jpnn.com - FORTALEZA - Superiornya Jerman pada Piala Dunia 2014 ini sepertinya hanya untuk Portugal. Pertandingan kedua Grup G menghadapi Ghana di Estadio Castelao, Fortaleza, dini hari nanti Die Mannschaft -- julukan Jerman -- diprediksi bakal kesulitan mengulangi hegemoninya.
Bukan lantaran faktor kekuatan tim lawan yang datang dengan semangat menghindari pulang awal, melainkan dari performanya sendiri. Performa Jerman selalu anjlok pada laga kedua fase grup sejak Piala Dunia 1994 silam. Hanya sekali Jerman lepas dari kutukan, itu pun di kandangnya sendiri pada 2006 dengan menang atas Polandia 1-0.
BACA JUGA: Dari dalam Penjara, Dada Masih Pantau Persib
Bahkan, terakhir, empat tahun yang lalu, drama di Nelson Mandela Bay Stadium, Port Elizabeth tidak berpihak ke tim jawara dunia tiga kali itu. Jerman malah harus tersungkur dari Serbia. Kesulitan meraih kemenangan itu yang kini sudah menghadang anak asuhan Joachim Loew.
Walaupun, dari catatan rekor pertemuannya, Jerman belum pernah kehilangan tiga angka atas Black Stars, julukan Ghana. Dari dua kali pertemuannya, dua-duanya bisa dimenangi oleh Jerman. Menang 6-1 pada pertandingan persahabatan 1993 silam, dan 1-0 di Afsel 2010.
BACA JUGA: Mertesacker Tepis Kritik di Laga ke-100
Bayang-bayang kegagalan di Afsel lalu pun menghantui armada Der Panzer. "Itu sudah cukup menjadi peringatan bagi Jerman. Kami tahu apa yang harus dilakukan, dan untuk masuk ke pertandingan kedua membutuhkan sebuah kesungguhan tersendiri," ujar bek tengah Jerman, Per Mertesacker seperti yang dikutip dari AFP.
Perbedaan komposisi menjadi titik utama persiapan Jerman untuk laga kali ini. Terutama untuk posisi palang pintunya. Mertesecker kemungkinan besar kehilangan duet di posisi sentral pertahanan. Matts Hummels diragukan bisa tampil setelah pemulihan cedera paha yang dialaminya belum seratus persen tuntas.
BACA JUGA: Hengkang dari Iran, Queiroz Masih Memburu Rekor
Dua opsi harus dipilih Loew untuk mengisi pos sentral tersebut. Pertama, bek muda Shkodran Mustafi bisa digunakan untuk mengisi pos tersebut dengan konsekuensi masih minim jam terbang. Opsi kedua, dengan menggeser Jerome Boateng ke tengah, menarik Philipp Lahm kembali ke bek kanan dan menaruh Sami Khedira di posisi Lahm.
Apapun opsi yang dipilih Loew, permainan defense Jerman harus berbeda seperti ketika menang atas Portugal. Penjaga gawang utama Jerman, Manuel Neuer kepada Deutsche Welle meminta pemain bertahan sedikit mereduksi ruang terbuka untuk pemain Ghana di sektor pertahanan.
Perubahan pada laga kedua ini seharusnya tidak mengubah tren permainan eksplosif yang sudah dirintis sejak awal. Sebaliknya, permainan yang ditunjukkan saat melawan Portugal lalu perlu ditingkatkan lagi.
"Kerjasama tim, konfidensi, dan antusiasme pada laga pertama harus kami aplikasikan lawan Ghana," klaim Lahm.
Banyak pihak yang memprediksi kemenangan besar bisa dipetik kembali oleh Jerman pada laga kali ini. Selain kekuatan Ghana yang tidak lebih bagus ketimbang Portugal, tren permainan Jerman saat ini juga sedang on fire. Jelas, ekspektasi besar tersebut bakal berada di punggung para penggawa Jerman.
Hanya, ekspektasi itu tidak dianggap beban oleh salah satu gelandangnya, Toni Kroos. Pemain Bayern Muenchen ini menyebut belum jaminan kemenangan besar bisa diulangi kembali.
"Sejauh ini kami sudah menang satu laga, tapi hasilnya tidak bisa dibandingkan dengan laga selanjutnya," cetus pencetak dua assists saat melawan Portugal itu kepada Reuters.
Ekspektasi besar yang diemban Jerman untuk lolos lebih awal dari fase grup dengan skor besar berbanding terbalik dengan Ghana. Kekalahan dari segi hasil akhir atas AS lalu jadi pelajaran berharga bagi skuad asuhan Kwesi Appiah tersebut. Menguasai 60 persen ball possession mereka malah gagal memetik kemenangan.
Ghana tentunya tidak ingin kembali gagal memetik poin pada laga kedua ini. Sekalipun calon lawan yang dihadapinya berlabel kandidat juara Piala Dunia 2014. Seperti yang diberitakan di Supersports, pelatih yang berusia 54 tahun pada akhir Juni ini menganggap kegagalan lawan AS sebagai pelajaran berharga menantang Jerman.
"Kami sudah banyak belajar, terlebih setelah melihat bagaiman fakta ketika kami mampu membuat banyak peluang tetapi kesulitan dalam finishing touch-nya. Sekalipun, pemain kami di posisi gelandang ataupun penyerang sudah melakukan tugasnya dengan baik," tuturnya.
Untungnya, dalam misi besarnya menghindari kekalahan ini, Ghana bermodalkan skuad yang nyaris full team. Hanya bek Daniel Opare yang masih harus menunggu kepastian bisa diturunkan atau tidak. Selebihnya, komposisi seperti pada laga perdana bisa kembali diulangi oleh Appiah.
Mengulangi pencapaian Ghana empat tahun lalu yang lolos dari fase grup disebutnya tidak akan gagal. Kemenangan dari Jerman tidak dianggapnya sebagai target yang berat untuk direalisasikan.
"Sebaliknya, kami akan bermain lebih baik melawan Jerman, dan saya tahu kami bisa memberikan permainan terbaik," koarnya.
Kecolongan gol pada menit terakhir menjadi pelajaran paling berharga Asamoah Gyan dkk. Andai saja saat itu mereka bisa membendung John Antony Brooks, minimal dengan satu poin Ghana masih punya peluang besar bersaing memeprebutkan posisi. Paling tidak untuk posisi runner up grup di bawah Jerman.
Karena itulah, untuk laga melawan Jerman ini, bukan hanya target mengejar gol saja yang dibebankan. Lebih dari itu, seperti dilansir di situs resmi FIFA, Gyan meminta para penggawa Ghana mesti lebih fokus lagi dalam bermain.
"Lebih fokus lagi, dan jangan sampai gugup walaupun lawan lebih kuat. Ini akan jadi pertandingan yang berat bagi kami, karenanya kami harus lebih baik dari sebelumnya dan memainkan gaya bermain andalan kami," pungkasnya.(ren)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Gol Valencia, Bawa Ekuador Buka Peluang ke Babak 16 Besar
Redaktur : Tim Redaksi