Karena Wanita, Tiga Kali Pegang Rekor di Lingkungan Lapas

Sabtu, 16 Januari 2010 – 01:45 WIB
BERBENAH - Catur Budi Fatayatin menjadi Kepala Rutan Pondok Bambu pertama yang wanita. Foto: Agung Putu Iskandar/Jawa Pos.
Kasus sel mewah Artalyta Suryani dan empat tahanan lainnya membuat jabatan Kepala Rutan Pondok Bambu yang sebelumnya dijabat Sarju Wibowo digantiPosisi itu kini dipegang Catur Budi Fatayatin

BACA JUGA: Ditekan Menangis, 10 Bulan Siap ke Olimpiade

Siapa dia? Apa saja gebrakan yang pernah dilakukannya?

Laporan AGUNG PUTU I, Jakarta

KAMIS
(14/1) siang merupakan hari pertama Plt Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu, Catur Budi Fatayatin berdinas
Dia menerima jabatan barunya itu dari Sarju Wibowo, kepala rutan sebelumnya, pada Rabu (13/1).

Meski sudah berpindah tugas, emblem di bahu kanannya masih bertulisan "Salemba", tempatnya berdinas sebelumnya

BACA JUGA: Sarju Wibowo dan Rutan Wanita Pondok Bambu yang Dipimpinnya

Begitu juga kartu identitas yang digantungkan di saku kirinya
"Saya ini masih sehari

BACA JUGA: Seperti Kos, Napi Bayar Kamar hingga Listrik

Yang gini-gini belum sempat (ganti)," ujar wanita berambut panjang itu sambil tersenyum.

Pemandangan yang sama ditemukan di depan pintu masuk ruang kepala rutanPapan nama Sarju masih terpasang jelasNamun, wanita kelahiran Ngawi itu, tampaknya enggan menurunkan papan nama tersebut"Saya ini kan hanya Plt (pejabat Pelaksana Tugas, Red)Jadi, papannya nggak usah diganti," kata wanita berusia 42 tahun itu beralasan.

Sebelum memimpin Rutan Pondok Bambu, Catur memang bertugas di Rutan Salemba pada 2008, sebagai Kepala Seksi PelayananLulusan Akademi Ilmu Pemasyarakatan (Akip) tahun 1989 itu mengawali karirnya di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pariaman, PadangKemudian, pada 1992, dia berpindah ke Rutan Salemba, sebelum dipindah ke Lapas Narkotika pada 2003 sebagai Kepala Subseksi Registrasi.

Ketika itu, Lapas Narkotika baru saja didirikanNamun, tidak berarti Catur nganggurSelama dua tahun sebelum beroperasi pada 2005, dia membangun sistem, prosedur operasional standar, hingga SDM (sumber daya manusia) di lapas tersebut"Ya, bukan saya saja-lahBersama beberapa orang lain, kami membangun sistem," kata ibu lima anak itu merendah.

Setelah mengabdi di Lapas Narkotika, Catur berturut-turut mencetak rekorDi Lapas Cipinang pada 2007, dia menjadi Kasi Registrasi wanita pertamaBegitu pula saat menjabat Kepala Seksi Pelayanan di Rutan SalembaItu merupakan jabatan pertama yang diembannya.

Apalagi sekarang di Rutan Pondok BambuDia menjadi kepala rutan wanita yang pertamaKendati merupakan rutan khusus wanita, Pondok Bambu memang tak pernah dipimpin wanita sebelum Catur datangItu pun terjadi lantaran kasus sel mewah Artalyta Suryani dan empat narapidana lainnya yang menghebohkan tersebut"Nggak tahu ya, kok selalu bikin rekorMungkin nanti jadi Dirjen wanita pertama, hahaha," ujarnya sambil tertawa lepas.

Catur memiliki dua rumahMasing-masing yakni di kawasan Daan Mogot dan di Perumahan Graha Prima, Tambun, BekasiItu lantaran dia harus menyesuaikan dengan tempat belajar anak-anaknyaAnak ketiga Catur kuliah di Binus University, kawasan Kebon Jeruk, sementara anak keempat kuliah di STT Telkom, Bandung, dan si bungsu di sebuah SMA negeri di kawasan kota, Jakarta Pusat"Anak pertama dan kedua saya sudah meninggal," ungkap Catur yang lahir dari bapak asal Surabaya dan ibu dari Pamekasan tersebut.

Tiap Senin sampai Jumat, dia bersama suami dan anaknya tinggal di Daan MogotPada Sabtu dan Minggu, mereka pulang ke BekasiRumah di Daan Mogot itu memang menunjang tempat belajar anak-anaknya"Anak saya yang bungsu tinggal naik busway kalau ke sekolah," katanyaSuami Catur sendiri bekerja di Kedaung Group, Jakarta.

Sabtu dan Minggu, tutur Catur pula, menjadi hari sakral untuk keluargaDia tidak mau dua hari itu diintervensi oleh tugas-tugas kantor"Tapi, karena ada kasus ini, ya nggak bisaPembenahan di rutan harus terus dilakukanApalagi, pejabat Kanwil dan Ditjen juga turun tangan," katanya.

Untuk menunjang mobilitas keluarga, wanita kelahiran Surabaya tersebut menggunakan tiga mobilMasin-masing yakni Toyota Kijang lansiran 1997, Nissan Terrano berplat L, serta Volvo keluaran 2000-an"Yang Terrano itu punya saudara sayaBukan punya saya sendiri, lho yaMakanya, platnya kan L," ujar Catur yang dalam strata pegawai negeri sipil (PNS) bergolongan III C itu.

Tiap kali bepergian, dia biasanya menggunakan VolvoDia selalu ditemani sopirSebenarnya, dia ingin mengendarai mobil itu sendiriNamun, gara-gara menabrak hingga lima kali, keinginan tersebut harus dipendam dalam-dalam.

Catur menuturkan, penunjukan dirinya sebagai Kepala Rutan Pondok Bambu itu benar-benar tidak diperkirakanSebab, dia sebelumnya berharap memimpin rutan yang lebih kecilMisalnya, rutan di Ngawi yang hanya berpenghuni 50 hingga 100 tahananTidak seperti di Rutan Pondok Bambu yang dihuni lebih dari 1.000 orang.

"Nek satus ngono gak popo rekNa iki sampek sewu (Kalau seratus penghuni tidak apa-apaLha ini penghuninya sampai seribu)," katanya dengan logat Surabaya yang kental"Tapi, kalau dipercaya, ya kita syukuri saja lah," imbuhnyaCatur memang punya kenangan di NgawiMasa SMA dia habiskan di kota perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut.

Dalam mengelola rumah tangga, Catur mengaku emoh memakai jasa pembantuDia mengerjakan semua sendiriBahkan, untuk sekadar mencuci dan menyiapkan makanan, semua ditanganinya sendiriPadahal, jangan berharap pulang sore kalau bertugas di lapas dan rutanTugas-tugas sering dilakukan malam.

Saat mengirim tahanan dari Lapas Cipinang ke Nusakambangan misalnya, Catur harus melaksanakan pemindahan tersebut pukul 01.00Itu dilakukan karena pertimbangan keamananSebab, pada jam-jam tersebut, narapidana lainnya sedang terlelapKalau memindahkan tahanan saat siang, bisa-bisa mereka memberontak seperti pada 2001 di Lapas Cipinang.

Sebagai pejabat baru di Rutan Pondok Bambu, Catur kini masih dalam tahap menginventarisasi masalahMenurutnya, posisi dirinya saat ini seperti seorang dokterUntuk mendiagnosis penyakit, dia harus menampung semua keluhanTermasuk, temuan banyaknya pungli di rutanMulai dari uang rompi, uang kamar, uang listrik, serta uang airBegitu juga, soal uang pelicin untuk memperlancar surat keputusan bebas bersyarat (BB) dan cuti menjelang bebas (CMB).

Apakah berani memberangus semua pungli di rutan? "Insya Allah beraniTapi, ngomong beraninya lirihNggak keras," ujarnya sembari tersenyumYang jelas, kata Catur, pembenahan di rutan akan dilakukan menyeluruhBahkan sampai ada supervisi dari Dirjen secara langsungSebab, Rutan Pondok Bambu bakal ditarget sebagai rutan percontohan"Doakan saja semua lancar," katanya.

Dalam waktu dekat, ungkap Catur pula, akan ada pemindahan besar-besaran di rutanBeberapa penghuni yang sudah berstatus narapidana akan dipindah ke lapas terdekatDi antaranya yaitu lapas wanita di Bandung dan TangerangItu dilakukan untuk mengurangi populasi berlebihan di rutan.

Selain itu, Catur ingin membuat database penghuni rutan untuk memudahkan petugas mengawasi merekaJuga, agar persoalan administrasi tak menjadi lahan basah pungutan liar"Petugas sipir juga akan terus kami rollingSebab, pungli itu kan muncul karena adanya hubungan psikologis dan emosional antara sipir dan tahanan," jelasnya.

Catur menjamin peristiwa kamar mewah Artalyta dan empat narapidana lainnya tak bakal terulangSemua tempat mewah itu kini telah dikembalikan ke fungsi awalnya"Akan ada penindakan tegasAkan kami monitor," tegasnya.

Dia juga akan menggalang kerjasama dengan sejumlah instansi pemerintah dan yayasan untuk memasarkan hasil karya para tahananHasil karya tersebut berupa rangkaian manik-manik, karangan bunga, serta kerajinan tanganHasil penjualan akan dimasukkan koperasiUang di koperasi itu akan digunakan membantu tahanan dan operasional insidental dalam rutanMaksudnya, biar nggak terus-menerus mengandalkan donatur "liar" seperti Artalyta(kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gagal Masuk Sekolah Bola karena Bapak Meninggal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler