jpnn.com - JAKARTA - Langkah Gibran Rakabuming Raka bin Jokowi mendampingi Prabowo Subianto menemui sukarelawan di Solo pada Jumat (19/5) lalu menjadi buah bibir.
Mungkin Gibran sekadar menyambut dan menemani tamu yang merupakan tokoh besar sekaligus teman bapaknya, tetapi penilaian di tengah publik bisa beragam.
BACA JUGA: Gibran jadi Buah Bibir, Adian Ungkit 7 Kemenangan Jokowi
Pengamat politik sekaligus peneliti senior di Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdus Salam menyebut langkah Gibran itu bisa merugikan dirinya hingga Jokowi.
"Pak Jokowi agar bisa menertibkan anaknya. Sebab, kalau mereka lupa sejarah, hal itu potensial bisa merugikan relasi ke depannya dan tentu itu patut disesalkan," ujar Surokim di Surabaya, Minggu (21/5).
BACA JUGA: PDIP Panggil Gibran bin Jokowi, Kemungkinan Terkait Prabowo
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sempat berbincang empat mata dan makan malam bersama Menteri Pertahanan yang juga Ketum Partai Gerindra sekaligus bakal capres Prabowo Subianto di sela pertemuan dengan sukarelawan Gibran dan Jokowi Jateng dan Jatim.
Surokim yang merupakan Wakil Rektor III Bidang Akademik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ini mengingatkan Jokowi harus bisa lebih berhati-hati.
BACA JUGA: Prabowo Kaget Melihat 15 Kelompok Sukarelawan Gibran Begitu
Dia menilai Jokowi lebih baik bisa menyamakan frekuensi dengan PDIP terkait dengan Pilpres 2024.
"Ada banyak faktor yang membuat Presiden Jokowi harus tegak lurus dengan PDIP. Relasi itu sejauh ini bisa terjaga baik selama ini. Semua orang di republik ini juga tahu bahwa naiknya Pak Jokowi di eksekutif tidak lepas dari restu PDIP," kata Surokim.
Menurut Surokim, jangan sampai Jokowi hingga Gibran menjadi kacang yang lupa kulitnya, melupakan jasa PDIP yang mengusung mereka.
"PDIP telah membawa Jokowi dan keluarga pada tujuh kemenangan selama hampir 20 tahun, yakni dua kali wali kota, satu kali gubernur dan dua kali presiden, plus Wali Kota Solo untuk Gibran dan Wali Kota Medan untuk Bobby. Satu keistimewaan yang bahkan tidak didapatkan oleh keluarga Bung Karno," ujar Surokim.
Menurut dia, bagaimanapun ada faktor kesejarahan panjang yang tidak bisa diabaikan dan dilupakan dalam relasi khusus ini. Hal itu seharusnya tidak dicederai karena bisa berpotensi membuat disharmoni.
"Pak Jokowi, Bu Mega, dan PDIP adalah trisula tidak bisa dipisahkan dalam membangun sejarah perjalanan bangsa selama dua dekade ini. Saya pikir perlu dipahami juga oleh keluarga Pak Jokowi," katanya. (antara/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan