Jepang & Korea Selatan, Kualitas Daya Juang Asia Berkelas Dunia

Oleh: M. Misbakhun

Sabtu, 03 Desember 2022 – 17:17 WIB
Pemain Korea merayakan kemenangan dari Portugal di matchday ketiga Grup H Piala Dunia 2022. Foto: Wolfgang Rattay/Reuters

jpnn.com - ADA beberapa pertandingan di FIFA World Cup Qatar 2022 yang bisa menjadi simbolisasi sebuah negara, bagaimana kualitas sumber daya manusianya, dan membangun sebuah teamwork dengan kelas dan kualitas dunia.

Pada turnamen sepak bola terakbar itu, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) diwakili oleh lima negara dengan proses kualifikasi, yaitu Arab Saudi, Iran, Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Ada Qatar yang masuk dengan hak eksklusif sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.

BACA JUGA: 3 Fakta Menarik Menjelang Duel Argentina vs Australia, Nomor 2 Warning Bagi Tim Tango

Pada fase penyisihan grup muncul pertandingan kejutan dari wakil Asia, yaitu Saudi Arabia yang pada laga pertama mengalahkan Argentina dengan skor 2-1. Sayang, kemenangan tersebut tak berlanjut pada pertandingan berikutnya.

Iran juga bisa mengalahkan Wales 2-0 pada fase pertandingan kedua penyisihan grup.

BACA JUGA: Korea Jumpa Brasil, Son Heung Min Tabuh Genderang Perang

Selebihnya adalah pertandingan yang dimainkan oleh tuan rumah Qatar yang kalah tiga kali pada penyisihan grup.

Walaupun kurang secara tim, Qatar sebagai tuan rumah memberikan standar baru yang tinggi pada kualitas infrastruktur sepak bola dengan kualitas yang sulit disaingi oleh negara mana pun, disertai hospitality yang khas Timur Tengah.

BACA JUGA: Piala Dunia 2022: 3 Fakta Menarik Setelah Jepang Permalukan Spanyol

Saya tidak ingin membahas Australia sebagai ‘pengungsi’ AFC yang datang dari zona Konfederasi Sepak bola Oceania (OFC), karena misi pengungsiannya membuat Negeri Kanguru itu mendapatkan jatah tiket tim dari Asia untuk masuk ke Piala Dunia.

Ada pelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan Timnas Jepang dan Timnas Korea Selatan pada fase penyisihan grup.

Jepang pada laga pembuka mengalahkan Jerman -tim raksasa Eropa dengan tradisi sepak bola yang kuat- dengan skor 2-1.

Tertinggal satu gol di babak pertama, Jepang bisa membalik skor menjadi 1-2 di penghujung pertandingan.

Pertandingannya pun sangat berkelas, baik dari sisi skill, daya tahan fisik yang prima, permainan tempo tinggi, maupun taktit dan pola strategi pola yang dimainkan di lapangan.

Tidak banyak tim bisa mengalahkan Jerman yang pernah menyandang juara dunia dan punya martabat berkasta tinggi di sepak bola dunia, apalagi dalam turnamen sekelas Piala Dunia.

Namun, Jepang melakukannya. Jepang merupakan negara di Asia dengan tradisi sepak bola lebih muda dibandingkan dengan Eropa atau Amerika Latin yang lebih dahulu membangun tradisinya dengan kompetisi liga yang berkualitas.

Jepang pada pertandingan kedua fase grup kalah melawan Kosta Rica 0-1. Walaupun permainan Jepang sangat bagus, tetapi hasil akhirnya yang tidak bagus bagi mereka.

Di pertandingan terakhir fase penyisihan group, Jepang bertemu tim kuat Eropa lainnya, Spanyol. Lagi-lagi Jepang menunjukkan kelas dan kualitas permainannya.

Tertinggal karena gol heading Alavaro Morata di awal babak pertama, Jepang mampu membalas lewat tendangan keras Ritsu Doan yang tak bisa ditepis kiper Spanyol. Gol itu menyeimbangkan skor menjadi 1-1.

Gol kedua sekaligus menjadi penentu kemenangan Jepang tercipta melalui proses yang menjadi bukti kombinasi antara daya juang, daya tahan, kecerdasan, dan skill yang dimiliki oleh pemain Negeri Sakura itu.

Bola menyusur yang hampir sepenuhnya meninggalkan garis batas lapangan di sisi kanan gawang Spanyol justru bisa dijadikan umpan tarik yang ditunggu oleh pemain Jepang lainnya, Ao Tanaka. Menggunakan lututnya, Tanaka membuat gol kedua untuk Jepang di laga itu.

Kontroversi terjadi karena bola umpan yang akhirnya berbuah gol itu dianggap sudah keluar dari lapangan terlebih dahulu. Melalui drama video assistant referee (VAR), wasit yang memimpin laga itu mengesahkan gol tersebut.

Dengan menggunakan teknologi, posisi bola benar-benar bisa diukur secara presisi, apakah sudah 100 persen di luar area permainan atau tidak. Jepang pun menang 2-1 dan menjadi juara Grup F Piala Dunia FIFA 2022.

