Johan DPR: RAPBN 2023 Belum Fokus terhadap Sektor Pertanian

Rabu, 17 Agustus 2022 – 09:00 WIB
Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan. Foto: Humas DPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan menyesalkan arah kebijakan APBN 2023  yang belum memberikan arah kebijakan anggaran yang jelas dalam menghadapi ancaman krisis pangan global.

Johan menyoroti Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato kenegaraan terkait RUU APBN 2023 di hadapan Sidang Bersama DPR dan DPD RI.

BACA JUGA: Ketua Badan Anggaran DPR Sebut Pidato Jokowi Realitis Soal Target RAPBN 2022

“Presiden Jokowi hanya menyinggung soal APBN akan diarahkan untuk menjaga inflasi pada kisaran 3,3 persen,” kata  Johan merespons pidato kenegaraan terkait RUU APBN 2023 dan Nota Keuangan, Selasa (16/8).

Padahal, menurut Johan, seharusnya presiden menegaskan kedaulatan pangan sebagai keniscayaan sehingga APBN mesti diprioritaskan untuk membangun pertumbuhan dan pemerataan ekonomi berbasis sektor pertanian sebagai antisipasi ancaman krisis pangan.

BACA JUGA: RAPBN 2022 Rp 2.708 T, Alokasi Kesehatan Cuma Sebegini, di Bawah Infrastruktur dan Bansos

Johan menegaskan untuk memperkuat fondasi perekonomian nasional mesti berbasis pada penguatan Kawasan ekonomi pertanian di pedesaan.

“Pemerintah jangan hanya berwacana membangun mesin pertumbuhan ekonomi namun seringkali lupa bahwa potensi krisis pangan akan mempertegas inflasi yang makin berbahaya bagi kedaulatan pangan nasional. Saya berharap fokus pembangunan ekonomi Indonesia mesti berbasis pembangunan sektor pertanian," papar Johan.

Politikus PKS ini menyebutkan tantangan ekonomi masa depan adalah mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang cepat namun inklusif dan berbasis masyarakat.

Menurut Johan, potensi alam pertanian Indonesia sudah terbukti meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi. Padahal semua sektor terpuruk dan hal ini menjadi bukti empiris bahwa pertanian kita mampu sebagai lokomotif kekuatan nasional dalam ketahanan pangan dan kesejahteraan seluruh rakyat.

Johan melihat selama ini pemerintah mengabaikan potensi pertanian di pedesaaan sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi, padahal potensi finansial flow konsumsi pangan di pedesaan mencapai setengah dari pendapatan negara pada tahun 2022 ini.

“Saya membayangkan alangkah dahsyat jika tema 77 Kemerdekaaan Indonesia mengenai pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat diberikan makna khusus membangun konsolidasi kekuatan ekonomi pedesaan berbasis pertanian untuk menyongsong kebangkitan ekonomi nasional," ucap Johan.

Wakil rakyat dari dapil NTB 1 ini berharap pemerintah konsisten dengan janjinya untuk penguatan infrastruktur sektor pangan dan mendorong perbaikan kesejahteraan rakyat terutama terkait dengan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang ditarget mencapai kisaran masing-masing 105-107 dan 107-108.

"Kita akan tagih janji pemerintah ini agar tidak main-main dengan urusan pangan dan kesejahteraan petani dan nelayan," tegas Johan.

Johan mengingatkan pemerintah persentase penduduk miskin di pedesaan mencapai 12,53 persen yang angkanya lebih tinggi dari perkotaan. Demikian juga dengan Indeks keparahan kemiskinan di pedesaan telah meningkat menjadi 0,59 (BPS, 2021).

"Hal ini disebabkan jatuhnya harga di tingkat petani saat panen sehingga mengalami kerugian besar, jadi APBN 2023 mesti diprioritaskan untuk Peningkatan produksi dan daya saing Pertanian di setiap desa," ujar Johan Rosihan.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler