Salah satu kekejian yang lahir dari krisis berkepanjangan di Syria adalah aksi kanibalisme. Seorang tokoh oposisi dari Kota Homs, Provinsi Homs, memakan hati seorang serdadu pemerintah. Sebelumnya, pria yang diidentifikasi sebagai Abu Sakkar, pimpinan Brigade Omar al-Farouq al-Mustakila, tersebut mengiris bagian dada si serdadu untuk mengambil hatinya.
Ironisnya, Sakkar sengaja merekam aksi brutal tersebut. ’’Kami sudah bersumpah kepada Tuhan bahwa kami akan memakan jantung dan hati kalian, wahai para prajurit Bashar si anjing,’’ ucapnya dengan lantang seraya menghunjamkan pedangnya ke dada mayat serdadu itu. Tanpa belas kasihan, dia mengambil hati si serdadu dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
’’Kami adalah pahlawan-pahlawan Baba Amr,’’ seru Sakkar merujuk pada distrik yang dulu menjadi sarang oposisi dan kini sudah rata dengan tanah. Dalam adegan berikutnya, dia tampak mendekatkan organ yang masih berlumuran darah itu ke mulutnya. Tidak jelas apakah salah satu pejuang antipemerintah tersebut benar-benar memakan hati itu. Sebab, video berakhir pada adegan tersebut.
Brigade Omar al-Farouq al-Mustakila lantas mengunggah video amatir berisi kekejian Sakkar itu ke YouTube. Dalam hitungan menit, aksi kanibalisme tersebut beredar luas melalui internet. Selasa (14/5) masyarakat internasional mengecam keras video brutal itu. Termasuk, Human Rights Watch (HRW) dan Koalisi Nasional Syria yang merupakan gabungan beberapa kelompok oposisi.
’’Koalisi (Nasional) Syria mengecam keras aksi tersebut, jika nanti memang terbukti benar. Koalisi menekankan bahwa aksi semacam itu bertentangan dengan moral rakyat Syria dan prinsip serta nilai Tentara Pembebasan Syria (FSA),’’ papar Koalisi Nasional Syria dalam keterangan resminya kemarin. Mereka menyebut aksi brutal itu sebagai tindakan yang keji dan tidak berperikemanusiaan.
Tapi, Nadim Houry dari HRW menyatakan bahwa Koalisi Nasional Syria perlu melakukan tindakan nyata, tidak sekadar mengecam. ’’Oposisi Syria tidak cukup hanya mengecam aksi tersebut atau menyalahkan pemerintah yang selama ini merepresi mereka. Sudah saatnya oposisi beraksi dan menghentikan aksi brutal seperti itu,’’ tegas direktur HRW Timur Tengah tersebut.
Bersamaan dengan itu, pemerintah Turki melaporkan tambahan korban tewas dalam insiden ledakan dua bom mobil di perbatasannya dengan Syria akhir pekan lalu. Kemarin korban tewas bertambah menjadi 51 orang. Itu diketahui setelah tim SAR menemukan satu mayat lagi dan seorang korban yang dirawat di rumah sakit akhirnya meninggal.
’’Saat ini, masih ada tiga korban lagi yang kondisinya kritis,’’ terang Menteri Kesehatan Turki Mehmet Muezzinoglu sebagaimana dilansir harian Haber-Turk. Ledakan bom di Kota Reyhanli yang terletak di perbatasan Turki-Syria itu merupakan insiden paling mematikan sejak krisis Syria pecah sekitar dua tahun lalu. Diduga kuat, pelaku serangan adalah kelompok Marxist yang loyal terhadap Assad.
Sejauh ini, pemerintah sudah menangkap 13 tersangka. Meski sempat menyebut keterlibatan Syria, Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa seluruh tersangka yang kini menjalani pemeriksaan di kantor polisi adalah warga Turki. Kemarin Damaskus membantah keterlibatan Assad atau kelompok intelijen Syria dalam insiden tersebut. (AP/AFP/BBC/hep/c5/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pria Ini Ditahan karena Perkosa Burung Merak
Redaktur : Tim Redaksi