jpnn.com, JAKARTA - Peningkatan elektabilitas Anies Baswedan, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah, membuktikan bahwa dukungan PKB berdampak signifikan.
Pasalnya, partai berbasis massa NU itu cukup kuat di kedua provinsi tersebut
BACA JUGA: Neng Wirdha Ungkap Momen Pertemuan dengan Anies Baswedan
"PKB diakui atau tidak diakui, merupakan representasi dari ormas terbesar di Indonesia yakni NU. Suka tidak suka, konstituen PKB itu boleh dibilang 99 persen adalah NU. Dengan demikian bisa disebut PKB sebagai partai politik yang merepresentasikan kekuatan NU," jelas Ketua KPU Jawa Tengah 2013-2018 Joko Purnomo, Selasa (26/9).
Dengan masuknya Ketum PKB Muhaimin Iskandar sebagai bakal cawapres Anies, support yang sangat besar pun muncul dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
BACA JUGA: Jazuli Juwaini: PKS Tetap Mendukung Anies Baswedan sebagai Capres
Dukungan itu tentunya memberikan peluang kemenangan yang lebih besar kepada pasangan Amin.
Meski demikian, dia menjelaskan survei hanya satu salah satu cara dalam melihat tingkat keterpilihan kandidat, sehingga tidak mutlak bisa dijadikan rujukan.
BACA JUGA: Cak Imin Buka Gembok Basis NU, Elektabilitas Anies Baswedan Langsung Melejit
Dia pun mengingatkan bahwa beberapa hasil survei terbukti meleset.
Pilgub Jawa Tengah 2018 adalah salah satu contohnya.
Pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah yang berhadapan dengan petahana Ganjar Pranowo-Taj Yasin, tidak pernah diunggulkan sedikitpun.
Bahkan, sampai seminggu menjelang pencoblosan, elektabilitas keduanya masih mandeg di angka 12 persen.
"Tapi hasilnya (Sudirman-Ida memperoleh) 41,2 persen suara, hampir tiga setengah kali lipat. Itu salah satu contoh kenapa survei itu sebagai salah satu saja alat untuk melihat elektabilitas," paparnya.
Berkaca Pilkada 2018 tersebut, dan juga pilkada serentak dan pemilu sebelumnya, dia meyakini masyarakat Jawa Tengah sudah rasional dalam menentukan pilihan.
Karena hasil pilkada tidak didominasi partai tertentu.
"Itu tampak di masing-masing daerah itu tidak didominasi partai tertentu. Meskipun di beberapa daerah didominasi partai tertentu. Di situ saya melihat rasionalitas masyarakat cukup baik di Jawa Tengah," imbuhnya.
Dia pun menepis anggapan Jawa Tengah merupakan basis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Bahkan menurutnya, provinsi tersebut tidak layak disebut sebagai Kandang Banteng.
"(Suara PDIP) di Jawa Tengah cuma 29,71 persen suaranya. Secara nasional PDIP itu hanya 19,33 persen. Kalau misalnya dia (punya suara) 50 atau 60 persen di satu provinsi, okelah disebut kandang banteng," tegasnya.
Joko Purnomo sendiri ketika ditanya masyarakat akan memilih siapa pada Pilpres mendatang, tidak menjawab gamblang.
Dia hanya membeberkan tiga indikator pemimpin ideal versinya.
Pertama, visi-gagasan. Kedua, kinerja yakni bagaimana mengimplementasikan gagasan saat memimpin. Terakhir, rekam jejak prestasi.
"Saya kira tiga indikator yang sederhana itulah yang bisa menjadi guide bagi masyarakat untuk menilai siapa calon pemimpin yang layak dipilih," tandasnya.
Survei Nasional Indo Riset pada 11-18 September 2023 menunjukkan kenaikan elektabilitas Anies Baswedan dari 22 persen pada Agustus 2023 menjadi 25,2 persen pada September 2023.
Peneliti Indo Riset Roki Arbi menjelaskan kenaikan elektabilitas Anies ini disumbang beberapa faktor.
Pertama, efek bergabungnya PKB ke Koalisi Perubahan.
Kedua, terjadi kenaikan dukungan pemilih di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah-DIY.
Ketiga, membesarnya dukungan pemilih partai koalisi yaitu Nasdem, PKS dan PKB, ke Anies Baswedan. (jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : JPNN.com