Karikatur terbaik yang pernah dimuat di media-media Australia sepanjang tahun 2014 dipamerkan di Museum Demokrasi Australia (MOAD), Canberra, Australia. Karikatur tersebut mengangkat isu-isu politik Australia, termasuk kasus penyadapan terhadap mantan presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pameran bertajuk 'Behind The Lines 2014' tersebut akan digelar selama 12 bulan di Gedung Old Parliament House di ibu kota Canberra.

BACA JUGA: Bekas Tahanan Guantanamo Bay Teriaki Jaksa Agung Australia

Tania Cleary, selaku kurator mengatakan kebanyakan karikatur yang terpilih menggambarkan keadaan politik Australia di masa setahun pertama PM Tony Abbott.

"Banyak yang menggambarkan perdana menteri, menteri luar negeri, dan bendahara negara. Clive Palmer [anggota parlemen dari Palmer United Party] menduduki peringkat pertama yang karakternya dibuat oleh para kartunis," ujar Clearly.

BACA JUGA: Demi Ambil Telur Buaya, Penjaga Taman Satwa Rela Bertaruh Nyawa

Sementara kartunis Mark Knight dari harian Herald Sun yang berbasis di Melbourne, terpilih menjadi 'Political Cartoonist of The Year'.

BACA JUGA: Bangkai Kapal PD II Ditemukan di Lepas Pantai Hawaii

Salah satu karikatur yang ditampilkan dalam pameran ini adalah karikatur berjudul, "Menjadi orang Australia artinya tidak pernah mengatakan bahwa Anda menyesal."

Karikatur tersebut menggambarkan satu karakter yang menggunakan rambut palsu dan mengatakan bahwa Indonesia harus bersyukur. Karena, negara seperti Australia pun bahkan ingin diam-diam tahu apa yang ada di telepon Yudy.

Karikatur tersebut dibuat oleh David Pope yang dimuat oleh harian The Canberra Time, 20 November 2013, setelah adanya kasus penyadapan telepon mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhyono beserta orang-orang terdekatnya, termasuk istrinya, Ani Yudhoyono.

Kasus tersebut sempat membuat hubungan militer dan intelijen kedua negara.

Michael Evans, salah satu manajer museum mengatakan kartun politik telah mengubah pandangan media.

"Mampu menangkap apa yang kita semua pikirkan, yang mungkin tidak dikatakan oleh wartawan kebanyakan," kata Evans. "Seorang wartawan mencari tahu apa yang terjadi, tapi seorang kartunis hanya mencari esensi dari yang terjadi"


Menurutnya juga kartun politik merupakan alat demokrasi yang masih relevan

"Salah satu hal yang benar-benar penting tentang kartun politik adalah bahwa kita bebas melakukannya," katanya.

Evans bercerita pernah ada sekelompok orang dari Afrika yang datang ke pameran tersebut dan mereka tampak gelisah saat melihat karikatur.

Mereka bertanya kepada Evans, apa yang terjadi dengan para kartunis. Kemudian mereka terkejut saat tahu bahwa para kartunis masih bekerja.
 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Singa Laut Ini Ditemukan di Dekat Rel Kereta Api Port Adelaide

Berita Terkait