jpnn.com, JAKARTA - PT Arsari Pratama angkat bicara terkait ambulans Gerindra yang diamankan aparat Polda Metro Jaya. Mobil tersebut diamankan karena terkait dalam kerusuhan 22 Mei 2019.
Perusahaan tersebut menegaskan bahwa mobil itu sudah dihibahkan ke Partai Gerindra. Dengan demikian bukan lagi menjadi tanggung jawab PT Arsari Pratama. “PT Arsari hanya menyumbang mobil tersebut untuk keperluan medis kepada Kesira (Kesehatan Indonesia Raya),” ujar Direktur PT Arsari Pratama Daniel Poluan dalam keterangan tertulisnya, Jumat (24/5).
BACA JUGA: Hermawan Sulistyo: Prabowo Harus Bertanggung Jawab atas Kerusuhan 22 Mei
“Intinya PT Arsari membeli aset dan dipinjampakaikan ke Kesira. Dan Kesira mendistribusikan ke DPC-DPC untuk program pelayanan kesehatan,” imbuhnya.
Atas dasar itu, Daniel menekankan, semua jenis pemanfaatan kendaraan dipegang oleh Partai Gerindra. Termasuk terkait pembayaran pajak maupun perpanjangan STNK. “Kami tegaskan, tanggung jawab penggunaan, pemakaian dan pembayaran pajak kendaraan dibebankan ke pengguna atau yang pihak dikuasakan,” tegasnya.
BACA JUGA: Mobil Gerindra Angkut Batu Perusuh? Begini Kata Andre Rosiade
(Baca Juga: Ambulans Gerindra Terkait Keponakan Prabowo, Penumpangnya Tak Punya Kemampuan Medis)
Dalam hal ini Daniel mengaku tidak tahu persis kapan mobil ambulans bernomor polisi B 9686 PCF itu dihibahkan. Dia hanya memastikan sudah terjadi sangat lama. Mobil tersebut dihibahkan untuk kepentingan medis.
BACA JUGA: Ambulans Gerindra Terkait Keponakan Prabowo, Penumpangnya Tak Punya Kemampuan Medis
“Kami juga tidak ingat kapan mobil itu disumbangkan. Pokoknya sudah lama banget. Dan sekali lagi, itu untuk pelayanan medis,” tandasnya.
Terpisah, Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan, ambulans partainya memang sudah ada sejak 2009 silam. Semuanya difungsikan untuk kepentingan sosial masyarakat. Antara lain untuk urusan kesehatan dan medis, serta pengangkutan jenazah meninggal.
Pada 22 Mei lalu, DPC Tasikmalaya memang diperintahkan oleh DPD Gerindra Jawa Barat untuk membawa ambulans mendekat ke Jakarta. Hal tersebut untuk mengantisipasi adanya korban aksi unjuk rasa, sehingga bisa membantu memberikan pertolongan pertama.
“DPD Jabar memang informasinya meminta ambulans ada di sekitar Jakarta untuk membantu ke Jakarta. Karena banyaknya korban,” kata Riza di Jalan Kertanegara Jakarta Selatan.
Ketika itu ada tiga orang yang berangkat ke Jakarta, sebagaimana keterangan polisi. Mereka adalah sopir, Sekretaris DPC, dan Staf. Ketiga orang itu tidak pernah diperintah untuk membawa batu.
“Justru yang menjadi heran bagi kami kenapa ada batu di dalam ambulans. Apa kepentingan dan untungnya. Apalagi kami adalah aksi damai,” imbuhnya.
Dia mengklaim, sejak awal Partai Gerindra termasuk Prabowo Subianto selalu mengintruksi agar setiap aksi massa digelar secara damai. Tidak melakukan kegiatan melanggar hukum. Maka, tidak mungkin ada perintah membawa batu.
Untuk menelusuri kasus ini, Partai Gerindra sudah membentuk tim investigasi. Anggota Komisi II DPR itu merasa menjadi kambing hitam dalam perkara tersebut.
“Apakah ada pihak ketiga yang mencoba mendeskreditkan Partai Gerindra, mengkambinghitamkan partai Gerindra, kebetulan di lokasi ada ambulans partai. Kemudian ada orang yang dengan sengaja memasukan (batu), inilah yang sedang kami cari tahu,” pungkas Riza. (sabik aji taufan/jpc)
Simak Juga Video Pilihan Redaksi ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebaiknya Kedepankan Tentara Dekati Massa Jika Aksi Tak Mereda
Redaktur : Tim Redaksi