuk dan menyiram air comberan. Peristiwa ini terungkap dalam sebuah pesan elektronik yang ditulis oleh pengurus HKBP Filadelfia Pendeta Palti Panjaitan, Minggu (23/12).
Menurut Pendeta Palti, sumpah serapah pun meluncur dari mulut para warga intoleran itu. Mereka mengepung umat yang tengah ketakutan saat beribadah."Saya tidak bisa bergerak hanya bisa duduk di motor. Sumpah serapah berhamburan dari massa intoleran. Padahal ada desakan dari polisi dan camat untuk mundur," kata Pendeta Palti melalui pesan singkat.
Bersama motornya, pendeta mengaku ikut terdorong massa hingga sekitar 50 meter. Lagi-lagi aparat kepolisian, tuturnya, tidak dapat berbuat banyak. Ia sendiri juga mengaku tak tahu harus berbuat apa lagi ketika melihat umatnya meratap, menangis dan menahan amarah.
Mendapat kecaman hanya karena ingin beribadah, akhirnya umat HKBP Filadelfia memilih mundur. "Dengan perasaan yang kacau jemaat HKBP Filadelfia membubarkan diri," sambungnya.
Sepanjang jalan saat umat pulang, papar Palti, polisi membuat barikade melindungi, sebab massa mengikuti sembari tetap melakukan aksi lempar telur busuk dan menyiram air comberan. Palti mengaku tak punya daya untuk melawan saat itu.
"Pak SBY dan Bupati Bekasi yang terhormat apakah anda semua bisa melindungi kami,warga negaramu ?" tanya Pendeta Palti diakhir tulisannya.
Ini bukan pertama kalinya, umat HKBP Filadelfia mengalami intimidasi dan serangan dari warga intoleran. Berbagai aksi tak bermoral sudah dirasakan umat yang berkumpul untuk beribadah mingguan. Dimulai dari pengusiran, pelemparan kodok hidup, hingga aksi lempar telur busuk.
Aksi massa ini dilakukan karena warga menolak pembangunan gereja HKBP Filadelfia di wilayah tersebut. Padahal pembangunan gereja itu diperlukan sebab warga Kristen di tiga wilayah belum memiliki gereja. Mereka adalah warga dari Desa Mangun Jaya, Satria Jaya, dan Sumber Jaya. Mereka sepakat untuk beribadah bersama karena secara geografis berdekatan. Selanjutnya, kegiatan beribadah dilakukan di rumah-rumah jemaat. Melihat hal ini, sebagian warga yang keberatan melarang proses ibadah yang dilakukan di rumah warga.
Melihat banyaknya warga yang keberatan, akhirnya para jemaat sepakat membeli tanah seluas 1.088 meter di Desa Jajelan Jaya,Kecamatan Tambun Utara,Kabupaten Bekasi. Kemudian segala syarat pun dipenuhi,termasuk alasan saat membeli tanah tersebut. Tidak hanya itu, pihak gereja juga sudah mengumpulkan 90 fotokopi KTP dari para jemaat, dan 60 fotokopi KTP dari warga sekitar.
Mereka juga meminta persetujuan 276 warga Desa Jajelan yang disaksikan ketua RT, ketua RW,hingga kepala desa. Namun pada 12 Januari 2010, Pemda Bekasi menyegel gereja tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu.
Mengetahui hal tersebut,pihak gereja langsung mengajukan banding, dan pengadilan tata usaha negara (PTUN) memenangkan pihak gereja. Setelah ada keputusan tersebut, tindak kekerasan terus terjadi hingga saat ini.
Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Jeirry Sumampow, membenarkan adanya aksi massa intoleran yang berulang terus. Ia juga membenarkan adanya kejadian yang menimpa umat Filadelfia hari ini.
"Memang setiap Minggu mereka mengalami hal seperti ini terus. Ini pembiaran yang tidak ada habisnya. Pemerintah tidak pernah tegas dengan peristiwa semacam ini," kata Jeirry saat dihubungi JPNN, Minggu.
Jeirry mengingatkan umat HKBP Filadelfia untuk tetap tenang dan bersabar menghadapi situasi itu serta mempersiapkan hati dengan damai menyambut Hari Raya Natal mendatang.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nelayan Bakar Kapal Asal Jakarta
Redaktur : Tim Redaksi