PASURUAN - Rencana Merpati Nusantara Airlines untuk melepas Merpati Maintenance Facility (MMF) semakin dekat. BUMN yang baru berganti direktur utama itu merasa yakin target spin off akhir 2012 bakal tercapai.
Optimisme tersebut semakin kuat ketika MMF meraih dua sertifikat yakni Design Organization Approval (DOA) dari Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) dan sertifikat standar dari European Aviation Safety Agency (EASA).
Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Rudy Setyopurnomo menyatakan, sertifikat tersebut punya peran penting dalam meningkatkan pendapatan MMF. Menurutnya, dua sertifikat tersebut akan memberi keleluasaan bagi MMF dalam mendapatkan konsumen.
"Selama ini, kami sudah melayani beberapa maskapai lain. Seperti Airfast, Indonesia Airasia, dan Batavia. Tapi, masih banyak yang tak mau ke fasilitas kami karena tak memenuhi beberapa persyaratan berupa sertifikasi," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Managing Director Strategic Business Unit (SBU) MMF Priharyono menjelaskan, fungsi sertifikat DOA adalah memberikan hak MMF untuk mendesain modifikasi skala minor untuk pesawat.
"Proses sertifikasi selama dua tahun itu setimpal. Biasanya kami harus menggunkan jasa tenaga ahli dari luar negeri untuk merubah rancangan pesawat. Jelas kami bisa menghemat banyak waktu, tenaga, dan uang dengan sertifikat ini," ungkapnya.
Kemudian, lanjut Priharyono, kinerja MMF semakin terbantu dengan sertifikat EASA. Pasalnya, banyak maskapai yang berbendara eropa menuntut standar keamanan dari organisasi mereka. Apalagi, syarat yang diberikan EASA untuk mendapatkan perijinan sangatlah ketat. Misalnya, peraturan pengisian bahan bakar atau jalur terbang dari fasilitas.
"Kami sudah punya 20 tenaga ahli yang disetujui EASA dari total 146 engineer. Dengan audit satu tahun sekali, standar kinerja kami akan lebih terjaga," ujarnya.
Rudy berharap, raihan MMF tersebut bisa memancing banyak maskapai untuk menggunakan jasa mereka. Sebab, perbandingan tarif jasa Maintenance Repair and Overhaull (MRO) luar negeri dengan nasional sangat jauh. Misalnya, tenaga ahli luar negeri biasanya dibayar 70-80 dollar per jam. Sedangkan tenaga kami hanya 20-30 dollar per jam. "Padahal, kualitasnya sama saja," ujarnya.
Untuk permulaan, MMF sudah mendapat tiga klien baru. Sesaat setelah pemberian sertifikat, MMF juga menandatangani MOU dengan tiga perusahaan penerbangan. "Kami sudah membuat kesepakatan dengan Aviastar, Airfast, dan Nusantara Buana Air. Isi kesepakatannya, mereka bakal memakai kami sebagai failitas maintenance reguler."
Target MMF selanjutnya, terang Rudy, untuk mendapatkan sertifikat dari Federal Aviation Administration (FAA). Sertifikat tersebut sama pentingnya dengan sertifikat EASA. Sebab, maskapai berbendara Amerika Serikat selalu menuntut standar FAA dalam perawatan armada mereka.
"Kami akan mencoba untuk mendapatkan sertifikat tersebut segera. Dengan begitu, kami bisa seperti Garuda Maintanance Facility yang sudah lebih dulu spin off," ungkap Rudy. (bil)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indeks Berlanjut Turun
Redaktur : Tim Redaksi