Jumlah Perempuan Obesitas Meningkat

Jumat, 20 Desember 2013 – 12:57 WIB
Ilustrasi. FOTO: getty images

jpnn.com - SURABAYA - Ada sinyal merah bagi perempuan di Jatim. Berdasar hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) terbaru (2013) yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes), angka obesitas pada perempuan dewasa (di atas 18 tahun) melonjak tajam daripada hasil riskesdas 2010. 

Tingginya angka obesitas itu akan berisiko terhadap naiknya penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, jantung, hipertensi, dan stroke. ''Risiko ini akan berdampak terhadap mahalnya biaya kesehatan," jelas Andriyanto, ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Jatim, yang baru saja mengikuti pemaparan hasil riskesdas di Jakarta. 

BACA JUGA: Tips Agar Pria Bisa Tahan Lama di Ranjang

Berdasar riskesdas 2013, kenaikan angka obesitas sejatinya terjadi pada laki-laki dan perempuan. Angka obesitas laki-laki pada 2010 sekitar 15 persen dan sekarang menjadi 20 persen. Pada perempuan, persentase kenaikannya menjadi 35 persen dari 26 persen pada 2010. Bahkan, tahun ini angka obesitas pada perempuan di Jatim di atas angka nasional yang persentasenya 32,6 persen. 

Andriyanto menjelaskan, salah satu indikasi untuk mengukur obesitas adalah lingkar perut. Lingkar perut normal pada laki-laki adalah 90 cm dan perempuan 80 cm. Riskesdas 2013 juga menyebut, persentase penduduk Jatim (perempuan dan laki-laki) yang lingkar perutnya di atas batas normal mencapai 27 persen. 

BACA JUGA: Kafein Dalam Minuman Bikin Remaja jadi Bodoh

Prevalensi atau angka kejadian itu dianggap cukup tinggi. Dikhawatirkan, pada dua hingga tiga tahun lagi, hal tersebut berdampak pada melonjaknya penyakit degeneratif. ''Jika itu terjadi, dana yang dianggarkan pemerintah untuk jaminan kesehatan nasional sebesar Rp 19,5 triliun bisa jebol. Sebab, kenaikan obesitas tak hanya terjadi di Jatim, tapi juga secara nasional," beber Andriyanto. 

Direktur Akademi Gizi Surabaya itu mengungkapkan, peningkatan obesitas pada perempuan dewasa tersebut diduga terjadi karena pola makan yang keliru. Pola makan dengan kandungan tinggi gula dan garam serta rendah serat dianggap sebagai pemicu obesitas. Makanan yang mengandung kalori dan gula tinggi itu sangat berisiko terhadap penyakit-penyakit metabolis yang sulit disembuhkan dan memakan cost tinggi. 

BACA JUGA: Ini Penyebab Semua Orang Bisa Sakit Jantung

Obesitas juga bisa disebabkan konsumsi makanan yang mengandung pewarna, pemanis buatan, dan minuman bersoda. 

Di satu sisi, obesitas dipicu minimnya aktivitas yang dilakukan perempuan. ''Saya pikir ini menjadi tugas bagi PKK dan Dharma Wanita untuk menggerakkan ibu-ibu kita," ungkapnya. Perbaikan pola hidup yang buruk juga harus dilakukan. 

Dalam jangka panjang, jika obesitas tidak dikendalikan, angka harapan hidup masyarakat bisa menurun. Padahal, angka harapan hidup di Jatim saat ini membaik atau bahkan naik. 

Jika obesitas pada orang dewasa terus naik, sebaliknya persentase obesitas terhadap anak malah turun. Secara nasional, angka obesitas anak pada 2007 mencapai 12,2 persen, pada 2010 14 persen, dan hasil riskesdas 2013 turun menjadi 11,9 persen. 

Andriyanto menengarai, penurunan itu juga terjadi di Jatim. ''Ini menarik. Saat obesitas pada dewasa naik, obesitas pada anak malah turun. Obesitas anak memang menjadi perhatian pemerintah sehingga bisa dikendalikan," jelasnya. (kit/nw/mas) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Batasi Waktu Anak Bermain Internet Dua Jam Saja dalam Sehari


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler