Kamar Ganti Prancis Memanas

Jumat, 22 Juni 2012 – 20:17 WIB
Timnas Prancis menjalani sesi latihan. Foto: Getty Images

KIEV - Euro 2012 disebut sebagai tonggak kebangkitan generasi baru tim nasional Prancis. Mereka telah melupakan kegagalan yang menerpa di ajang Piala Dunia 2010. Satu langkah telah dilalui tim Ayam Jantan. Mereka sudah memastikan diri berlaga di perempat final.
   
Namun generasi baru tak sepenuhnya lepas dari problem lawas. Perpecahan pemain di kamar ganti kembali menghantui tim selepas kekalahan 0-2 dari Swedia di laga terakhir Grup D. Problem yang sama memorak porandakan tim saat berjuang di Afrika Selatan dua tahun lalu.
   
Kekalahan melawan Swedia memang tak mencegah langkah Prancis ke babakl delapan besar. Tapi Pelatih Laurent Blanc harus berpikir lebih keras untuk menyatukan timnya lagi jelang melawan Spanyol. Pelatih yang turut mengangkap gelar Piala Dunia 1998 dan Euro 200 itu mengakui memang ada sedikit hawa panas di ruang ganti timnya.
   
"Ya, ada sedikit panas. Tapi, semua sudah mandi air dingin," tuturnya sedikti bercanda. "Itu menunjukkan ada sedikit pecikan dan saya harap itu ada ketika akan menghadapi Spanyol, karena kami membutuhkannya," lanjut Blanc.
   
Salah satu pemain yang mendapatkan sorotan dalam perang dingin di kamar ganti Prancis adalah salah satu pemain senior, Florent Malouda. Dia menyatakan ketidak puasan terhadap performa timnya. Tapi, dia malah memilih bungkam dengan alasan takut pernyataannya bakal kebablasan.
   
Dalam tim, Malouda adalah yang paling senior selain Anthony Reveillere. Malouda juga anggota skuad Prancis di Piala Dunia 2010. Dia juga turut memanaskan suasana tim di Afsel dengan mogok latihan ketika Nicolas Anelka dikirim pulang.
   
"Yang saya lihat adalah terbangunnya iblis dalam diri saya dan saya tak mau mengekspresikannya. Sebab, dalam suasana panas (usai kalah) seperti itu sangat berisiko meluncurkan roket dan rudal. Ada beberapa yang harus dipilah dan kadangkala bisa menyakiti orang dengan komentar anda," tutur Malouda seperti dikutip Guardian.
   
Tapi dengan emosi yang telanjur terbakar sebagai imbas dari penampilan tak sesuai harapan saat melawan Swedia yang tak lagi punya harapan lolos,beberapa pemain tak bisa menahan emosinya saat kembali ke ruang ganti.
   
Malouda memilih untuk mengambil alasan positif terkait insiden yang terjadi, tanpa menyebut nama-nama rekannya. "Keseimbangan tim rapuh dan ketika mulai ada pikiran bakal bersinar secara individu di Euro maka roda berputar dan Anda membayar sangat mahal untuk setiap kesalahan," sambung Malouda.
   
Ada tujuan pribadi, juga tujuan kolektif, tegas Malouda. Target dari komentar Malouda tersebut kemungkinan adalah gelandang Manchester City Samir Nasri. Dalam tiga pertandingan yang dilakoni Prancis, nasri jadi pemain yang paling dominan di kubu Prancis.Dia adalah pemain Prancis yang paling banyak berlari dengan bola di tiga pertandingan.
   
Selain itu, Nasri dikenal memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan beberapa pemain senior Prancis. Salah satunya adalah perseteruannya dengan mantan pemain timnas Prancis dan juga mantan rekannya di Arsenal William Gallas.
   
"Sulit untuk menunjuk seseorang dalam hal bagaimana mereka bermain atau tujuan pribadi mereka. Cara Samir bermain tidak berubah tapi itu salah satu kekuatannya. Tapi sebagai pemain berpengalaman saya dapat mengatakan bahwa ada keseimbangan harus ditemukan antara tim dan tujuan pribadi,"
   
Lalu, Malouda merujuknya dengan persiapan tim menghadapi Spanyol. Menurutnya, Prancis harus segera menyelesaikan problem semacam itu jika tak mau dipermak Spanyol. "Jika kita tidak menyelesaikan masalah itu sebelum hari Sabtu,. Dengan lawan selanjutnya, kekalahan bisa jadi makin berat," tutupnya. (ady)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warning dari King Otto


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler