Kapan Gunung Agung Pertama Kali Meletus?

Minggu, 24 September 2017 – 07:56 WIB
Gunung Agung dilihat dari Pura Besakih pada 1935. Foto: Dok Arsip Nasional Belanda.

jpnn.com - GUNUNG Agung di Karangasem, Bali pertama kali meletus pada 113 Saka atau 191 Masehi. Inilah senarai kisah Gunung Agung berdasarkan lontar.

Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Pengungsi Gunung Agung Mencapai 15.142 Jiwa

Tersebut dalam lontar Kutarakanda Dewapurana Bangsul, Sanghyang Parameswara nama lain Bhatara Sanghyang Pasupati menitah kepada putranya Sanghyang Gnijaya Sakti atau Bhatara Hyang Gnijaya. 

“Wahai anakku sekalian,” seru Sanghyang Parameswara, “kamu kuperintahkan pergi ke Bali, agar Bali menjadi tentram, dan agar kamu menjadi penguasa dan junjungan rakyat di sana.”

BACA JUGA: 1.000 Anak Yatim Banyuwangi Doakan Gunung Agung Normal

“Kamu boleh memilih gunung sebagai tempat tinggalmu, dan di sana supaya kamu membuat Kahyangan.”

“Sekarang di Bali sudah ada beberapa buah gunung. Adanya gunung tersebut tidak lain berkat yogaku dahulu, dengan membawa gunung-gunung itu dari India.”

BACA JUGA: Waspadai Aktivitas Gunung Agung, Dirjen Udara Gelar Rapat

“Gunung Mahameru, aku potong di pertengahannya sampai puncaknya, lalu aku bawa dan aku tempatkan di Pulau Bali. Setibanya di Bali, aku pecah-pecah menjadi beberapa bagian besar kecil.”

“Sesudah aku letakkan semuanya seperti gunduk-gundukan, kemudian menjadi bukit-bukit di pegunungan, maka Bali menjadi tenang dan pulau itu tidak bergoyang lagi.”

“Di sana akan kau jumpai nanti gunung terbesar yang disebut Gunung Agung. Letaknya di bagian Timur Laut Pulau Bali. Gunung itu ibarat gunung emas berpuncak manik, dan dasarnya terbuat dari ratna winten, berbatu mirah, berpasir padi. Itulah bekas puncaknya Gunung Mahameru.”

“Potongan Gunung Mahameru tersebut dahulunya aku bagi menjadi tiga bagian. Sebagian menjadi Gunung Lebah (Gunung Batur di Kintamani) yang bagian bawahnya merupakan dapurnya Hyang Gni.”

“Bagian bawah dari potongan Gunung Mahameru, aku jadikan Gunung Renjani dan kuletakkan di Pulau Lombok. Sedang puncaknya yang aku jadikan Gunung Agung juga disebut Hyang Tonglangkir.”

Kapan peristiwa itu terjadi?

Jro Mangku Gde Ketut Soebandi dalam Babad Pasek meriwayatkan, potongan Gunung Semeru itu dibawa ke Bali pada hari Wraspati (Kamis) Umanis, Wara Merakih, Panglong Ping 15, Sasih Karo, Tenggek 1, Rah 1, Candra Sangkala Eka Tang Bhumi, tahun Icaka 11.

Menarik linimasa, maka hitungan itu lebih kurang terjadi pada bulan Agustus 89 Masehi.

Sebelum peristiwa tersebut, sebagaimana dirawikan Jro Mangku merujuk prasasti-prasasti dan babad-babad, dahulu kala Pulau Bali dan Pulau Lombok sunyi senyap.

Dua pulau itu ibarat perahu tanpa pengemudi. Labil. Oleng ke sana kemari. Goyang tak tentu arah. Kadang rapat menjadi satu.

Maka, “Bhatara Hyang Pasupati memotong puncak Gunung Semeru di Jawa Timur. Potongan itulah kemudian ditancapkan di Bali dan Lombok agar tidak oleng lagi,” papar Jro Mangku.

70 Tahun setelah peristiwa itu… 

Berdasarkan sumber yang sama, disebutkan pada hari Sukra (Jumat) Keliwon, wara Tolu, Sasih Kelima, Penanggal Ping 3, Rah Tenggek 13 (bulan November), turun hujan yang sangat lebat disertai gempa bumi hebat selama dua tahun.

Pada tahun Icaka 113 (191 Masehi) Gunung Agung meletus. Tidak ada dikisahkan, bagaimana dampak yang ditimbulkan. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BNPB Pastikan Wisata di Bali Tetap Aman


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler