jpnn.com - Maskapai Lion Air Group sudah menerapkan kebijakan bagasi berbayar pada Selasa (22/1).
Meski aturan ini sudah disosialisasikan sejak awal 2019, masih saja ada sejumlah penumpang pesawat yang terkejut. Meski demikian, umumnya mereka terpaksa mengeluarkan kocek lebih dalam untuk membayar bagasi.
BACA JUGA: Lion Air Pindahkan Posko Penanganan Korban JT-610
Kaltim Post (Jawa Pos Group) turut memantau aktivitas penumpang di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan. Sejumlah penumpang Lion Air mengaku syok lantaran mahalnya harga bagasi yang harus mereka bayar.
Salah satunya dikeluhkan Dodo (32). Pria asal Balikpapan yang akan terbang ke Makassar Selasa pagi itu benar-benar dibuat kaget karena harus merogoh kocek Rp 884 ribu. Uang itu dia gunakan membayar beberapa barang yang dimasukkan ke bagasi Lion Air yang dia tumpangi.
BACA JUGA: Lion Air Alihkan Penerbangan Samarinda ke Balikpapan
Pria berbadan gempal itu, sejatinya sudah tahu adanya aturan penghapusan bagasi gratis oleh maskapai Lion Air Group. Namun ia tidak menyangka, jika beberapa kotak barang yang dia bawa bersama beberapa kerabat keluarganya dibayar mahal hingga ratusan ribu rupiah.
“Barang yang harus dibagasikan ada 34 kilogram. Saya harus bayar Rp 884 ribu. Kalau tahu seperti itu, mending sekalian naik pesawat yang mahal saja,” ungkapnya.
BACA JUGA: Kotak Hitam JT610 Ditemukan, Begini Respons Lion Air
Ia merasa keberatan dan menyesalkan penerapan harga bagasi yang terlampau mahal. Menurut dia, jika memang bagasi ditetapkan berbayar, maka paling tidak harus ada penyesuaian atas harga tiket pesawat. “Ini kali pertama saya dan keluarga harus bayar bagasi,” ungkapnya.
Senada, Hasrawati yang juga penumpang Lion Air tujuan Makassar mengaku kecewa. Perempuan paruh baya itu, sampai mengumpat lantaran harus menarik uang tambahan di dalam dompet untuk membayar barang miliknya yang dibagasikan.
Ibu berambut pirang sebahu itu mengira, berat barang yang dapat dimasukkan bagasi yakni 7 kilogram. Ternyata itu hanya untuk disimpan di dalam kabin. Karenanya, saat menimbang barang, dia sempat memprotes. “Akhirnya mau tak mau saya harus bayar Rp 286 ribu,” ucapnya.
Penumpang lainnya, Steven merasa kurang nyaman dengan kebijakan bagasi berbayar. Dia harus membayar Rp 312 ribu untuk biaya bagasi barangnya. Sementara kebanyakan di antara barang miliknya itu hanyalah baju dan celana.
Sementara itu, kebijakan penerapan bagasi berbayar juga membuat perempuan bernama Titik cukup kebingungan. Perempuan berkerudung asal Surabaya itu Selasa siang, sampai harus membongkar isi tas yang dia miliki dengan tujuan agar tidak terkena biaya bagasi.
Dia memahami, barang yang diizinkan masuk ke kabin secara gratis hanya 7 kilogram. Karena kelebihan muatan, maka hampir 30 menit lamanya, Titik harus membongkar dan memasukkan ulang barang di tas jinjing yang dia miliki.
Setelah diberikan penjelasan oleh petugas yang melayani proses check in tiket pesawat, barulah Titik memahami, jika sudah tidak ada lagi bagasi gratis yang diberikan ke penumpang.
“Saya tahu kalau enggak ada free bagasi lagi. Tapi saya kira, maksudnya free di bagasi itu 7 kilogram dan kabin 7 kilogram. Ternyata hanya yang di kabin yang free dengan muatan 7 kilogram,” jelasnya.
Meski hanya membayar Rp 175 ribu biaya bagasi, namun Titik merasa kurang nyaman dengan kebijakan itu. Apalagi sekarang harga tiket pesawat juga naik cukup signifikan. Jika sebelumnya Titik hanya membayar Rp 650 ribu untuk ke Surabaya dari Balikpapan.
Kini sejak harga tiket naik, dia harus membayar Rp 1,3 juta. “Sangat memberatkan sekali bagi kami. Kalau mau naik, ya bertahap lah. Jangan juga langsung sekaligus. Kan kasihan penumpang,” tuturnya.
Bila penumpang yang lain bersedia membayar biaya bagasi, beda halnya dengan Rudi. Pria asal Balikpapan itu merasa sangat keberatan dengan harga bagasi yang harus dibayar. Pria yang rencananya akan terbang ke Surabaya itu, sampai harus membatalkan membawa barang-barang miliknya.
Ia memutuskan untuk menitipkan dua kotak barang miliknya kepada salah seorang kerabatnya. “Berat barangnya hanya 7 kilogram. Tapi saya harus bayar sampai Rp 290 ribu. Lebih baik dikirim lewat kargo daripada harus masuk bagasi. Mahal soalnya,” sebutnya.
Atas kekecewaannya itu, ia mengaku ke depan tidak akan menggunakan jasa maskapai Lion Air. Menurutnya, dari sisi harga tiket, nilainya pun tidak jauh berbeda dengan pesawat lain. Sedangkan kualitas pelayanan yang diterima terbilang standar.
“Saya enggak bakal naik Lion Air lagi. Lebih baik sekalian ngambil pesawat yang mahal,” ucapnya dengan nada kecewa.
Staf check in Lion Air di Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan Afista Regian mengaku, biaya bagasi untuk setiap tujuan penerbangan memiliki harga yang berbeda-beda. Rute Balikpapan tujuan Jakarta dan Bandung dikenakan biaya bagasi Rp 42 ribu per kilogramnya.
Sementara untuk tujuan Balikpapan-Jogjakarta dikenakan Rp 39 ribu per kilogramnya. Kemudian Balikpapan-Makassar Rp 26 ribu per kilogram.
“Biaya bagasi sudah naik dari 3 Desember 2018. Naiknya Rp 10 ribu. Sebelumnya, untuk tujuan Makassar, per kilogramnya Rp 16 ribu. Sekarang sudah Rp 26 ribu,” jelasnya.
Perempuan berjilbab itu mengakui, banyak di antara penumpang yang memprotes kebijakan bagasi berbayar. Beberapa di antaranya bahkan ada yang merasa keberatan. Namun sebagai petugas check in tiket pesawat, ia hanya meminta agar penumpang memaklumi.
Meski sama-sama menerapkan biaya bagasi, maskapai Wings Air sedikit berbeda dengan Lion Air. Maskapai Wings Air masih menerapkan sistem satu harga untuk semua tujuan penerbangan yang berasal dari Balikpapan ke daerah lainnya.
“Harganya sama, Rp 25 ribu per kilogram. Misalnya, Balikpapan ke Berau, Makassar, dan Jakarta semua harga sama,” ungkap Jihan Safila Adia, salah seorang staf check in Wings Air di Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan.
Adapun Margareth, calon penumpang Lion Air lainnya yang terbang dari Bandara Sepinggan mengaku keberatan atas penerapan bagasi berbayar itu. Saat ditemui di area check in Lion Air, dia hendak berangkat ke Manado. Maskapai yang ada direct ke Manado hanya Lion Air.
“Saya sudah membeli tiket Rp 1 juta. Ini saya harus menambah sekitar Rp 590 ribu karena ada barang masuk ke bagasi pesawat seberat 16 kilogram. Ya mau bagaimana lagi, sudah aturannya begini. Saya bayar saja,” ucapnya.
Senada, Andi (36) juga mengatakan hal yang sama. Ia harus membayar sekitar 500 ribu untuk bagasi pesawat. “Ya mau bagaimana lagi. Pemerintah sudah setuju. Jadi ikuti saja,” sahut pria yang akan pergi ke Surabaya itu.
Dari informasi yang disampaikan petugas bandara Lion Air, Suci, mengatakan penerapan perdana bagasi berbayar di Bandara Sepinggan kemarin penumpang sebagian besar menerima. Tidak ada komplain yang berlebihan.
Namun, khusus pada penerbangan subuh, sempat ada penumpang yang syok karena harus membayar bagasi. Bahkan hingga lemas seperti akan pingsan. Tapi tidak lama dia bangkit lagi. “Kemungkinan kaget karena harus membayar bagasi mahal,” bebernya.
Asisten Manager Lion Air Balikpapan Rachimsyah mengaku, belum menerima pengaduan apapun dari penumpang setelah kebijakan bagasi berbayar diterapkan kemarin. Namun jika ada pengaduan, pada prinsipnya pihaknya terbuka dan siap menampung. “Semuanya masih berjalan normal,” aku dia.
Selain itu, ia juga belum dapat memastikan apakah ada penurunan atau tidak terhadap penggunaan bagasi. Ia beralasan, karena pelayanan bagasi berbayar baru diterapkan kemarin, maka paling tidak, sepekan ke depan baru dapat dilihat dan dilakukan evaluasi. “Sejauh ini semua masih terpantau aman,” sebutnya.
Di sisi lain, kegiatan penerbangan di pertengahan Januari ini terbilang normal. Tidak ada lonjakan penumpang seperti saat libur panjang Natal dan tahun baru, yang berdampak pada tingginya penggunaan bagasi.
Khusus bagi penumpang yang membeli tiket pesawat di bawah tanggal 8 Januari 2019, baik untuk penerbangan di atas 22 Januari maupun pada Februari mendatang, masih akan mendapatkan bagasi gratis 20 kilogram. “Tapi kalau beli tiketnya sudah di atas tanggal 8 Januari, maka sudah diterapkan bagasi berbayar,” sebutnya.
Menurut Rachim, pada prinsipnya kebijakan bagasi berbayar telah disosialisasikan pihaknya. Baik melalui agen travel maupun media. “Para agen travel juga pasti sudah menginformasikan,” katanya.
Dikatakan, Lion Air menyiapkan tempat penitipan barang bagi penumpang yang tidak dapat membawa barang mereka saat akan berangkat. Dengan catatan, barang tersebut harus diambil keluarga penumpang tidak lebih dari tiga hari setelah dititipkan. “Kalau lebih dari tiga hari baru diambil, nanti akan dibuatkan kesepakatan dengan penumpang,” bebernya.
Tak hanya penumpang yang berangkat dari Bandara Sepinggan yang terkejut atas pemberlakuan bagasi berbayar. Kondisi serupa juga terjadi di Bandara APT Pranoto Samarinda.
Widi, salah satu penumpang mengaku pasrah dengan penerapan bagasi berbayar. Apalagi, dirinya tidak mungkin membatalkan penerbangan begitu saja. Meski tarif bagasi yang ditentukan pihak maskapai cukup mahal.
“Saya pikir gratis. Pas check in ternyata dimintai tarif bagasi. Cukup kaget, karena petugas baru menyampaikan. Sebelumnya saya tidak mengetahui,” ujar penumpang asal Sangatta itu.
Apalagi, lanjut dia, barang miliknya yang akan dititipkan di bagasi seberat 21 kilogram. Dia pun terpaksa membayar Rp 475 ribu. “Kalau bisa, biayanya lebih murah. Kan harga tiket masih mahal. Jangan tarif bagasi ikutan mahal,” imbuhnya.
Dari data yang diperoleh koran ini, penerbangan dari Samarinda menuju Surabaya untuk bagasi wajib membayar Rp 37 ribu per kilogramnya. Sedangkan penerbangan menuju Berau, tarif per kilogram ditetapkan Rp 25 ribu.
Kepala Unit Pelaksana Bandar Udara (UPBU) APT Pranoto Dodi Dharma Cahyadi memastikan, penerapan bagasi berbayar itu berlaku nasional. Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan keputusan maskapai. Sehingga UPBU tidak berwenang untuk mengintervensi.
Kepala Station Manager Lion Air Group Samarinda Nasrul tidak menampik banyak penumpang yang masih saja terkejut dengan pemberlakukan bagasi berbayar. Padahal sosialisasinya sudah dilakukan sejak awal tahun ini.
“Ada beberapa penumpang yang menanyakan. Setelah dijelaskan akhirnya mengerti,” kata dia. “Tapi tidak ada yang protes. Makanya pendataan barang yang akan dimasukan bagasi berjalan lancar. Kami hanya mengikuti kebijakan pusat,” sambungnya.
Diwawancarai terpisah, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi turut bersuara atas mahalnya harga tiket dan bagasi di dunia penerbangan saat ini. Ia menyebut, perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap penerapan bagasi berbayar itu.
“Angkutan udara merupakan salah satu transportasi paling dipilih masyarakat. Tapi tidak semua orang mampu membayar tarif bagasi yang tinggi. Itu sangat memukul dunia UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) kita. Sangat berpengaruh pada penjualan para pegiat usaha,” ungkapnya. (*/drh/*/dq/aji/lil/rom/k18)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Catat! Tanggal Lion Air Mulai Terapkan Bagasi Berbayar
Redaktur & Reporter : Soetomo