Karina Salim Belajar Akting lewat Balet

Peran Sesuai Kata Hati

Minggu, 14 Juli 2013 – 12:24 WIB
Karina Salim. Foto: Angger Bondan/Jawa Pos/JPNN
KARINA Salim merupakan nama baru di dunia film Indonesia. Namun, kalau disebutkan judul film yang dia bintangi, orang bakal tahu bahwa gadis itu istimewa. Aktingnya dalam Don’t Talk Love –yang diputar di Sundance Film Festival dan meraih penghargaan internasional– mendapat pujian dari banyak pihak.

Dalam film What They Don’t Talk when They Talk about Love atau yang disingkat Don’t Talk Love karya sutradara Mouly Surya, Karina berperan sebagai Diana, gadis yang mengalami low vision. Berbeda dengan penyandang tunanetra, low vision masih bisa melihat. Namun, lapang pandangnya sangat kecil. Hanya sepertiga orang normal atau bahkan lebih kecil. Bagaikan melihat dari teropong.

Demi perannya tersebut, perempuan kelahiran 24 Agustus 1991 itu mengadakan observasi ke penyandang tunanetra di salah satu SLB di Jakarta. ’’Saya ngikutin kegiatan mereka mulai bangun pagi sampai malam. Saya juga belajar memijat shiatsu. Sebab, buat mereka, itu profesi yang paling memungkinkan,’’ terang Karina saat berkunjung ke redaksi Jawa Pos di Jakarta, Senin (8/7).

Selama sebulan berinteraksi dengan penghuni SLB, gadis berkulit putih itu terkesan. ’’Meski tidak bisa melihat, mereka bisa beraktivitas sendiri. Berjalan, mengambil sesuatu, tidak merepotkan orang lain. Mereka juga membayangkan seperti apa dunia luar. Mereka melihat dengan rasa,’’ tuturnya.

Don’t Talk Love merupakan debut layar lebar Karina. Sebelumnya, dia terlibat dalam Onrop! Musikal yang disutradarai Joko Anwar pada 2010. Kemudian, bermain dalam Durable Love, film pendek yang juga karya Joko Anwar. Ketika Mouly mengadakan casting untuk Don’t Talk Love, Joko merekomendasikan Karina. Akhirnya, peran Diana jatuh ke tangannya.

Bakat akting, tampaknya, melekat dalam diri Karina sejak kecil. Bakat tersebut terasah lewat balet. Bungsu dua bersaudara itu mengikuti kursus balet sejak umur 5 tahun. Setiap tahun mengadakan pementasan dan audisi yang memerlukan kemampuan akting. Karina kerap dipilih sebagai pemeran utama, tidak hanya menari balet, tetapi sekaligus berakting.

Tahu Karina adalah balerina, Mouly memberikan kejutan. Dia menambahkan scene Diana menari balet. ’’Wah, jelas senang sekali. Di draft awal nggak ada scene balet. Mbak Mouly bilang, dia kasih surprise scene buatku,’’ ujar Karina.

Film yang tayang perdana pada Sundance Film Festival tersebut dibawa ke beberapa festival film internasional dan meraup respons positif dari para kritikus film. Karina yang ikut berangkat ke Sundance Film Festival bersama Mouly, Nicholas Saputra, Ayushita, serta beberapa cast lain pada Januari lalu mendapat pengalaman seru.

’’Melihat Joseph Gordon-Levitt lewat di hadapan dan cuma bisa panik ketemu James Franco. Terus, tiap Don’t Talk Love diputar, selalu full-house. Denger komentar positif orang-orang di sana, seru banget,’’ ucapnya berbinar.

Don’t Talk Love juga meraih NETPAC Award dalam Rotterdam International Film Festival 2013. Setelah debut layar lebarnya yang meraih sukses itu, Karina bermain dalam Pintu Harmonika dengan arahan sutradara Ilya Sigma. ’’Kalau di Don’t Talk Love itu, peran saya lebih berat. Di Pintu Harmonika, saya jadi anak SMA. Tapi, sama-sama berkesan. Sebab, saya nggak akan mengambil peran yang tidak sesuai dengan kata hati,’’ tegas perempuan yang sampai saat ini masih aktif menekuni balet dan berada di level advanced 2 tersebut. (nor/c5/ayi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Naga Lyla Ingin Timnas Belajar dari Klub Inggris

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler