Jokowi, Ramalan Ki Ageng Pamanahan dan Bandara Besar

Minggu, 29 Januari 2017 – 20:57 WIB
Presiden Joko Widodo saat menyampaikan sambutan pada groundbreaking Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo, Yogyakarta, Jumat (27/1). Foto: Radar Jogja

jpnn.com - jpnn.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat lalu (27/1) melakukan prosesi babat alas nawung kridha di lahan yang akan menjadi lokasi New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Desa Jangkaran, Temon, Kulonprogo.

Babat alas nawung kridha merupakan istilah Jawa yang bermakna membuka, membersihkan, merapikan, menata lahan, serta melakukan peletakan batu pertama.

BACA JUGA: Antasari Sambangi Istana, Jokowi: Mau Tahu Saja

Jokowi -panggilan beken Joko Widodo- menegaskan, pembangunan bandara baru harus segera terlaksana. “Jangan mundar-mundur terus,” ujarnya.

Menurutnya, babat alas nawung kridha bisa dirtikan sebagai sabda leluhur. Bahkan keberadaan bandara di Kulonprogo sudah diramalkan jauh-jauh sebelumnya dalam sebuah sabda.

BACA JUGA: Siswa di Kulon Progo dan Magelang Dapat KIP dari Jokowi

Jokowi lantas menjelaskan sabda itu. “Sesuk ning tlatah Temon kene, bakal ana wong dodolan camcao ning awang-awang. Tlatah Temon bakal dadi susuhing kinjeng wesi. Tlahtah lor lan kidul gunung lanang bakal dadi kutho,” tuturnya.

Selanjutnya, Jokowi pun menjelaskan maknanya. “Di sini akan ada bandara besar dan kota besar. Glagah bakal dadi mercusuarnya bawono. Glagah akan menjadi mercusuarnya dunia, bukan hanya mercusuarnya Indonesia,” urainya.

BACA JUGA: Insiden Ikan Tongkol di Depan Presiden Jadi Trending

Karenanya, keputusan untuk membangun NYIA merupakan langkah yang harus diambil. “Terlebih Bandara Adi Sutjipto sudah terlalu padat, dan mau tidak mau harus dibangun disini,” ungkapnya.

Bandara baru yang akan dibangun di atas lahan seluas 587 hektare itu dikerjakan dalam dua tahap. Pembangunan tahap 1 (2020-2031) berupa terminal seluas 130 ribu meter persegi yang berkapasitas hingga 15 juta penumpang per tahun.

Rencananya, panjang runway tahap pertama adalah 3.250 meter. Sedangkan kapasitas apronnya bisa menampung 35 pesawat.

Pada pengembangan tahap dua atau 2031-2041, terminal bandara baru akan dikembangkan menjadi 195 ribu meter persegi sehingga mampu menampung 20 juta penumpang per tahun. Runway diperpanjang menjadi 3.600 meter dan apron bisa diparkiri hingga 45 pesawat. “Jadi bandara ini sangat besar sekali,” katanya.

Jokowi optimistis bahwa wisatawan asing yang datang ke Yogyakarta akan semakin banyak. Sebab, faktor budaya di Yogyakarta selalu terpelihara dengan baik.

Karenanya Jokowi juga mengucapkan terima kasih kepada Gubernur DIY Sultan Hamengku Bawono X dan seluruh masyarakat Kulonprogo yang telah mendukung penuh proses pembangunan bandara. Harapannya, proses pembangunan bandara bisa selesai sesuai target.

“Seperti janji Pak Menteri Perhubungan, Maret 2019 sudah bisa beroperasi,” ujarnya.

Jokowi menegaskan, dirinya akan mengingat terus janji Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi tentang penyelesaian bandara. “Itu akan saya ingat terus. Saya catat, tak tahu kerjanya bagaimana, mau siang–malam yang penting selesai sesuai target,” tandasnya.

Sementara Budi Karya Sumadi menjelaskan, pelaksanaan babat alas nawung kridha merupakan respons dan antisipasi beban Bandara Adi Sujtipto yang kian padat. Dengan kapasitas penumpang 1,2 juta per tahun, bandara yang terletak di Maguwoharjo, Depok, Sleman itu tidak mampu lagi menampung pertumbuhan jumlah penumpang yang mencapai 7,2 juta per tahun.

Budi meyakini NYIA bakal berdampak luas pada sektor ekonomi, pariwisata, budaya, dan sektor lain yang bersentuhan dengan masyarakat. Sejauh ini proses pengadaan lahan sudah klir.

“Sebagain kecil dengan konsignasi di pengadilan. Land clearing, pemindahan pohon dan pemugaran bangunan akan segera dilaksanakan setelah acara ini,” ucapnya.

Di sisi lain, Gubernur DIY Hamengku Buwono X menuturkan, pembangunan NYIA akan menandai pergeseran peradaban baru seperti yang pernah disampaikan Ki Ageng Pamanahan. Yakni adanya  perubahan dari masyarakat maritim ke agraris. 

Menurut HB X, nawung kridha diartikan sebagai transformasi diri, revolusi mental untuk menjadi bangsa yang besar. “Merunut sejarah, sejatinya secara etimologis kita harus segera membangun peradaban baru demi kesejahteraan masyarakat. Abad 21 dimulai dari Kulonprogo,” katanya.(tom/yog/ong/jpg)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polri Harus Usut Penyebar Video Insiden Ikan Tongkol


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler