jpnn.com - BELO HORIZONTE-Kekalahan 1-7 melawan Jerman di kandang sendiri diyakini adalah tragedi terburuk dalam sejarah sepak bola Brasil. Bagi negeri yang sudah menganggap bahwa sepak bola adalah bagian dari kebudayaan, pembantaian di semifinal Piala Dunia 2014 itu tidak bisa diterima.
Tragedi 2014 tersebut diyakini lebih buruk dari 1950 alias Maracanazo. Saat itu, bermain di Stadion Marcana, Brasil yang butuh hasil imbang untuk menjadi juara, justru kalah 1-2 melawan Uruguay.
BACA JUGA: Van Gaal Pastikan Dampingi Tur Pramusim MU
Walau kalah tipis, namun kejadian tersebut sangat membekas dan menjadi trauma rakyat Brasil. Bahkan gelar juara lima kali tahun 1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002 tidak begitu saja terhapus dari ingatan kolektif rakyat Brasil.
Tetapi pembantaian 1-7 di Estadio Mineirao, Belo Horizonte Rabu (9/7) kemarin, kadarnya lebih mengerikan daripada pada 1950. Kemarahan, kekecewaan, dan kesedihan, menyelimuti negeri berpenduduk lebih dari 201 juta tersebut.
BACA JUGA: Lawan Belanda, Messi Seperti Menaklukkan Himalaya
Ini juga bisa berdampak pada pencalonan periode kedua Presiden Dilma Rousseff, Oktober mendatang. Bisa saja rakyat Brasil yang kecewa tidak akan memilih Rousseff.
"Ini lebih buruk dari 1950. Ini adalah pertandingan saat Anda begitu menderita dan berjuang dengan sangat keras. Ini adalah pembantaian yang sempurna," ucap Fernando Hazzan fans Brasil berusia 28 tahun, di Sao Paulo seperti dilansir Reuters.
BACA JUGA: Everton Resmi Kontrak Gareth Barry
"Pertandingan ini jelas akan juga menjadi sejarah," imbuhnya.
Di Stadion Mineirao, situasinya lebih gawat lagi. Para penonton sudah meninggalkan arena sebelum babak pertama berakhir. Mereka kemudian memasuki bar dan restoran yang tersebar di Belo Horizonte.
Berdasarkan laporan Reuters, penduduk Brasil banyak yang menangis, berteriak histeris di depan televisi, hingga ada juga yang membakar bendera Brasil ramai-ramai di Sao Paulo. Tidak terhitung berapa banyak yang menenggelamkan dirinya dalam minuman keras.
Tetapi ada juga yang optimistis. Seperti Michelle Gomes, seorang pebisnis lokal Rio de Janeiro. "Memori soal Piala Dunia bagaikan sebuah tragedi hebat. Noda yang luar biasa. Ah, tapi satu bulan saja orang-orang pasti akan lupa," tegas Gomes kepada Reuters. (nur)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diego Costa Hengkang, Mandzukic Datang
Redaktur : Tim Redaksi