Jokowi Bandingkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Negara Lain

Rabu, 06 Mei 2020 – 16:28 WIB
Presiden Jokowi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Jokowi menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia, meski menurun, termasuk bagus dibanding negara-negara lain di tengah pandemi virus corona.

Menurut pria yang akrab disapa Jokowi ini, Indonesia tidak kena dampak parah seperti Tiongkok, Prancis hingga Spanyol.

BACA JUGA: Hadapi Corona, Presiden Jokowi Pasang Target Bulanan, Mei, Juni, Juli

"Berdasarkan laporan dari BPS menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia di triwulan I pada 2020 tumbuh 2,97 persen. Ini YoY (year to year). Sekali ini, tumbuh 2,97 persen. Turun delta 2 persen lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal IV 2019, yang tumbuh 4,97 persen," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas pagu indikatif RAPBN Tahun Anggaran 2021 melalui telekonferensi, Rabu (6/5).

Jokowi mengklaim pertumbuhan 2,97 persen itu relatif lebih baik dibanding negara lain yang sudah merilis angka pertumbuhan ekonominya.

BACA JUGA: Hotman Paris Usul kepada Jokowi, Segera Beli Obat Corona di Amerika

Dia membandingkan sejumlah negara lain yang mengalami kontraksi yang pertumbuhan ekonominya tumbuh negatif.

"Tiongkok turun dari +6 persen menjadi -6,8 persen. Artinya, ini YoY deltanya 12,8 persen. Prancis deltanya -6,25 persen, minus. Hongkong delta 5,9 persen, Spain delta 5,88 persen, Italia delta 4,95 persen, tumbuh negatif," kata dia.

BACA JUGA: Tiongkok Yakin Kepemimpinan Teguh Jokowi Bawa Indonesia Keluar dari Pandemi

Jokowi menerangkan, Covid-19 telah memukul perekonomian banyak negara termasuk memukul sisi permintaan, pengawasan dan juga produksi sekaligus. Dari sisi suplai dan sisi penawaran, indeks manufaktur Indonesia pada April 2020 mengalami kontraksi terdalam bila dibanding negara lain di ASEAN.

"Indonesia di level 27,5 lebih rendah dibanding Korsel 41,6, Malaysia 31,3, Vietnam 32,7, Filipina 31,6," kata dia.

Oleh karena itu, dia meminta jajarannya mencari solusi untuk memperbaiki kontraksi itu. Pria asal Solo ini mengharapkan ada mitigasi sektor dan subsektor apa saja yang mengalami kontraksi terdalam.

"Dicarikan stimulusnya sehingga program stimulus ekonomi betul-betul harus kita buat dan harus tepat sasaran. Dan bisa mulai merancang skenario recovery pemulihan di setiap sektor atau subsektor," kata dia.

Dia mencontohkan subsektor yang berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2020, yaitu tanaman pangan -0,31 persen, angkutan udara -0,08, pertambangan minyak, gas, panas bumi -0,08, industri barang logam komputer -0,07, penyediaan akomodasi -0,03, dan industri mesin dan perlengkapan -0,03.

Sementara dari sisi permintaan angka inflasi pada April 2020 tercatat 0,08 persen. Jokowi menilai angka itu sangat rendah dibandingkan pada periode bulan ramadan sebelumnya.

Dari sisi pengeluaran, Jokowi mencatat konsumsi rumah tangga sebesar 2,84 persen dan pengeluaran pemerintah 3,74 persen. Jokowi juga meminta jajarannya melihat konsumsi untuk lembaga nonprofit yang menangani rumah tangga) yang mengalami kontraksi sampai -4,91 persen.

"Ini betul-betul dilihat secara detail yang konsumsi lembaga nonprofit yang menangani rumah tangga ini. Dilihat. Karena itu, penyaluran bansos dari pemerintah pusat, bansos dari pemda, maupun dari Dana Desa, dan program padat karya tunai dalam minggu-minggu ini harus dipastikan sudah jalan di lapangan. Bansosnya sudah diterima masyarakat, program padat karya juga sudah jalan di lapangan," kata Jokowi. (tan/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler