Kamrussamad: Waspada Resesi Ekonomi Akibat Virus Corona

Rabu, 11 Maret 2020 – 10:13 WIB
Anggota DPR dari Fraksi Gerindra, Kamrussamad. Foto : Humas DPR

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR Kamrussamad mengingatkan potensi terjadinya resesi ekonomi global dan berpengaruh ke perekonomian Indonesia akibat wabah virus corona atau Covid-19.

Menurutnya, gejala itu sudah terlihat dari beberapa indikator. Antara lain, ujar dia, arus keluar masuk di bandar udara mengalami penurunan di atas 60 persen. Selain itu, lanjut dia, arus keluar masuk barang dalam empat pekan terkahir menurun di atas 60 persen. Bursa saham juga mengalami dampak.

BACA JUGA: Aduh! Menteri Kesehatan Positif Corona

“Kemudian saya ukur bursa saham kita. Dalam dua minggu lalu lebih dari Rp 500 triliun turun," kata Kamrussamad dalam diskusi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (10/3).

Menurutnya, bila dilihat beberapa perusahaan nasional itu mengalami kerugian besar-besaran di bursa, tetapi mereka tidak mengumumkannya supaya tak terjadi kepanikan.

BACA JUGA: Ada yang Aneh dengan Pasien Corona Kasus ke-27 Ini

Dia mengungkap per per Senin 9 Maret 2020 kemarin, bursa kembali drop sehingga membuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan satu kebijakan relaksasi. Pekan lalu, kata dia, sudah dikeluarkan dua kebijakan relaksasi untuk dunia perbankan.

“Kemudian, per malam tadi kebijakan untuk bursa kita yaitu emiten bisa membeli kembali atau buy back saham tanpa melalui RUPS (rapat umum pemegang saham)” katanya.

BACA JUGA: Habib Aboe Minta Imigrasi Pantau Keberadaan TKA Tiongkok di Kalsel

Selain itu, lanjut Kamrussamad, potensi itu juga bisa dilihat dari sektor riil. Mal, hotel, restoran, hingga di warung-warung terdampak. "Daya beli masyarakat mengalami penurunan. Semuanya mengalami drop,” tegas legislator Daerah Pemilihan (Dapil) III DKI Jakarta (Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu) itu. 

Tidak hanya sampai di situ, Kamrussamad juga menyatakan harga minyak dunia turun menjadi USD 30 per barel. Sepanjang sepuluh tahun terakhir, kata dia, ini merupakan harga minyak terendah dan di luar prediksi banyak orang.

“Bisa dibayangkan ini bukan lagi krisis ekonomi, tetapi resesi ekonomi. Bisa resesi berkepanjangan dan tidak ada yang bisa memprediksi sampai kapan terjadi,” kata politikus Partai Gerindra itu.

Terlebih lagi, lanjut dia, bulan depan akan menyambut Ramadan. Sebulan berikutnya Idulfitri. Konsumsi akan meningkat. Setelah itu, tahun ajaran baru dimulai sehingga orang tua butuh biaya untuk menyelesaikan kebutuhan sekolah anak-anaknya.

“Kami harapkan ekonomi sektor riil bisa menggeliat dengan relaksasi kebijakan perbankan,” tegasnya. 

Kamrussamad pun menyatakan bahwa ada tiga hal yang harus ditangani pemerintah dalam waktu bersamaan dalam menghadapi situasi ini.

Pertama, menangani pencegahan penyebaran serta antisipasi terhadap virus corona dengan pendekatan medis dan seluruh perangkatnya. Kedua, menangani dampak dari resesi ekonomi global terhadap kebutuhan masyarakat. Ketiga, kata dia, harus bersikap realistis dengan mempertimbangkan kembali Omnibus Law RUU Cipta Kerja untuk didorong saat ini.

Menurut Kamrussamad, mempertimbangkan kembali mendorong Omnibus Law RUU Cipta Kerja bukanlah sesuatu yang salah.

Dia menegaskan, sikap realistis itu diperlukan supaya tidak menimbulkan gejolak, masalah, dan tekanan baru dari kalangan buruh terhadap pemerintah.

"Hari ini bukan lagi soal regulasi. Berapa lapis karpet merah yang akan diberikan kepada investor dalam kondisi seperti ini, siapa yang bisa menjamin mereka mau datang? Jadi harus realistis,” katanya.

Berikutnya, kata dia, harus realistis pula soal rencana pemindahan ibu kota negara. Menurut dia, kalau pembentukan Badan Otorita Ibu Kota Negara dan lainnya terus diwacanakan, ini menunjukkan kesan seolah-olah Indonesia sedang over likuiditas.

“Padahal, kita lagi kesulitan. Nah, ini perlu berpikir jernih, lebih realistis hadapi situasi ini,” ujar Kamrussamad.

Dia percaya, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto adalah orang yang matang di parlemen yang bisa memberikan masukan kepada Presiden Joko Widodo alias Jokowi maupun tim ekonomi pemerintah supaya lebih realistis dalam menghadapi ini. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler