”Saya telah meminta pemerintah mempersiapkan PAC-3 dan Aegis pada kapal perang,” kata Menteri Pertahanan Jepang Naoki Tanaka. PAC-3 merupakan sistem pertahanan yang mampu menembakkan rudal dari laut atau darat ke udara. Sedangkan Aegis adalah sistem pertahanan rudal balistik buatan Amerika Serikat (AS) yang terintegrasi dengan persenjataan canggih pada kapal perang.
Pekan lalu Korut mengumumkan niatnya mengorbitkan roket ke satelit pada pertengahan April mendatang. Meski pemerintahan Kim Jong-un menegaskan bahwa peluncuran roket itu tak berhubungan dengan militer atau persenjataan Korut, rencana tersebut sempat memantik ketegangan regional. Selain Jepang, Korea Selatan (Korsel) dan AS juga berusaha melarang Korut.
Jepang, Korsel, dan AS khawatir Korut bakal memanfaatkan peluncuran roket tersebut sebagai langkah awal untuk melakukan uji coba rudal balistik. Padahal, PBB sudah tegas melarang negara komunis itu melakukan segala bentuk aktivitas yang berkaitan dengan persenjataan canggih atau nuklir. Sayang, sampai saat ini perundingan nuklir Korut pun masih jalan di tempat.
Atas permintaan Filipina, AS memantau ketat persiapan peluncuran roket Korut. Sebagai negara yang satu kawasan dengan Korut, pemerintah Presiden Benigno Aquino III alias Noynoy merasa terancam. Pasalnya, jika Pyongyang benar-benar meluncurkan roket tersebut, beberapa bagian roket diprediksi jatuh ke wilayah Filipina. Karena itu, Noynoy meminta Washington mengawasi persiapan Korut.
”Jika mereka (Korut) tetap melaksanakan niatnya, kami (AS) dan beberapa negara sekutu jelas akan menunjukkan reaksi tegas,” kata Gary Samore, koordinator pengendalian senjata pada Dewan Keamanan Nasional AS. Dalam wawancara dengan kantor berita Korsel Yonhap, pria yang juga menjadi penasihat khusus Presiden Barack Obama itu mengharapkan Korut mengurungkan niat tersebut.
Kemarin Tiongkok yang dikenal sebagai sekutu Korut berusaha meredam ketegangan. Melalui pernyataan resmi, Beijing mengimbau semua pihak tetap tenang dan menahan diri. Pemerintahan Presiden Hu Jintao juga mengharapkan negara-negara tetangga Korut, termasuk AS, tidak terlalu berlebihan dalam menanggapi rencana peluncuran roket itu.
Bersamaan dengan persiapan Jepang menangkal roket Korut, para pemimpin dunia bersiap menghelat pertemuan tingkat tinggi di Kota Seoul, Korsel. Rencananya, pertemuan bertema terorisme nuklir tersebut difokuskan pada pembahasan nuklir Korut. Selain Obama, Hu dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev dipastikan hadir dalam pertemuan yang dihelat dua hari mulai Senin mendatang (26/3) itu.
Kemarin melalui koran pemerintah Rodong Sinmun, Korut mengkritik pertemuan tingkat tinggi di Korsel tersebut. Pyongyang menyebut pertemuan itu sebagai bagian dari upaya Korsel untuk menyudutkan Korut. ”Seoul melakukan segala cara untuk meningkatkan ketegangan nuklir terhadap Korut dan berusaha memantik perang lewat cara itu,” tulis surat kabar tersebut.
Sementara itu, PBB juga menyatakan prihatin atas rencana peluncuran roket Korut tersebut. Sekjen PBB Ban Ki-moon menuturkan bahwa rencana Korut itu justru akan mendatangkan kerugian bagi Pyongyang. Sebab, negara-negara donatur yang khawatir dengan rencana kontroversial itu justru bakal menarik niat mereka. Akibatnya, Korut harus lebih lama menanggung kondisi kemanusiaan yang makin memprihatinkan.
”Aksi Korut akan membuat kemajuan diplomatik yang sudah signifikan kembali ke titik awal. Donatur internasional pun akan mengurungkan niat mereka untuk membantu Korut bangkit dari kondisi kemanusiaan yang buruk seperti sekarang,” papar diplomat dari Korsel itu di sela lawatannya ke Singapura kemarin. Peluncuran roket Korut, menurut dia, juga merupakan bentuk pelanggaran terhadap resolusi PBB. (AP/AFP/BBC/hep/c11/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ibu Muda Telantarkan Bayi Sendiri Demi Party
Redaktur : Tim Redaksi