Kabar Gembira dari BJ Habibie Sampai Bikin Dada Xanana Gusmao Sesak

Minggu, 15 September 2019 – 10:48 WIB
Presiden Pertama Timor Leste Xanana Gusmao (kanan) berpelukan dengan putra Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie, Ilham Akbar Habibie. Foto: M Risyal Hidayat/ama/Antara Foto

jpnn.com, JAKARTA - Presiden pertama sekaligus tokoh kemerdekaan Timor Leste Xanana Gusmao menyimpan banyak kenangan terkait sosok almarhum BJ Habibie.

Salah satunya ialah pesan Habibie soal pembangunan Timor Leste setelah wilayah itu berpisah dari Indonesia pada 1999.

BACA JUGA: 2 Surat Xanana Gusmao untuk Keluarga BJ Habibie, Apa Isinya?

“Saya terharu sekali dengan pemikiran kakak saya. Beliau bilang, ‘Xanana, menurut saya kalian harus memperhatikan pendidikan dan di zaman sekarang ini lebih memfokuskan pada teknologi dan sains,’” kata Xanana menirukan ucapan Habibie, saat melayat ke kediaman almarhum di Patra Kuningan, Jakarta, Sabtu (14/9) malam.

Untuk selalu mengingat pesan itu dan jasa Habibie bagi Timor Leste, Xanana menyebut bahwa ada simbol sains dan teknologi yang dicetak di salah satu bagian Jembatan Habibie di Kota Dili. “Pada Jembatan Habibie di Dili, di situ ada satu simbol teknologi untuk memberitahu bahwa Habibie adalah seorang yang demokratis dan Bapak Teknologi,” katanya.

BACA JUGA: BJ Habibie dan Gerakan Zakat

Xanana pun menceritakan pengalaman serta kontak dirinya dan Habibie yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI di masa-masa jelang referendum Timor Leste pada 1999. Saat itu, Xanana masih menjadi tahanan politik di era Presiden Soeharto. Dia dipenjara di Cipinang sejak 1992 hingga akhirnya dibebaskan pada 1999 di masa Presiden BJ Habibie.

“Tahun 99 saya 'warga negara' Cipinang. Waktu beliau (Habibie) bilang kasih kepada rakyat Timor Leste hak untuk memilih. Mau pecah itu, saya mau pecah. Saya teriak 'security-security' Saya sakit di sini," ujar Xanana sambil menunjuk dadanya.

Kegembiraannya mendengar kabar itu membuat dada Xanana terasa sesak. Perjuangannya sejak tahun 1980-an untuk meminta referendum bagi rakyat Timor Leste untuk menentukan nasib sendiri akhirnya tercapai.

“Karena tahun ‘83 saya sudah kasih ‘peace plan’, tetapi 16 tahun kemudian, 1999 baru bisa terjadi dan Pak Habibie adalah seorang aktor penentu di situ,” kata dia.

Setelah itu, Xanana pun dibebaskan oleh Habibie, kemudian referendum dilaksanakan pada 30 Agustus 1999 dengan hasil  mayoritas suara rakyat Timor Leste memilih berpisah dari Republik Indonesia.

Tidak hanya sebagai tokoh yang berjasa bagi Timor Leste, bagi Xanana pribadi, Habibie adalah seorang kawan lama yang kepergiannya pada Rabu (11/9) meninggalkan duka mendalam. “Saya tidak akan lupakan pertemuan kami terakhir, karena saya merasa bisa bahasa Arab, Habibie artinya mencintai dan dicintai,” kata Xanana. (suwanti/ant/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler