jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo ingin delapan bandara di Indonesia menjadi hub atau superhub dalam rangka mentransformasi industri penerbangan dan pariwisata.
Sejauh ini, pria yang akrab disapa Jokowi itu memandang bandara berstatus internasional milik Indonesia terlalu banyak dan tidak bagus bagi iklim industri.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Kabar Gembira dari Bu Sri Mulyani, Anies Baswedan Gagal, Pray for Lebanon
"Kita harus berani menentukan bandara yang berpotensi menjadi internasional hub dengan pembagian fungsi sesuai dengan letak geografis dan juga karakteristik wilayahnya. Ada delapan bandara internasional yang berpotensi menjadi hub dan superhub," kata Jokowi dalam rapat terbatas tentang Penggabungan BUMN di Sektor Aviasi dan Pariwisata di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (6/8).
Bandara tersebut adalah Soekarno-Hatta, Banten; Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali; Bandar Udara Internasional Yogyakarta; Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan; Bandara Internasional Kualanamu, Medan; Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar; Bandara Internasional Sam Ratulangi, Manado; dan Bandara Internasional Juanda, Surabaya.
BACA JUGA: Modus Baru Penyelundupan Satu Kg Sabu-sabu, Berhasil Mengelabui Petugas Bandara
Jokowi memandang bandara hub yang dimiliki Indonesia terlalu banyak an tidak merata. Selain itu, ada 30 bandara internasional yang dimiliki Indonesia.
"Apakah diperlukan sebanyak ini negara-negara lain saya kira nggak melakukan ini coba dilihat dan 9 persen lalu lintas terpusat hanya di empat bandara. Artinya kuncinya ada di empat bandara ini, di Soekarno-Hatta, Ngurah Rai, Juanda dan Kualanamu," kata Jokowi.
BACA JUGA: Ekonomi Jatuh Minus 5,32 Persen, Begini Respons Jokowi
Jokowi juga menginginkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pariwisata dan penerbangan digabungkan.
Hal itu untuk membuat kedua sektor yang terkontraksi cukup dalam melakukan lompatan di tengah pandemi Covid-19.
"Agar terjadi sebuah lompatan di sektor pariwisata juga pengelolaan ekosistem pariwisata dan pendukungnya termasuk penerbangan. Betul-betul harus didesain dengan manajemen yang lebih terintegrasi, lebih konsolidasi dari hulu sampai hilir," kata dia.
Mantan gubernur DKI Jakarta ini juga memandang hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh pihak penerbangan atau bandara untuk menyambungkan ke sektor pariwisata. Begitu juga sektor pariwisata.
"Tentu saja dengan manajemen destinasi tersambung dengan manajemen hotel dan perjalanan dan bahkan sampai kepada manajemen dari produk-produk lokal dan industri kreatif yang kita miliki," tandas Jokowi. (tan/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga