jpnn.com, JAKARTA - Presiden Jokowi menempuh risiko yang sangat besar dengan mengunjungi Ukraina saat militer Rusia masih intens membombardir negara tersebut. Namun, pengorbanan itu dinilai tidak sepadan dengan hasil yang didapat.
Pengamat hubungan internasional Dino Patti Djalal mengatakan upaya Presiden Joko Widodo untuk menjadi juru damai antara Ukraina dan Rusia tidak akan efektif jika dilakukan dalam satu kali kunjungan ke kedua negara tersebut.
BACA JUGA: Kunjungan Jokowi ke Ukraina Bersejarah, Kemlu RI Minta Fakta Ini Digarisbawahi
Untuk itu, dia mengingatkan Jokowi untuk melakukan langkah lanjutan setelah mengunjungi kedua negara agar perdamaian bisa tercapai.
“Setelah kembali dari Rusia dan Ukraina, Presiden Jokowi perlu berkomunikasi dengan Sekjen PBB, Presiden Turki, Presiden Biden, Presiden Tiongkok Xi Jin Ping, maupun European Council Von Leyen," kata Dino, Kamis (30/6).
BACA JUGA: Presiden Jokowi Bakal Pimpin Upacara HUT Ke-76 Bhayangkara di Semarang
Selain itu, Jokowi juga dinilai perlu menulis surat kepada seluruh pimpinan ASEAN untuk memberikan briefing mengenai hasil kunjungan.
"Ini pasti akan diapresiasi para pemimpin Asia Tenggara,” tambah Dino.
BACA JUGA: Jokowi Mau Mendamaikan Konflik Rusia-Ukraina, Aziz Yanuar Pakai Istilah Mustahil
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat itu mengatakan Indonesia perlu memikirkan peran sebagai juru damai ini akan dilakukan satu kali atau berkelanjutan.
Jika peran tersebut menjadi upaya berkelanjutan, kata Dino, Jokowi harus menunjuk seseorang yang ditugaskan untuk fokus mengurus hal ini.
Diketahui, Jokowi bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Istana Maryinsky, Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6).
Dia menyampaikan kunjungannya tersebut merupakan bentuk kepedulian masyarakat Indonesia untuk Ukraina.
“Saya sampaikan ke Presiden Zelenskyy bahwa kunjungan ini saya lakukan sebagai manifestasi kepedulian Indonesia terhadap situasi di Ukraina,” kata Jokowi pada konferensi pers bersama Zelenskyy, Rabu (29/6).
Eks Gubernur DKI Jakarta itu menegaskan bahwa Indonesia menyoroti pentingnya penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.
Selain itu, dia juga menyampaikan pentingnya penyelesaian damai dalam konflik antara Ukraina dan Rusia meskipun hal tersebut dinilai masih sulit dilakukan.
"Dalam kaitan ini, saya menawarkan diri untuk membawa pesan dari Presiden Zelenskyy untuk Presiden Putin yang akan saya kunjungi segera," lanjut Jokowi.
Pada kesempatan yang sama, alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu juga menyampaikan kepeduliannya terhadap dampak perang bagi kemanusiaan.
Untuk itu, Indonesia berupaya untuk memberikan bantuan berupa obat-obatan dan komitmen rekonstruksi rumah sakit di sekitar Kyiv.
Jokowi juga membahas peran Ukraina bagai rantai pasok pangan dunia sehingga dia menilai semua usaha harus dilakukan agar Ukraina bisa kembali mengekspor bahan pangan.
“Penting bagi semua pihak untuk memberikan jaminan keamanan bagi kelancaran ekspor pangan Ukraina, termasuk melalui pelabuhan laut. Saya mendukung PBB dalam hal ini," ucap mantan Wali Kota Surakarta itu.
Kemudian, Jokowi juga menyampaikan undangan secara langsung kepada Zelenskyy untuk menghadiri pertemuan G20 di Bali.
Dia juga menegaskan komitmen Indonesia untuk terus memperkuat kerja sama bilateral dengan Ukraina.
"Tahun ini adalah 30 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Ukraina. Saya menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus memperkuat kerja sama yang lebih baik," pungkas Jokowi. (mcr9/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Dea Hardianingsih