Kanker Serviks, Datang Tanpa Tanda-Tanda

Minggu, 04 November 2012 – 15:47 WIB
KANKER serviks (leher rahim) merupakan jenis kanker yang tidak menular. Namun tidak jarang akibat mengidap kanker serviks wanita harus kehilangan nyawanya. Penyakit ini sulit dideteksi secara dini karena sebagian besar wanita malu dan tabu. Demikian disampaikan Buchary A Rachman, saat ditemui di Hotel Mercury, pada Sabtu (3/11).

ADONG EKO, Pontianak

Buchary mengatakan, munculnya kanker serviks biasanya ditandai dengan gejala-gejala dini yang tidak disadari perempuan, seperti pendarahan, keluar keputihan dan berbau. Namun, sayangnya kebanyakanya perempuan enggan memeriksakan kesehatan reproduksinya.

“Perempuan lebih mengutamakan perawatan kecantikan, ketimbang kesehatan reproduksi,” kata doktor yang pernah menjabat Wali Kota Pontianak selama dua periode itu. Buchary menjelaskan banyak faktor yang menyebabkan perempuan mengidap kanker serviks diantaranya menikah pada usia muda, berganti-ganti pasangan, mempunyai banyak anak, dan infeksi virus pada reproduksi. Infeksi virus seperti yang terdapat pada kulit kelamin.

Untuk mencegah perempuan terkena kanker serviks, lanjut Buchary maka pola hidup teratur harus dilakukan, seperti menjaga pola hidup agar terhindar dari penyakit seksual, menjaga kesehatan reproduksi, hingga keluarga berencana. “Penderitanya cukup banyak, tapi karena malu susah untuk dideteksi,” ucapnya.

Kanker serviks, tambah Buchary tidak menular, akan tetapi jika tidak diketahui sejak dini, dan tidak ditangai penyakit yang menyerang leher rahim itu akan terus menyebar ke seluruh organ vital penderitanya. Pada akhirnya menyebabkan timbulnya kanker-kanker lain, seperti kanker susu.

Buchary menjelaskan saat ini wanita harus lebih sadar bahwa menjaga kesehatan reproduksi dengan mengetahui sedini mungkin kondisi reproduksi lebih penting dari pada menjaga kecantikan. Karena kanker serviks sudah mencapai stadium empat, berdampak hingga kematian.

Buchary mengimbau kepada wanita agar dapat melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi secara berkala. Maka kita akan mengetahui kondis kesehatan reproduksi lebih awal. Dan dapat diambil tindakan yang tepat, yakni pengobatan. “Pemeriksaan berkala, merupakan upaya pencegahan,” ujarnya.

Menurut Buchary kesadaran perempuan tentang untuk memeriksakan reproduksinya juga bagian dari upaya pencegahan. Karena selama ini, pemeriksaan kanker serviks masih dianggap menjadi hal yang tabu dan merasa malu. “Perempuan usia 35 diharapkan sudah melakukan pemeriksaan papsmear,” harapnya.

Salah seorang peserta, Dinda mengatakan dirinya cukup tahu mengenai rentannya seorang perempuan terhadap kanker leher rahim serta bahaya yang ditimbulkan jika kanker serviks dibiarkan tanpa dilakukan penangangan.

Namun, Dinda mengatakan tidak jarang perempuan merasa takut jika memeriksakan kesehatan reproduksinya. “Kebetulan Saya belum menikah, jadi pernah mau coba memeriksakan kesehatan reproduksi. Ternyata yang boleh memeriksakan kanker serviks itu hanya yang sudah menikah,” katanya.

Sebagai wanita, lanjut Dinda tentu pemeriksaan kesehatan reproduksi secara dini sangat wajib dilakukan. Dengan demikian, maka perempuan dapat mengetahui secara dini pula kesehatan reproduksinya. Jika memang terkena kanker serviks, tentu dapat ditangani secepat  mungkin. Sehingga tidak menimbulkan penyakit-penyakit lain. **
BACA ARTIKEL LAINNYA... Setengah Wanita Menikah di Inggris Mengaku Suaminya tak Memuaskan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler