Kakak Adik Bisnis Mukena Modal Nol Rupiah, Pendapatan Rp 300 Juta per Bulan

Senin, 24 Oktober 2022 – 14:54 WIB
Pendiri Mooeishop, Fitri Asiah dan Desy Suryani Huriyah. Mereka meraup pendapatan hingga Rp 300 juta per bulan dari bisnis mukena. Foto: ANTARA/Sinta Ambarwati

jpnn.com - JAKARTA - Kakak Adik Bisnis Mukena, Modal Nol Rupiah kini Pendapatan Rp 300 Juta per Bulan.

Fitri Asiah dan Desy Suryani Huriyah punya prinsip bahwa ketekunan, kerja keras, serta kejujuran merupakan bekal menuju sukses.

BACA JUGA: Praktis dan Bercorak Menarik, Mukena Kekinian Makin Diminati

Memegang teguh prinsip tersebut, kakak beradik itu sukses mengembangkan bisnis mukena premium.

Usaha yang dirintis dari kawasan Tangerang Selatan ini manawarkan produk andalan berupa set mukena untuk acara seserahan perkawinan.

BACA JUGA: Bukti Ketangguhan Kartini Masa Kini, Rima Melati Bawa Mukena Bukittinggi Hingga Negeri Jiran

Keduanya merintis berjualan mukena pada 202 hingga 2016 bermodalkan kepercayaan dari kerabat dengan sistem reseller.

“Jujur, modalnya nol rupiah, kami dipinjami barang sama kerabat,” jelas Fitri saat dijumpai di kawasan Kuningan, Jakarta.

BACA JUGA: Wow, Syahrini Jual Mukena Bertabur Emas, Sebegini Harganya

Mukena produk mereka berbahan rayon biasa yang lazim dijumpai di sejumlah lokasi perbelanjaan.

Inovasi Produk Mukena

Pada 2017 keduanya terpikir melakukan inovasi mukena dengan mengembangkan bahan mukena dari rayon ke sutera atau silk yang lebih lembut. Selain itu, menambahkan aksesoris berupa renda.

Inovasi produk mukena itu mendapat sambutan pasar, termasuk dari sahabat yang mempercayakan mukena Fitri dan Desy sebagai seserahan dengan hiasan yang khas.

Keduanya lantas mencari jenama yang sekiranya mencerminkan segmen sekaligus kualitas produk. Ketemulah nama Mooeishop untuk jenama produk tersebut.

Percaya diri dengan hasil, foto mukena yang dihias untuk seserahan pun akhirnya ditayangkan di media sosial.

Memanfaatkan fitur berbayar di platform tersebut, keduanya mulai banyak dikenal netizen dan mendapatkan sambutan bagus.

“Kami promote ke akun inspirasi nikah. Kami taruh di Instagram untuk ide nikah, eh bagus penerimaannya. Di situ orang tanya: sekalian sajadah, Al-Qur’an-nya, nggak,” jelas Desy.

Keduanya langsung gerak cepat untuk memperkaya variasi produk jualan.

Tidak hanya mukena, mereka mulai mencari vendor-vendor Al-Qur’an, tasbih, serta sajadah bermutu premium.

Desy menekankan bahwa seleksi kualitas yang dilakukan oleh jenama ini cukup ketat yang membuat beberapa orang pegawainya sempat keluar-masuk.

Dia paham bahwa menjaga kualitas produk sangat penting. Desy memang tidak mau produk asal-asalan.

Fitri tiba-tiba punya ide memberikan produk ke penata rias (make up artist/MUA) Fitri Liza, sosok yang merias keduanya saat menikah.

Sang penata rias dengan senang hati memamerkan mukena buatan Fitri dan Desy di salah satu akun media sosialnya.

“Pas di-posting sama dia, makin boom lagi,” kisah Fitri.

Produk mukena tersebut makin dikenal luas oleh publik dan pasar mulai melihat Mooeishop sebagai penyedia set mukena untuk seserahan/mahar nikah. Hal ini dimanfaatkan sebagai momentum sekaligus upaya mempertajam target pasar.

Desy bercerita waktu mau nikah, dia mencari mukena yang bagus harus keliling-keliling dan itu sangat melelahkan.

Dari pengalaman pribadi itulah Desy akhirnya membikin position khusus buat mahar.

Ramadhan Membawa Berkah

Pada 2020 sebuah vendor pernikahan bernama Seserahan by Rose Arbor mendekorasi mukena Mooeishop untuk seserahan pernikahan.

Permintaan set seserahan perkawinan makin melesat pada 2020, meski saat itu ada pandemi Covid-19.

Disusul permintaan set dengan perlengkapan lainnya, seperti sajadah, Al-Qur’an, dan tasbih terutama saat Ramadhan.

Bulan Ramadhan membawa berkah tersendiri bagi bisnis mereka. Tren memberikan bingkisan atau hampers menjadi pendongkrak penjualan mukena.

Fitri dan Desy memutar otak agar penjualan tetap stabil dan tidak terlalu anjlok usai Ramadhan.

Keduanya punya ide baru, yakni membuatkan sejumlah paket mahar sehingga calon pembeli dapat menyesuaikan dengan kebutuhan serta tak perlu mencari-cari ke tempat lainnya (one stop shopping).

Berkaca pada keberhasilan promosi yang dilakukan melalui platform digital sebelumnya, usaha yang kini telah menyerap sekitar 15-20 orang penjahit dan 12 orang karyawan di kantor ini pun makin giat mempromosikan produk jenama fesyen buatannya, salah satunya dengan bekerja sama dengan beberapa pemengaruh (influencers).

Dipakai Atta Halilintar dan Aurel

Bahkan mukena yang kini produksinya sudah 90 persen in house ini telah digunakan sebagai mahar dan seserahan pada pernikahan artis kenamaan Indonesia, seperti Atta-Aurel, Sule-Natalie, Belva Sabrina.

“Dengan adanya rekomendasi belanja itu membuat influencer ketika menerima produk kita, mereka tak masalah dengan barter produk dan exposure.”

“Kasarnya, kami nggak perlu bayar lagi ke mereka nih untuk di-posting karena mereka juga mendapatkan kebutuhan sesuai dengan kebutuhannya. Mereka happy dengan produknya,” kata Fitri.

Adapun mukena jenama lokal ini dibanderol mulai harga Rp 555.000 sampai Rp 1,8 juta.

Paket mukena dan kelengkapan mahar dipatok harga mulai dari Rp 899.00 hingga Rp2,7 juta. Produk paling laris adalah mukena klasik dan tirus.

Kakak beradik ini mampu menjual 200 hingga 300 mukena per bulan, dengan pendapatan Rp 200 juta hingga Rp300 juta.

Adapun pertumbuhannya rata-rata mencapai 40 persen dalam beberapa tahun terakhir.

Ke depan, Fitri dan Desy berharap dapat berkolaborasi dengan jenama-jenama nasional agar produknya dapat berkembang, serta memacu pemasaran bisnisnya sehingga tujuan branding sebagai produsen mukena mahar asal Indonesia yang premium, cantik, dan nyaman tersemat dengan jelas (top of mind) di kalangan masyarakat luas.

Jangan Malu Berdagang

Keduanya turut menceritakan sosok inspiratif di balik bisnis yang dikelola, yakni sang ayah yang telah menginspirasi agar tidak malu berdagang.

Keduanya punya mindset bahwa lapangan perkejaan itu bisa diciptakan sendiri, bisa menjadi bos untuk diri sendiri. Hobi tersebut banyak menghasilkan, jangan di anggap remeh.

Itulah yang menyebabkan keduanya termotivasi dan menamainya jiwa dagang; suka uang dan suka cuan (untung).

Bagi siapa pun yang ingin memulai bisnis, Desy berpesan agar fokus mencari bidang yang disukai, serta dalam prosesnya perlu memikirkan posisi bisnis yang unik meski tak mudah.

“Start small, tidak usah banyak pikiran. Coba saja dulu,” pesan Desy. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler