jpnn.com - Hendri memanfaatkan Perayaan Tahun Baru Imlek untuk mencari rezeki tahunan. Dia sengaja datang dari Palembang hanya untuk menjual burung pipit selama Imlek. Ia berjualan di Kelenteng Tua Pek Khong, Jambi.
M. ZAINUR RIZAL
BACA JUGA: Puncak Arus Balik Libur Imlek Diprediksi Besok
HARI masih pagi, Jumat (15/2). Hendri sudah ada di depan pintu masuk Kelenteng Tua Pek Khong. Kicauan burung pipit sudah terdengar. Satu persatu umat Khonghucu yang masuk Kelenteng selalu ditawari Hendri.
“Burungnya, Ce!, Ko!,” kata Hendri. Anak-anak yang masuk Kelenteng juga ditawari oleh Hendri untuk membeli burung pipit yang ia jual.
BACA JUGA: Imlek Tak Terlupakan Buat Marcus Fernaldi dan Tunangannya
Hendri memang sengaja memanfaatkan momentum Imlek untuk mencari rezeki tambahan. Sebab, burung pipit diyakini pengikut Khonghucu sebagai pembuang sial dan pelepasan burung pipit merupakan rangkaian ritual permohonan ampun kepada Tuhan.
Dia datang dari Palembang sehari sebelum perayaan Imlek. Jumat jualan dan Sabtu sudah balik lagi ke Palembang.
BACA JUGA: Penjual Burung Pipit Kecipratan Berkah Imlek
Setiap tahun baru Imlek, Hendri yang biasa disapa Een itu, selalu datang ke Jambi membawa ribuan burung pipit hasil jaringan petani di Palembang.
Satu burung pipit ia beli dari tangan petani seharga Rp 3.500 per ekor dan dijual seharga Rp 5.000.
“Ambil untung kecil saja yang penting habis, namanya rezeki tahunan,” kata bapak satu anak ini.
Ditambahkan warga Kerta Pati, Palembang ini, setiap Imlek, burung pipit yang dia jual habis sebelum sore hari. “Kadang bawa pulang Rp 2 hingga Rp 3 juta,” katanya.
Menjadi penjual burung pipit musiman sudah dilakukan Een sejak belasan tahun lalu.
Ia mulai berjualan ketika melihat orang berjualan di Kelenteng yang ada di Palembang. “Di sana sudah banyak, kita kejar ke Jambi,” pungkasnya. (nur)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 6 Kiat Santap Hidangan Imlek Tanpa Khawatir Timbunan Lemak
Redaktur & Reporter : Soetomo