jpnn.com, JAKARTA - Juru Bicara dan Ketua Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menyatakan kasus positif pada bulan sebelumnya, maka kasus positif di Pulau Jawa Bali secara umum telah mengalami penurunan sebesar 74 persen.
Namun, Prof. Wiku mengatakan pemerintah terus memantau perkembangan COVID-19 di seluruh wilayah di tanah air dan mengevaluasi penanganannya.
BACA JUGA: Satgas Covid-19: Pemerintah Menyiapkan Faskes Terapung untuk Mendukung PON PapuaÂ
Menurut dia, Pulau Jawa dan Bali masih menjadi wilayah terbesar penyebaran virus, baik kasus positif, kematian maupun kasus aktif. Namun, tingkat kesembuhan di wilayah ini, juga mengalami peningkatan.
Wiku menyebut dari jumlah kasus positif, wilayah Jawa Bali menyumbang 67,76 persen dari total kasus nasional.
BACA JUGA: Soal Ini, Satgas Minta Para Kepala Daerah se-Indonesia Belajar dari Depok
Menyusul pada urutan berikutnya adalah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku-Papua di urutan terakhir dalam hal jumlah kasus positif.
“Artinya, persentase kasus positif sejalan dengan persentase kasus meninggal pada pulau-pulau di Indonesia,” ujar Prof. Wiku seperti dikutip di Jakarta, Minggu (12/9).
BACA JUGA: Satgas Ungkap 6 Provinsi Penyumbang Kasus Covid-19 Tertinggi di Indonesia
Prof. Wiku menyebutkan tingginya porsi kasus positif di Pulau Jawa Bali dikarenakan wilayah terebut mendominasi populasi di Indonesia, juga terdapat ibu kota negara di dalamnya, sehingga aktivitas sosial ekonominya cenderung lebih padat.
Oleh karena itu, Prof. Wiku mengimbau kepada setiap daerah di Indonesia untuk segera melakukan sinkronisasi data agar perkembangan COVID-19 di daerah terpantau lebih akurat.
Khususnya, kepada daerah-daerah yang menyumbang kasus tertinggi, pengawasan kepatuhan protokol kesehatan utamanya pada fasilitas umum dan sosial melalui Satgas Posko Fasilitas Publik harus ditingkatkan.
"Selain itu perlu adanya penguatan Satgas Posko di tingkat Desa/Kelurahan untuk memastikan pencegahan COVID-19 dilakukan sajak dari tingkatan terkecil," kata dia.
Prof. Wiku mengingatkan agar kewaspadaan harus selalu dijaga, mengingat perkembangan virus COVID 19 masih cukup dinamis.
Prof. Wiku menyebut sama halnya seperti semua virus, memiliki sifat alami untuk mengalami perubahan terus-menerus. Virus akan terus bermutasi selama masih ada di tengah masyarakat, baik pada skala lokal maupun global.
“Dalam hal ini, pemerintah melalui berbagai kebijakan menyeluruh, senantiasa berusaha menekan angka kasus. Semakin rendah penularan yang terjadi, semakin kecil pula kemungkinan virus mengalami perubahan menjadi varian baru,” ungkap Prof. Wiku.
Oleh karena itu, pemerintah mengharapkan masyarakat terus menjaga kesehatan dan mengurangi risiko terpapar virus COVID-19 dengan cara disiplin mengenakan masker, melakukan vaksinasi, juga menerapkan protokol kesehatan lainnya.
Wilayah geografis Indonesia yang luas dalam profil kepulauan, menuntut strategi pengendalian yang disertai kolaborasi dan sinergi kuat dari berbagai pihak. Dengan partisipasi tiap individu, dampak pandemi akan lebih terkendali.
"Dalam masa kedaruratan ini, Prof. Wiku mengajak masyarakat untuk menanggapi dinamika seperti ini dengan cermat. Yaitu dengan meningkatkan kewaspadaan, tanpa terlalu takut berlebihan, serta melakukan pembelajaran dan perbaikan tiada henti," tegas Prof. Wiku. (mcr10/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Elvi Robia