Jokowi Mulai Kesulitan Atasi Banjir

Selasa, 22 Januari 2013 – 06:25 WIB
JAKARTA-Banjir di kawasan Pluit, Jakarta Utara, benar-benar membuat Gubernur DKI Jakarta Jokowi kewalahan. Aparat juga kesulitan mengatasi banjir di daerah itu lantaran pompa air yang biasa digunakan untuk membuang air ke laut ikut terendam.

’’Di Pluit air tidak bisa surut, karena pompa terendam. Mengatasinya kami kesulitan,’’ kata Jokowi saat pertemuan dengan Pimpinan DPR di gedung parlemen, Senin (21/1).

Namun, kata dia, pihaknya terus mengerahkan seluruh bantuan ke Pluit seperti sudah dilakukan saat mengatasi jebolnya tanggul di Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, dengan melibatkan Paskhas, Kopassus, Kodam dan polisi.

’’Kami mohon bantuan agar bisa selesai. Sebab, Pluit tidak hanya orang kaya, tapi yang tidak mampu juga lebih banyak,’’ katanya.

Menurut Lurah Pluit Tahta Yujang, tercatat ada 101 RT di wilayahnya yang terkena banjir. ’’Di 101 RT itu berada di 7 RW. Yakni RW 04, 05, 06, 07, 09, 016 dan sebagian RW 019. Ketinggian air satu hingga dua meter,’’ terangnya kemarin.

Untuk membantu pengungsi, pihaknya telah menyiapkan tenda darurat. Selain itu, telah ada tiga titik evakuasi di dekat lokasi. Ribuan warga yang rumahnya kebanjiran sudah di evakuasi ke tempat tersebut.

’’Titik evakuasi itu, yakni di Sekolah Permai sebanyak 1.500 jiwa. Di Lions Club ada 200 jiwa dan di Apartemen Laguna ada 825 jiwa,’’ terang Tahta.

Adapun jumlah kepala keluarga yang menjadi korban banjir, tercatat sebanyak 4.466 KK. ’’Dengan jumlah warga sebanyak 14.194 jiwa,’’ pungkasnya.

Di kawasan tersebut, bantuan dari berbagai pihak terus mengalir. Seperti makanan dan minuman. Selain itu, bantuan untuk korban banjir dari Pemkot Jakut juga disalurkan. Adapun bantuan dan persiapan logistik makanan dikoordinasi Sudin Sosial Jakut. Dapur umum dipusatkan di komplek perkantoran Pemkot Jakut.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, masih ada beberapa kawasan di ibu kota yang tergenang hingga kedalaman satu setengah meter. Lokasinya terutama berada di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Yakni, di Muara Baru dan Kapuk Muara. ’’Untuk Kawasan Pluit sudah turun hingga di bawah satu meter,’’ terang Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kemarin.

Selain Pluit, masih ada sejumlah kawasan seperti Muara Angke dan Penjaringan yang ketinggian airnya sudah di bawah satu meter. Banjir yang masih melanda kawasan-kawasan tersebut lebih disebabkan pengaruh pasang air laut.

Sutopo menyatakan, pompa air di waduk Pluit sebagian telah berfungsi kembali setelah tidak beroperasi akibat terendam banjir. Sementara, Kementerian PU hari ini akan mendatangkan lagi pompa berkapasitas 400 liter per detik ke waduk seluas 80 hektare itu.

Meski banjir mulai surut, bukan berarti aktivitas warga yang terdampak ikut normal kembali. Hingga kemarin, tercatat 45.954 jiwa masih bertahan di lokasi pengungsian. Rata-rata, mereka bertahan karena rumahnya masih terendam atau masih perlu pembersihan bagi kawasan yang telah surut airnya.

Hingga kemarin, BNPB mencatat banjir Jakarta membawa dampak bagi 100.274 KK atau 245.119 jiwa. Pengungsi sendiri masih menyebar di seluruh wilayah Jakarta. Nyaris separonya berada di wilayah Jakarta barat, yakni sebanyak 22.315 jiwa. Kemudian disusul Jakarta Utara (17.237), Jakarta Timur (1.442), Jakarta Pusat (1.268), dan Jakarta Selatan (430).

Ratusan perahu karet dan truk dikerahkan untuk evakuasi, distribusi logistik dan kebutuhan dasar, serta sarana transportasi masyarakat untuk melalui genangan air. "Logistik mencukupi untuk semua kebutuhan pengungsi," tegasnya.

