Jenazah Korban Fokker Disambut Histeris Keluarga

Sabtu, 23 Juni 2012 – 08:49 WIB
Anak bungsu Martina; Antonius Lebang histeris saat jenazah ibunya tiba di rumah duka di Makassar. Jumat (22/6). Foto: Fajar/JPNN

MAKASSAR -- Kedatangan empat jenazah korban jatuhnya pesawat TNI-AU Fokker 27-500 di rumah duka langsung disambut histeris dan isak tangis keluarga serta tetangga korban, Jumat (22/6). Sejak tiba di Kompleks BTP Blok H Jalan Kerukunan Selatan 11 nomor 334 sekira pukul 14.50 Wita, ratusan tetangga serta keluarga dekat korban langsung mengerumuni mobil jenazah. Hingga di bawah ke dalam rumah, warga masih tetap berkerumung karena ingin menyaksikan jenazah yang sudah berada di dalam peti jenazah itu.

Empat peti jenazah sendiri di angkat oleh para perwina TNI hingga ke dalam rumah. Banyaknya tetangga yang berkerumung sempat membuat pada TNI-AU kewalahan. Pengunjung pun berusaha digiring TNI-AU untuk keluar halaman rumah saat akan dilangsungkan sembahyang dan doa bersama.

Anak bungsu Martina, Antonius Lebang sempat pingsan karena tak tahan menahan emosinya. Di rumah yang tidak terlalu besar itu, Lebang sapaan karabnya selalu ingin membuka peti jenazah ibunya. Keluarganya yang lain berusaha menenangkan Lebang. Namun hingga pelaksanaan sembahyang dan doa bersama, Lebang terus mengamuk dan menangis histeris.

Keluarga dekat Mayor Yohanis, Marewa kepada wartawan mengatakan, untuk sementara keempat jenazah untuk masih akan disemayamkan di BTP. Namun, hari ini kemungkinan besar keempat jenazah akan dibawah ke kampung halaman tepatnya di Rante Buah, Toraja Utara.

"Malam ini semua keluarga akan berunding. Kemungkinan besar besok (hari ini, red) jenazah ini akan dibawah ke Toraja Utara," jelasnya.

Menurut Marewa, beberapa keluarga juga masih ditunggu termasuk suami salah salah satu korban, Onci Tungga Belorundung yang rencannya baru tiba hari ini dari Australia. Suami Onci merupakan seorang pelayaran dan akan pulang ke kampung halamannya untuk melihat rumah barunya di Sudiang. Onci pun ke Jakarta untuk menjemput suaminya itu. Namun takdir berkata lain, belum sempat menjemput suaminya malah dia yang dijemput Sang Pencipta.

"Suaminya Onci itu masih dalam perjalanan dan mungkin baru tiba besok (hari ini, red)," tambah Marewa.

Sementara itu, Mayor Yohanis Tandi Sosang yang juga menjadi korban sekaligus saksi mata dalam insiden jatuhnya pesawat buatan Belanda itu sempat menceritakan kronologis kejadian saat ditemui kemarin.

Dengan nada terbata-bata, Yohanis menuturkan, kejadian itu terjadi saat baru pulang dari kantor sekira pukul 14.00 Wita. Yohanis memang pulang lebih awal dari kantor karena hendak memboyong keluarnya ke Malang untuk menghadiri acara reunian istrinya.

"Saya minta izin dari kantor pulang lebih awal karena banyak ingin saya persiapkan untuk berangkat ke Malang. Saya juga sudah membeli tiket kereta dan rencanya kami akan ke Stasiun Gambir pada pukul 17.00-nya," jelanya dengan nada sedih.

Saat masuk ke rumahnya yang terletak di bilangan Kompleks Rajawali Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, Yohanis langsung mencari ibunya.

Yohanis yang tak menemukan ibu dan keluarganya yang lain langsung menuju ke dapur dan bertanya kepada pembantunya yang waktu itu sedang memasak. Dari pembantunya itulah, Yohanis mengetahui bahwa ibu beserta keluarganya yang lain sedang tidur di kamar yang terletak di bagian depan di rumahnya itu

"Saya langsung ke kamar itu dan memang mereka semua sedang tidur lelap di kamar depan. Saya lalu kembali ke ruang tamu dan meletakkan tas serta membuka sepatu di ruangan itu," tutur dia.

Baru sepatu kirinya yang terlepas, tiba-tiba Yohanis mendengar suara gemuru pesawat yang sudah terlalu dekat dengan rumahnya. Hanya berselang beberapa detik, moncong pesawat pun langsung melabrak salah satu rumah yang berada di depan Rumah Yohanis. Tak bisa dihindari, pesawat itu pun sampai ke rumah Yohanis.

Yohanis yang saat itu berada di ruang belakang tak mampu berbuat banyak. Waktu itu terdengar suara pembantunya yang minta tolong, namun Yohanis tak menghampiri pembantunya yang itu masih bisa berteriak minta tolong, artinya masih bernyawa. Sementara seluruh keluarnya yang berada di kamar depan, tak satu pun terdengar suaranya.

"Saya mau ke depan tapi terhalangi reruntuhan. Akhirnya saya memilih ke luar rumah lewat samping dan saya melihat rumah yang pertama di tabrak itu sudah mulai terbakar. Saat itu saya berteriak karena sangat takut karena mobil yang saya parkir di Bagasi rumah saya ful bensinya dan bisa terbakar juga," ucapnya sambil menangis terseduh-seduh.

Yohanis menceritakan, saat kejadian kepala pesawat tepat berada di atas tempat tidur kamar depan yang ditempati tidur keluarga Yohanis yang menjadi korban itu.
Saat itu juga masih terlihat beberapa kru perawat yang bergantungan di bagian depan pesawat.

"Yang pertama ditemukan itu si kecil ponakan saya. Terus ibunya posanakan saya, menyusul ibu saya. Kalau adik saya, masih sempat bernapas dan dirawat di ICU tapi tidak bisa lagi diselamatkan," tambahnya lagi.

Yohanis sendiri hanya mengalami lecer-lecet di bagian lengan dan kakinya. Luka itu akibat terkena pecahan-pecahan kecil. Yohanis masih bisa selamat karena terlindung tembok beton pembatas antara ruang depan dan tengah.

Sementara itu pembantu Yohanis, hingga saat ini masih dirawat di Jakarta. Semalam tepatnya pukul 20.00 Wita masih dilangsungkan prosesi sembahyang dan doa bersama oleh jemaah gereja bersama keluarga Yohanis yang lain. (iad)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Teroris Bentuk Kelompok Internistan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler