jpnn.com, BANGKOK - Meski tidak terbuka, dukungan yang diberikan Kamboja kepada Myanmar sudah cukup untuk membuat negara yang dikuasai junta militer itu merasa jemawa ketika sebagian besar negara tidak ramah kepada mereka.
Myanmar yakin bahwa Kamboja akan menjalankan tugasnya sebagai ketua ASEAN tahun ini dengan adil, kata juru bicara junta Myanmar, Zaw Min Tun.
BACA JUGA: Myanmar Jadi Negara ASEAN Pertama yang Gunakan Mata Uang China, Siapa Selanjutnya?
Ketika berbicara kepada, Jumat, Zaw Min Tun mengatakan ada "hasil yang baik" dari kunjungan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen ke Myanmar pekan lalu.
Dia juga mengatakan tekanan internasional terhadap Myanmar tidak berkurang, tetapi negara itu tidak akan tunduk pada tekanan.
BACA JUGA: WN Myanmar Bunuh Diri di Ruang Tahanan Imigrasi Ambon, Polisi Langsung BergerakÂ
Pertemuan Hun Sen dengan pemimpin junta Jenderal Min Aung Hlaing menggarisbawahi kunjungan pertama yang dilakukan oleh seorang kepala pemerintahan Kamboja ke Myanmar sejak kudeta militer di Myanmar tahun lalu.
Kunjungan Hun Sen itu merupakan pukulan bagi upaya internasional, termasuk Indonesia, Malaysia dan beberapa negara ASEAN lainnya, untuk mengisolasi para jenderal Myanmar.
BACA JUGA: Konflik di Myanmar Makin Tidak Manusiawi, Anak-Anak Dibantai Secara Keji
Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah sementara itu menyuarakan kekhawatirannya bahwa kunjungan Hun Sen dapat dilihat sebagai pengakuan regional terhadap junta yang kini berkuasa di Myanmar.
"Ada pihak-pihak yang berpendapat bahwa dia seharusnya tidak melakukan kunjungan itu karena kunjungannya telah ditafsirkan sebagai pengakuan terhadap militer di Myanmar," kata Saifuddin kepada wartawan di Kuala Lumpur, Kamis (13/1).
“Malaysia berpendapat bahwa dia berhak mengunjungi Myanmar sebagai kepala pemerintahan Kamboja. Namun, kami juga merasa bahwa karena dia telah menjabat sebagai ketua ASEAN, dia mungkin bisa berkonsultasi dengan para pemimpin ASEAN lainnya dan memperhatikan pandangan kami tentang apa yang harus dia lakukan jika dia pergi ke Myanmar," ujar Saifuddin, menambahkan.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta terjadi. Militer militer menggunakan kekuatan mematikan untuk memadamkan protes dan menghadapi perlawanan bersenjata di berbagai wilayah dari lawan yang disebutnya "teroris".
Ribuan orang telah ditangkap dan pemimpin yang digulingkan, Aung San Suu Kyi (76 tahun), dihukum karena kejahatan di antaranya hasutan dan melanggar aturan virus corona.
ASEAN akhir tahun lalu mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan mengecualikan Min Aung Hlaing dari pertemuan puncak para pemimpin negara-negara Asia Tenggara itu.
Penolakan kehadiran didasarkan atas kegagalan Min menerapkan rencana perdamaian lima poin untuk mengakhiri permusuhan dan memulai dialog inklusif, yang telah dia setujui dengan ASEAN.
Saifuddin mengatakan tidak jelas apakah Kamboja, sebagai ketua ASEAN, akan terus mengecualikan junta Myanmar dari pertemuan ASEAN sampai negara itu menunjukkan kemajuan dalam menangani krisis pasca kudeta.
Sebelumnya, Menlu Kamboja Prak Sokhonn mengatakan negaranya sebagai ketua ASEAN akan mengambil "pendekatan berbeda" terhadap krisis Myanmar.
Menurut media pemerintah Myanmar, Min Aung Hlaing berterima kasih kepada Hun Sen karena "berpihak pada Myanmar". (ant/dil/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Adil