Meski begitu, Sutopo tetap mengapresiasi upaya dari kalangan non pemerintah yang telah ikut memberikan bantuan kemanusiaan bagi para korban. Untuk jumlah korban meninggal, hingga kini laporan yang masuk ke BNPB mencapai 20 orang. Rata-rata, mereka meninggal bukan akibat terseret arus. Melainkan, tersengat arus listrik saat berada di rumah atau lokasi-lokasi yang terendam banjir. Ada pula yang meninggal akibat menghirup gas karbonmonoksida dari genset di ruang tertutup. Sebagian kecil lagi hanyut, termasuk dua korban yang ditemukan terjebak di basement gedung UOB Plaza.

Di sisi lain, banjir juga masih merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Karawang. Banjir yang merendam 51 desa sejak 17 Januari lalu itu hingga kini baru surut sebagian. "Penyebab banjir di situ adalah luapan sungai Ciobeet dan Citarum," tutur Sutopo. Ketinggian air sendiri berkisar 30 sampai 250 sentimeter.

Banjir tersebut membuat 18.626 rumah terendam dan berdampak pada 18.914 KK atau 66.746 jiwa. Data terakhir menunjukkan, tiga kawsan masih terendam banjir cukup parah. Antara lain Kecamatan Batu Jaya, Desa Segaran, dan Telukbango. Ketinggian air berkisar 180 sampai 250 sentimeter.

Banjir Jakarta memang sudah surut. Namun, Badan Meteorologi dan Geofisika meramalkan curah hujan akan lebih deras beberapa hari ke depan. Itu berarti, potensi banjir masih tetap mengancam.

Karena itu, Polri masih menyiagakan pasukan di titik-titik evakuasi banjir. Terutama, di lingkungan yang membutuhkan pengamanan lebih seperti kompleks perumahan atau pertokoan.

"Jadi, ada dua fungsi selain membantu evakuasi juga fungsi pengamanan ," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Agus Rianto di kantornya kemarin.

Mantan Kabidhumas Polda Jawa Barat itu menjelaskan, tim Disaster Victim Identification (DVI) yang biasa menangani korban musibah membentuk posko di tengah kota. Tepatnya di ruas jalan Thamrin dekat dengan gedung UOB. " Selain identifikasi jenazah atau orang meninggal, DVI juga membantu jika ada kerabat yang hilang atau belum ketemu," katanya.

Tim DVI yang berpengalaman dalam kasus-kasus bom terorisme maupun kecelakaan pesawat itu masih akan standby dalam sepekan ke depan. "Yang di pos-pos akan disegarkan, jadi tidak ditarik tapi personelnya bergantian," katanya.

TNI juga melakukan langkah antisipasi jika ada banjjir susulan datang melanda Ibukota. Masing-masing angkatan membentuk satuan tugas (Satgas) Banjir yang sesuai dengan kemampuan dan karakter masing-masing.

"Koordinasi dengan Basarnas dan BNPB terus berjalan, TNI selalu siap," ujar Kapuspen TNI Laksda Iskandar Sitompul kemarin. TNI AL misalnya, mengerahkan satuan Kopaska, juga marinir dengan kendaraan-kendaraan amfibi.

Dari TNI AD, ribuan prajurit dikerahkan untuk membantu evakuasi, membentuk dapur umum, dan kerja bakti 24 jam memperbaiki tanggul Latuharhary, Menteng, yang jebol. TNI AU memfasilitasi pesawat dan helikopter dan juga menurunkan personil kesehatan lapangan untuk membantu pengungsi.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dinilai harus berkoordinasi dengan DPRD DKI Jakarta untuk penanggulangan bencana banjir di ibukota negara. Lantaran, sejumlah titik banjir masih banyak kebutuhan pengungsi yang belum terpenuhi.

’’Kemarin kami meninjau beberapa titik di Jakarta, yaitu Kalibata, Pesing, dan Rawa Buaya masih kurangnya tenda bagi para pengungsi atau truk sampah untuk mengangkut sampah yang menumpuk selama banjir,’’ ucap Ketua DPD RI Irman Gusman saat bertemu Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di Nusantara III Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (21/1).

Untuk itu, Irman berharap, agar Pemprov DKI Jakarta berkoordinasi dengan DPRD untuk penanggulangan banjir. Pasalnya, penanganan banjir di Jakarta tidak bisa dikerjakan sendiri Pemprov. “Saya sangat mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan Pak Jokowi, namun saya menilai DKI tidak bisa bekerja sendiri. Harus berkoordinasi dengan DPRD,” cetusnya. (fdi/dai/rdl/byu/wir)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Banjir Jakarta Disebut Karena Kuah Rawon Dan Soto

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler