jpnn.com, JAKARTA - Julia Perez alias Jupe meninggal dunia. Perjuangan panjang pemilik nama asli Yulia Rahmawati itu melawan penyakit kanker serviks yang dideritanya sudah berakhir.
Pelantun Aku Rapopo itu sempat berobat di Singapura dan selanjutnya mendapat penanganan penyakitnya di RSCM.
BACA JUGA: Fi, Gue Lagi gak Ada Duit
Almarhumah sempat bertahan lebih dari empat bulan dan bertahan hampir setahun ketika penyakit kankernya dikatakan kambuh.
Apa yang terjadi pada Jupe dalam perjalanan penyakit kankernya menjadi pemberitaan dari waktu ke waktu.
BACA JUGA: Kenangan Tentang Jupe yang Masih Membekas di Benak Hanung
Dokter Ari Fahrial Syam MD,PhD, FACP mengatakan, penyakit kanker sendiri memang penyakit yang mematikan dan seseorang yang telah diobati pun tidak bisa dikatakan sembuh, namun hanya bisa dikatakan penyakitnya mengalami remisi.
“Artinya, walaupun secara fisik pasien telah sembuh tetap harus kontrol dan telah harus menjaga dirinya dengan gaya hidup sehat, mengosumsi makanan yang sehat, banyak mengosumsi sayur dan buah-buahan serta istirahat cukup, karena sewaktu-waktu bisa saja penyakitnya kambuh,” ujar dokter di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta itu, dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Dijelaskan staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu, penyakit kanker sendiri dibagi empat stadium. Di mana stadium ini menunjukkan berat ringannya penyakit kanker tersebut.
BACA JUGA: Susul Jupe, Suami Ririn Ekawati Meninggal Dunia
“Semakin lanjut penyakit ditemukan, penangannya juga akan bertambah sulit dan pasien akan menghadapi angka harapan hidup yang rendah,” terangnya.
Dokter bisa memprediksi angka kelangsungan hidup (survival rate) dalam 1 tahun atau 5 tahun kedepan. Semakin lanjut sakitnya semakin rendah harapan hidupnya.
“Mengetahui informasi mengenai harapan hidup menjadi penting untuk diketahui oleh pasien dan keluarga pasien sehingga pasien dan keluarga lebih siap menghadapi kematian.”
Dokter Ari mengatakan, pasien yang mengalami relaps setelah mengalami remisi maka akan disebut bahwa kankernya kambuh.
Bisa saja untuk satu kurun pengobatan saat ditemukan masih dini, pasien dinyatakan remisi tetapi karena pasien merasa dirinya benar-benar sudah sembuh mereka tidak memperhatikan kesehatan dan gaya hidupnya akhirnya akan mengalami relaps dan kambuh.
“Pengalaman saya pribadi pada penangangan kasus kanker kolorektal, pasien yang ditemukan pada stadium 1-2 dan diobati bisa bertahan sampai diatas 5 tahun karena gaya hidupnya baik. Sebaliknya bisa saja seseorang yang sudah dinyatakan remisi tetapi tidak memperhatikan gaya hidupnya dalam tempo 1-2 tahun bisa saja kankernya kambuh atau relaps,” terangnya.
Komplikasi akibat berlanjut nya penyakit atau akibat efek penyinaran misalnya bisa menyerang saluran cerna dan saluran kencing.
Saluran kencing bisa tertutup tumor atau terdorong jaringan ikat, begitu pula saluran cerna juga bisa tersumbat akibat dorongan tumor tersebut yang bertambah besar.
Tindakan yang dilakukan oleh dokter pada kasus kanker yang sudah relaps ini bersifat paliatif, artinya dokter mengatasi masalah yang timbul akibat komplikasi tersebut.
Misal jika terjadi sumbatan pada saluran kencing, dokter akan melakukan pemasangan stent melewati sumbatan tersebut sehingga pasien bisa BAK.
Begitu pula jika pasien mengalami sumbatan usus dokter akan melakukan pemasangan stent usus atau melakukan operasi untuk membuat lubang di dinding perut agar kotoran bisa keluar. Upaya-upaya yang dilakukan sekali lagi hanya bersifat mengatasi komplikasi yang timbul.
Di satu sisi keluarga dan pasien selalu berharap terjadi kesembuhan dan meminta dokter bekerja optimal walau sebenarnya upaya yang ada juga tidak bisa maksimal karena tindakan yang dilakukan tidak menghilangkan penyebab dari kondisi tersebut misalnya penyakit kanker yang tetap tidak bisa diobati.
Pada kondisi ini, lanjutnya, memang perlu komunikasi yang baik antara tim dokter dan keluarga sehingga pasien lebih dekat kepada sang pencipta, lebih pasrah dan legowo, menerima cobaan mengalami penyakit kanker lanjut tersebut.
“Kembali pada almarhumah Jupe semangat hidupnya yang tinggi yang tercermin dari instagramnya dan dari berita-berita di media atas informasi dari teman-teman artis dan keluarga dekat yang mendampingi almarhumah akan harapan Jupe untuk sembuh.”
Ini merupakan sisi positif yang bisa dicontoh pasien lain agar tetap optimis dan tetap semangat dan tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan saat dirinya divonis kanker, bahkan saat sudah divonis kanker stadium 4.
“Bimbingan rohani menjadi hal penting yang dapat dilakukan untuk pasien dan keluarga dekat akan hal-hal yang terjadi kemudian.”
Sebaliknya untuk pasien-pasien yang sebenarnya kondisi sakit yang tidak berat, tidak perlu mengalami kesedihan sampai depresi yang tercermin dari bosannya untuk berobat atau kontrol bahkan malas untuk minum obat.
“Selalu menarik mengambil sisi positif dari meninggalnya Jupe yang pemberitaannya menjadi trending topic sampai saat ini karena di usia yang baru 36 tahun sudah mengalami kanker rahim stadium 4 dan telah meninggalkan kita semua.”
Apa yang terjadi pada almarhumah, lanjutnya, bisa menjadi momen yang tepat untuk memberikan edukasi yang baik kepada masyarakat mengenai faktor risiko terhadap terjadinya kanker serviks dan upaya-upaya untuk mendeteksi dini penyakit tersebut dan upaya-upaya pencegahan agar terhindar dari penyakit kanker serviks.
“Jupe memang sudah meninggalkan kita semua, tetapi tetap ada hikmah yang bisa diambil akan perjalanan panjang hidup beliau sampai akhir hayatnya. Semangat hidup yang tinggi dan semangat untuk sembuh diakhir hayatnya dan satu hal yang memotivasi nya untuk tetap hidup dan bertahan adalah untuk terus ingin berbakti pada ibu dan adik-adiknya, hal yang bisa menjadi inspirasi buat kita yang masih hidup.”
“Selamat jalan Mbak Jupe. Semoga husnul khotimah. Amin,” pungkas Dokter Ari Fahrial Syam. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Oh, Ini yang Selalu Diingat Gaston Castano dari Sosok Jupe
Redaktur & Reporter : Soetomo