Lebih dari 10 juta orang di dunia tertular virus corona setelah enam bulan wabah pertama dilaporkan muncul di kota Wuhan, China.

WHO mengatakan angka penularan belum melambat, dengan jumlah penularan yang bisa mencapai 20 juta orang di bulan September.

BACA JUGA: Kematian Akibat COVID-19 Sudah Melebihi Setengah Juta Jiwa, Jangan Lupa Bermasker!

Pandemi global virus corona sekarang sudah dilaporkan terjadi di 210 negara dan kawasan, kecuali benua antartika.

Virus corona juga sudah resmi dinyatakan sebagai penyebab kematian lebih dari 500 ribu orang di seluruh dunia.

BACA JUGA: Tren Positif Covid-19 di Kaltim Meningkat

Perjalanan ke 10 juta External Link: The virus spreading in Latin America, Southern Asia, and the US

 

Virus ini dengan cepat menyebar setelah China melaporkan ke WHO tanggal 31 Desember 2019 soal kasus radang paru-paru yang tidak biasanya di Wuhan.

BACA JUGA: Update Corona 28 Juni: Kabar Baik dari Jakarta

Bulan Januari, COVID-19 dengan cepat menyebar ke berbagai kawasan di China hingga akhirnya mencapai seluruh 31 provinsi di negara tersebut.

China mengalami puncak kasus dengan adanya 6.500 kasus dalam masa 24 jam pada pertengahan Februari 2020.

Angka penularan bisa dikendalikan setelah kota Wuhan, dengan penduduk lebih dari 10 juta orang, ditutup sepenuhnya atau 'lockdown', ditambah kebijakan 'social distancig' dan peningkatan jumlah tes.

Hari Minggu (28/6/2020), kasus aktif virus corona di China berada di bawah angka 1.000.

4.641 orang di China meninggal akibat virus corona, namun sejak akhir Februari korban kematian terbanyak berada di luar China. Butuh 'keterbukaan dan ketegasan' pemerintah
Yanuar Nugroho, seorang akademisi Indonesia mengatakan ada kesan pemerintah tidak serius sejak awal mewabahnya virus corona.

  Virus menyebar cepat di luar China

Kasus pertama di luar China dilaporkan terjadi di Thailand, tanggal 15 Januari, kemudian dengan cepat menyebar ke Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Amerika Serikat.

Menariknya, Thailand selama ini hanya mencatat 58 kematian akibat virus tersebut.

Di bulan Maret, pusat penyebaran virus berada di kawasan Eropa.

Tanggal 5 Maret 2002, Eropa mencatat separuh dari kasus virus corona di dunia terjadi di kawasannya.

Ratusan juta warga Eropa harus menjalani karantina dilarang keluar rumah, di saat pemerintah berusaha menghentikan penyebaran virus. Photo: Italia menjadi negara pertama di Eropa yang memiliki angka kematian karena COVID-19 tertinggi, sebelum menyebar ke Spanyol, Prancis dan Inggris. (AP: Luca Bruno )

 

Dua kluster besar yang merepotkan pemerintah adalah yang terjadi di Italia Utara.

Di pertengahan bulan Maret, dengan 'lockdown' yang ketat, Italia mengalami masa puncak penyebaran virus. Baca juga: kondisi warga Indonesia di empat negara dengan jumlah penularan virus corona tertinggi di dunia

Dalam dua bulan terakhir angka penularan di Italia mulai menurun dan di awal bulan Juni lalu negara tersebut kembali dibuka dengan pelonggaran pembatasan perjalanan di dalam negeri.

Hari Sabtu, hanya ada 8 kematian akibat COVID-19 yang dilaporkan di Italia, pertama kalinya angka kematian berada di bawah angka 10 sejak 1 Maret 2020. Kami menjawab pertanyaan seputar virus corona: Apakah Australia siap dengan gelombang kedua virus corona? Apa penjelasan di balik angka kematian di Indonesia? Siapa pasien pertama COVID-19 yang mengubah kehidupan dunia?

 

Angka penularan di Eropa sudah mencapai titik puncak, meski Rusia kini disebut sebagai daerah penularan baru. Angka kematian di Inggris, Italia, Spanyol dan Prancis dilaporkan terus menurun.

Virus corona tidak mengenal perbatasan negara. Di bulan April, Amerika Serikat menjadi pusat penyebaran baru dan sampai sekarang masih berjuang untuk mengatasinya.

Angka penularan di Amerika Serikat sudah lebih tinggi dari seluruh jumlah kasus di Eropa.

Lebih dari satu bulan, 30 persen kasus COVID-19 di seluruh dunia terjadi di Amerika Serikat. Inovasi anak bangsa di tengah pandemi COVID-19
Sejumlah ilmuwan serta beberapa warga Indonesia telah menghasilkan penemuan berbasis teknologi untuk membantu tenaga kesehatan dalam menangani penularan virus corona.

  Lokasi penyebaran lain di seluruh dunia

Jika awalnya penyebaran COVID-19 di luar China terjadi di negara-negara maju, seperti di Eropa dan Amerika Serikat, kini negara berkembang yang menjadi pusat penyebaran.

Banyak negara di lokasi yang disebut 'hotspot' di Amerika Latin, Asia Selatan dan Afrika tampaknya masih akan lama berjuang untuk bisa mengatasi penyebaran virus tersebut. Baca juga: Jawa Timur jadi pusat penyebaran virus corona di Indonesia dengan catatan kematian tenaga kesehatan yang tinggi

WHO menyatakan Amerika Selatan sebagai pusat penyebaran baru di akhir bulan Mei, dengan angka penularan setiap harinya di Brasil sudah melampaui Amerika Serikat.

Brazil mencatat lebih dari 1,3 juta kasus, lebih dari 50 ribu kematian, sementara Peru dan Chile masing-masing melaporkan adanya 250 ribu kasus penularan. Photo: Brasil sekarang memiliki kasus virus corona terbanyak di dunia. (AP: Leo Correa)

 

Penularan COVID-19 di Afrika dilaporkan sudah menurun, namun WHO memperingatkana virus ini sekarang sudah ditemukan di luar ibukota masing-masing negara di Afrika.

Kurangnya kemampuan tes dan pasokan lainnya telah dianggap bisa memperlambat penanganan virus corona di kawasan ini.

Mesir, Afrika Selatan dan Nigeria melaporkan angka penularan tertinggi di benua Afrika, dimana Afrika Selatan memiliki 30 persen dari sekitar 350 ribu kasus di Afrika.

Di Asia Selatan, India sejauh ini yang paling parah terkena dengan 500 ribu kasus, keempat terbesar di dunia. Angka penularan belum menurun

Angka penularan virus corona masih terus meningkat di seluruh dunia. External Link: SARS-CoV-2 is spreading faster than ever

 

Hanya dalam 45 hari penularan kasus virus corona meningkat dari angka dua juta menjadi enam juta orang.

Kemudian dalam waktu 28 hari angka tersebut meningkat kembali mencapai 10 juta.

Bila virus ini tidak melambat penyebaran, maka angka kasus COVID-19 bisa mencapai 20 juta di bulan September.

Angka kematian juga diperkirakan akan lebih tinggi lagi.

Jumlah angka penularan dan kematian sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi dari angka yang dilaporkan secara resmi. Gotong Royong di Tengah Pandemi
Cerita inspiratif dari warga Indonesia yang memilih membantu satu sama lain saat menghadapi pandemi virus corona.

 

Tingkat kematian di masing-masing negara akan tergantung bagaimana sistem layanan kesehatan di sana.

Di Yemen, misalnya, dimana penyebaran kasus tidak bisa dilacak, mengalami tingkat kematian tertingi di dunia.

Sebelumnya, jumlah kematian tertinggi di awal pandemi terjadi di negara-negara Eropa, seperti Italia, Spanyol, Prancis, dan Inggris.

Angka kemtian juga tinggi di negara yang tidak bisa melakukan tes dalam jumlah besar untuk melacak kasus yang ada.

Sementara di Australia, angka kematian sejauh ini adalah 1,3 persen dari mereka yang tertular virus corona.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasien Positif Covid-19 di Sulteng Bertambah

Berita Terkait