Kalahkan Ekspektasi Dunia, Ekonomi Tiongkok Menguat

Kamis, 18 April 2019 – 11:53 WIB
Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Xi Jinping di East Hall, Great Hall of the People, Beijing, Tiongkok, Minggu (14/5). FOTO: Biro Pers Istana Presiden

jpnn.com, BEIJING - Raksasa ekonomi dunia, Tiongkok, kembali menunjukkan taringnya setelah loyo bertahun-tahun. Biro Statistik Nasional Tiongkok merilis pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama 2019. Di luar ekspektasi, PDB Negeri Tirai Bambu itu naik hingga 6,4 persen.

Menurut Agence France-Presse, pertumbuhan tersebut di luar ekspektasi dunia. Memang, pemerintah Tiongkok memasang target 6-6,5 persen untuk kuartal pertama. Target itu merupakan pertumbuhan paling lambat sepanjang tiga dekade.

BACA JUGA: Muktamar OBOR

Namun, IMF menyebut bahwa pertumbuhan PDB pemerintahan Xi Jinping mencapai 6,2 persen. Sementara itu, CNN merilis bahwa rata-rata pakar ekonomi memperkirakan angka pertumbuhan 6,3 persen.

"Ekonomi nasional menunjukkan kinerja yang stabil dan lebih percaya diri," ujar Jubir Biro Statistik Nasional Tiongkok Mao Shengyong.

BACA JUGA: Perut Gunung

Selisih 0,1 persen itu sangat dibutuhkan Tiongkok. Sejak kebijakan pengetatan pinjaman dan perang dagang dengan AS, roda ekonomi negara tersebut semakin payah. Beberapa saat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi terus berada di bawah target.

"Di saat ekonomi global lesu, tugas untuk memperbaiki dan mengembangkan (ekonomi, Red) masih berlanjut. Pemerintah tak akan beristirahat mengeluarkan kebijakan yang baik," ungkap Mao.

BACA JUGA: Tak Becus Urus Ekonomi, Petahana Masih Unggul Jauh di Survei

Kabar tersebut tentu disambut gembira oleh negara-negara asing. Tiongkok adalah salah satu tonggak pertumbuhan ekonomi dunia. Ratusan negara pasti terciprati dampak kabar gembira itu.

"Pertumbuhan yang di luar perkiraan menunjukkan kondisi ekonomi Maret yang kuat. Dengan pertumbuhan kredit yang naik, Tiongkok bakal mencapai dasar sebelum memantul kembali," ujar Julian Evans-Pritchard, pakar ekonomi dari Capital Economics.

Seperti kata Julian, pelonggaran kredit oleh rezim Xi merupakan salah satu pendorong ekonomi Tiongkok di tiga bulan pertama 2019. Maret lalu, pemerintah gencar mengucurkan dana pinjaman ringan kepada perusahaan.

Menurut laporan, investasi oleh BUMN Tiongkok tumbuh 6,7 persen. Pertumbuhan investasi swasta justru melambat di angka 6,4 persen.

"Saya kira pembuat kebijakan sudah berbalik arah. Mereka kembali menaikkan (jumlah pinjaman) setelah dua tahun mencoba mengerem," ujar Alex Wolf, kepala bagian strategi investasi di J.P. Morgan Private Bank Asia, kepada Bloomberg.

Sayangnya, tak semua orang menyambut bahagia kabar tersebut. Beberapa lembaga masih ragu dengan angka yang dirilis pemerintah Tiongkok. Mereka merasa bahwa 6,4 persen hanyalah angin surga yang diembuskan Xi untuk mendongkrak ekonomi.

"Angka PDB yang dirilis Tiongkok hanyalah sampah. Informasi itu sudah bukan rahasia lagi," ujar CEO China Beige Book Leland Miller.

Kalaupun benar, lanjut Miller, bukan berarti Tiongkok aman-aman saja mengucurkan pinjaman dalam volume besar. Victor Shih, profesor di University of California, San Diego, menegaskan bahwa Tiongkok berada di ambang gelembung kredit. Jika proporsi utang terus melebar, keseimbangan ekonomi Tiongkok akan jatuh. (bil/c6/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mikir Itu Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Tiongkok   Ekonomi  

Terpopuler