Mari beralih ke tetangga Jepang, Korea Selatan (Korsel). Pada pertandingan pertama, Korsel harus menghadapi Uruguay yang dikenal sebagai tim kuat dari Amerika Latin.

Namun, Korsel mampu memaksa timnas negara yang pernah dua kali menjuarai World Cup itu bermain imbang dengan hasil akhir 0-0.  Laga antara Korsel dengan Uruguay itu  berjalan sangat keras.

Pada pertandingan kedua, Korsel bertemu Ghana yang dikenal sebagai tim penuh talenta dari Afrika.

Pertandingan terlihat berjalan berat sebelah di babak pertama. Sepertinya strategi Timnas Korsel tidak berjalan, sehingga tertinggal 0-2 sebelum jeda istirahat.

Namun, permainan Korsel berubah drastis pada babak kedua, bahkan sempat menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Sial bagi Korsel, laga itu dimenangkan Ghana dengan skor 2-3.

Yang paling menarik ialah pertandingan terakhir fase penyisihan Grup H Piala Dunia 2022 ketika Korsel harus berhadapan dengan Pertugal yang diperkuat Cristiano Ronaldo.

Ketinggalan satu gol karena kebobolan oleh gol cepat Portugal di menit awal, Korsel mampu membalas menjadi 1-1 di pertengahan babak pertama.

Segmen drama permainan sepak bola terus terjadi pada laga itu. Korsel butuh kemenangan untuk bisa ke fase babak 16 besar yang sehari sebelumnya sudah diraih Jepang.

Portugal terus menekan Korsel. Beberapa peluang tercipta, tetapi menjadi gol,

Namun, di penghujung pertandingan, Korsel membuat sebuah counter attack. Son Heung-min -pemain yang punya skill dan fisik sangat berkualitas- mendapatkan bola umpan dari fastbreak.

Korsel mampu melakukan intersep atas serangan Portugal di sisi kanan gawang. Pergerakan bola di wilayah pertahanan Korsel bisa dipotong dan dimanfaatkan untuk menggedor gawang Portugal.

Awalnya bola hasil intersep itu digeser ke tengah lapangan, lalu Son menjadikannya sebuah individual counterattack. Dribbling cepat yang dilakukan Son memaksa tiga pemain Portugal sekaligus untuk memotong pergerakannya.

Pada saat saat yang sama masuk satu orang pemain Korsel ke dalam area kotak penalti Portugal dengan kecepatan luar bisa. Son yang jeli melihat rekannya bergerak cepat langsung membuat umpan terukur.

Dengan sedikit memutar badan, Hwang Hee-chan menendang umpan dari Son itu menjadi gol kemenangan Korsel atas Portugal. Laga itu berakhir dengan skor 2-1 untuk Korsel.

Kemenangan tersebut ternyata menjadi segmen drama tersendiri karena Korsel masih menunggu hasil pertandingan antara Uruguay melawan Ghana yang masih dalam masa injury time sepuluh menit.

Posisi Uruguay sudah unggul 2-0 atas Ghana. Waktu berakhir, skor tetap 2-0 dan Uruguay.

Namun, Uruguay kalah dari segi produktivitas gol dibandingkan Korsel. Akhirnya Korsel lolos ke 16 Besar sebagai runner up grup mendampingi Portugal.

Jepang dan Korsel sebagai negara Asia mampu menunjukkan mental kuat, punya pemain yang cerdas menerjemahkan skema permainan di lapangan, dan memiliki daya tahan fisik luar biasa. Timnas dari dua negara itu  juga menunjukkan kualitas determinasi serangan menyesuaikan taktik dan strategi yang disusun.

Kualitas skill individu, kekuatan fisik, daya tahan mental, dan kecerdasan pemain Jepang maupun Korea Selatan membuat semua skema permainan yang disusun oleh pelatih bisa dijalankan di lapangan.

Baik Timnas Jepang maupun Korsel Menjadi kebanggaan negaranya. Menjadi kebanggaan setiap warganya, bahkan menjadi kebanggaan Asia.

Skill, fisik, daya tahan, dan kecerdasan pemain tersebut tidak datang begitu saja seperti yang ditonton dalam pertandingan. Semua itu dicapai melalui proses panjang.

Bakat pemain yang ditemukan sejak usia dini langsung ditempa dengan metode latihan tepat. Sistem kompetisi usia muda pun terarah.

Kedua negeri itu juga melibatkan ilmu pengetahuan untuk mengembangkan semua aspek sepak bola dan kompetisi liga tingkat nasional yang sehat dan kompetitif. Liga Korsel (K League) dan J1 League jauh dari mafia judi dan mafia wasit.

Federasi sepak bola di kedua negeri itu hanya memikirkan sepak bola. Para pengurusnya juga bukan orang yang menjadikan federasi sebagai sarana panjat karier politik dan sosial.

Tidak ada yang instan dalam sepak bola. Semua berproses. Prosesnya pun panjang. (*/jpnn)

*Penulis adalah penggemar sepak bola

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bagan dan Jadwal 16 Besar Piala Dunia 2022 Mulai Malam Nanti


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler